Sistem kapitalisme yang memberikan kebebasan berekspresi telah memerdekakan para seniman untuk berkreasi tanpa batas. Dengan kreativitasnya, mereka dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, termasuk bisa menciptakan pasar sendiri demi keuntungan pribadi.
Oleh. Haifa Eimaan
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Seniman dunia, Brian Donnelly alias KAWS datang ke Indonesia untuk memamerkan karya seninya, patung Accomplice. Sebuah patung raksasa berbentuk kelinci tampak sedang berbaring sembari menangkup wajahnya di sekitar Candi Prambanan. Patung bernama Accomplice ini telah berkeliling dunia mulai dari Bristol, Seoul, Hong Kong, Taipei, Tokyo, Singapura, Gunung Changbai, sampai akhirnya rebahan di kompleks Candi Prambanan, Yogyakarta. Pengunjung bisa menyaksikan patung raksasa ini selama dua minggu. (detik.com, 22/8/2023)
Kehadiran patung Accomplice karya KAWS ini menuai penolakan dari masyarakat karena sama sekali tidak menunjukkan adanya manfaat baik kepada individu maupun kepada pemerintah daerah. Hadirnya patung itu hanya menguntungkan KAWS sebab dia menumpang popularitas Candi Prambanan sebagai situs warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO.
Pertanyaannya adalah siapa KAWS? Apa tujuan tur keliling dunianya? Mengapa dunia memberi kebebasan berkreasi meskipun hasil kreasinya tidak bermanfaat? Bagaimana pandangan Islam tentang kreativitas?
KAWS dan Tujuan Tur Keliling Dunia
KAWS atau Brian Donnelly adalah seorang seniman dan desainer grafis asal Amerika Serikat. Dia terkenal karena karyanya yang menggabungkan elemen seni pop dan karakter kartun ikonis, seperti Snoopy dan SpongeBob SquarePants. KAWS juga dikenal karena karya seni jalanannya yang telah tersebar di berbagai kota di seluruh dunia. Karya-karya KAWS pun pernah dipamerkan di museum-museum ternama dan menjadi koleksi pribadi banyak orang terkenal. Tidak hanya itu saja, KAWS banyak bekerja sama dengan merek-merek ternama seperti Nike, Uniqlo, dan Dior dalam menciptakan produk-produk fesyen dan merchandise. https://narasipost.com/opini/11/2022/pengunggah-konten-asusila-merajalela-butuh-solusi-paripurna/
Secara berkala, KAWS memamerkan karya-karyanya dan kali ini mengadakan tur keliling dunia. Tujuan turnya memperkenalkan karya-karyanya kepada khalayak dari berbagai negara serta mendapatkan pengakuan internasional. Selain itu, KAWS akan terhubung dengan penggemar karya seninya dan memberinya kesempatan berinteraksi secara langsung. Yang tak kalah pentingnya, KAWS dapat langsung mempromosikan dan memasarkan hasil karyanya. Pada akhirnya, KAWS makin memuncaki popularitas sebagai seniman kontemporer dunia dan harga-harga karya seni yang dibuatkan pun semakin mahal.
Salah satu hasil karya KAWS yang laku terjual mahal berjudul The Walk Home. Hasil imajinasi ulang dari karakter ikonis SpongeBob SquarePants yang diberi nama Kawsbob ini laku seharga 6 juta dolar atau sekitar 91,8 miliar rupiah. Namun, angka itu belum seberapa jika dibanding dengan lukisan yang diberi nama Kimpsons. Saat lelang di Sotheby’s Hong Kong, lukisan yang terinspirasi dari karakter The Simpsons ini laku terjual senilai 14,8 juta dolar atau setara 226,45 miliar rupiah. Sungguh sebuah angka fantastis untuk sebuah lukisan yang sama sekali tidak memberi manfaat bagi kolektornya, selain kesenangan dan kepuasan nafsu belaka.
Dari sedikit gambaran ini, dapat diketahui bahwa nilai dari suatu kreasi tidak ditentukan oleh kualitas atau manfaat, tetapi popularitas pekerja seni dan karyanya, serta kepiawaian tim pemasaran untuk menciptakan “kebutuhan” atas sebuah barang. Makin populer pekerja seni dan karyanya, makin besar peluang untuk “dinikmati” masyarakat, dan kian banyak keuntungan yang masuk ke kantongnya dan pihak penyelenggara.
Kapitalisme Beri Ruang bagi Kreasi “Sampah”
Seluruh aktivitas yang dilakukan oleh para pelaku sistem kapitalisme adalah demi kepentingan ekonomi semata, termasuk para pekerja seni. Sistem kapitalisme yang memberikan kebebasan berekspresi telah memerdekakan para seniman untuk berkreasi tanpa batas. Dengan kreativitasnya, mereka dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, termasuk bisa menciptakan pasar sendiri demi keuntungan pribadi.
Kapitalisme menjadikan kemampuan berkreasi sebagai salah satu prinsip dasar yang harus dimiliki setiap individu. Dalam perspektif kapitalisme, kreativitas dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan standar hidup masyarakat. Oleh karena itu, sistem ini memberi ruang seluas-luasnya untuk berkreasi, memasarkan produknya, dan bertahan dari gempuran persaingan. https://narasipost.com/syiar/03/2022/keindahan-seni-dalam-peradaban-islam/
Pemerintah sebagai pemangku kebijakan sama sekali tidak menggubris karya yang dihasilkan sebab berlindung di balik slogan seni untuk seni (l'art pour l'art). Slogan ini pertama muncul pada abad ke-19 di Prancis sebagai bentuk kritik atas keharusan para seniman untuk mengabdi pada pemerintah dan pihak gereja. Saat itu, para pekerja seni tidak memiliki kebebasan berkreasi. Padahal menurut mereka, seni semata-mata untuk seni, tidak boleh dikait-kaitkan dengan aspek pendidikan, sosial, agama, manfaat, dan lain-lain. Slogan ini menjadi sebuah “kebenaran” dalam alam sekularisme. Pemerintah mengamini dengan mencukupkan diri sebagai penonton sembari sesekali membuat aturan yang makin menjauhkan umat dari nilai-nilai kebenaran.
Standar Kreasi dalam Islam
Apa yang dilakukan oleh para kreator pengusung kapitalisme sangat berbeda dengan Islam. Islam memagari para kreator dengan syariat Islam. Setiap langkah yang ditempuh para seniman harus dalam rangka menjalankan ketaatan kepada Allah sebagaimana yang termaktub di dalam Al-Qur’an surah Az-Zariyat ayat ke-56 yang artinya, “Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia, kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
Ibnu Katsir memaknai kata “ibadah” sebagai seluruh bentuk ketaatan pada perintah Allah dan menjauhi larangannya. Setiap ketaatan dan menjauhi larangan Allah akan diganjar pahala. Sebaliknya, setiap pengingkaran atas perintah dan larangan Allah akan mendapat siksa. Seniman muslim tentu saja tidak akan menukar kehidupan akhiratnya dengan dunia yang singkat dan penuh tipu daya ini.
Dengan ketentuan ini, setiap seniman mau tidak mau harus menguasai syariat seputar aktivitas seninya. Terlebih lagi, hukum tentang seni dimungkinkan mengandung perbedaan pendapat di kalangan ulama. Dalam kondisi tidak ada Khilafah, sikap seorang seniman adalah wajib mengambil pendapat yang paling kuat. Terlarang baginya mengambil hukum didasarkan atas seleranya. Berbeda halnya bila ada Khilafah, khalifah akan mengadopsi hukum syarak terkait batasan kreasi dalam Islam. Selanjutnya, khalifah akan menyosialisasikannya agar umat tidak melampaui batasan syariat saat berkreasi.
Khilafah juga mengontrol karya seni yang diciptakan demi kemaslahatan umat. Jangan sampai ada karya seni yang beredar di tengah-tengah umat, tetapi sama sekali tidak membawa manfaat. Alih-alih menjadi sarana makin mendekatkan diri kepada Allah Swt., sebaliknya menjauhkan, melalaikan, bahkan bisa mengantarkan pada kemaksiatan. Hal yang demikian ini pasti tidak diizinkan dan diperintahkan untuk dihancurkan karena setiap perantara kepada sesuatu yang haram, hukumnya adalah haram.
Berikutnya tentang hukum memproduksi sebuah karya seni dalam Islam. Hukumnya bergantung pada bentuk produk akhirnya. Sebagai contoh, jika seseorang membuat patung menyerupai manusia, maka hukumnya haram. Namun, bila patung yang dibuatnya bukan makhluk bernyawa, hukumnya boleh. Ketentuan ini berasal dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Siapa saja yang menggambar atau membuat patung makhluk bernyawa maka sesungguhnya Allah akan menyiksanya sampai ia bisa meniupkan nyawa pada gambar atau patung itu, sedangkan ia selama-lamanya tidak akan pernah mampu meniupkannya.” Hadis ini bukan satu-satunya sumber yang mengharamkan, tetapi masih banyak hadis lainnya.
Aturan Islam dalam masalah karya seni bukan sebatas seni rupa dan seni pahat saja, tetapi dalam masalah seni musik, seni suara, dan seni pertunjukan pun ada aturannya. Prinsip dasarnya sama yaitu tidak boleh menyimpang dari syariat dan tidak boleh melalaikan dari mengingat Allah.
Demikianlah gambaran kesempurnaan syariat Islam. Bukan hanya urusan politik, sosial, dan ekonomi saja yang diatur, tetapi masalah seni pun diatur dengan sempurna dan paripurna.
Wallahu a’lam bishawab.
Miris banget dalam sistem kapitalisme, seni yang enggak bermanfaat begitu diagungkan. Bikin geram saja melihat yang enggak bermanfaat dibawa ke mana-mana.
Diagungkan dipuja2. Dikesankan spektakuler padahal ya ga ada nilainya di hadapan Allah
Miris banget dalam sistem kapitalisme, seni yang enggak bermanfaat begitu diagungkan. Bikin geram saja melihat yang enggak bermanfaat di mana ke mana-mana.
Mba Firda double tap mungkin ya? Komen nya terkirim dua kali 🙂
Terkadang, sebagai kaum menengah ke bawah, kita gagal paham, buat apa pemerintah mendatangkan/membuat patung, atau segala hal yang tak ada kaitannya dengan kesejahteraan rakyat? Masak untuk menghibur rakyat yang lagi kesusahan cari kerja? Gak nyambung.
Buat masuknya aja ada tiketnya. Artinya, patung itu cuma buat orang kaya. Lagian buat apa nonton patung kelinci rebahan :'(
Di alam kapitalisme apa pun itu, termasuk seni yang jelas bertentangan dengan syariat Islam justru bernilai materi. Inilah yang mereka kejar manfaat atau tidak yang penting memuaskan nafsunya.
Krn kehidupan akhirat dan dunianya terpisah. Sekalinya di dunia muas-muasin diri. Pas di akhirat kelak, menyesal tiada akhir
Allahu Akbar!
Islam benar-benar mengatur segalanya..
Allahu Akbar!
Sistem ini memang telah mengapresiasi sesuatu yang tidak bermanfaat sekalipun. Miris ya, yang seperti ini kok diberi ruang seluas-luasnya.
Memang sistem sampah ya, Mba. Jadi, produk-produk "sampah" pun tetap diakomodasi oleh mereka
Prambanan diekspolitasi sebagai ajang promosi sampah. Pemerintah diem bae ? Wajar, pemerintahan kapitalisme-demokrasi ini bebas, yang penting fulus
Fulus masuk kantong promotor dan sponsor 🙁
Benar-benar sampah hasil karya dalsm kapitalisme yang mrniadakan aturan Islam.
Barokallah Mbak
Di sistem ini, bahkan sampah dalam makna sebenarnya pun juga ada yang diekspor ada yg diimpor.
Astaghfirullah.
Memang sudah harus secepatnya diganti sistem sampah begini