"Meskipun muslim harus bersabar atas qada qadar yang terjadi, maka hal ini tak lantas membuat muslim diam atas kondisi yang ada. Khususnya kondisi yang tidak sesuai syariat Islam. Muslim tetap harus berusaha mengubah kondisi yang ada agar berada dalam ketakwaan kepada Allah Swt."
Oleh. Firda Umayah
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Iman kepada qada dan qadar adalah bagian dari rukun iman. Setiap muslim harus meyakini dan memahaminya. Kedudukan iman kepada qada dan qadar sangat penting agar setiap muslim dapat menjalani hidup dengan ikhlas. Karena semua yang terjadi merupakan atas izin Allah Swt.
Namun, hal ini tak lantas membuat muslim berdiam diri menunggu ketetapan Allah Swt. Muslim tetap harus berusaha untuk menjadi muslim yang bertakwa sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Swt. Lalu, bagaimanakah sikap yang tepat dalam mendudukkan iman kepada qada dan qadar?
Makna Qada dan Qadar
Pemahaman qada dan qadar di masyarakat memang adakalanya menimbulkan perbedaan pendapat. Ada yang berpendapat bahwa keduanya adalah ketentuan Allah yang tidak dapat diubah. Namun ada juga yang berpendapat bahwa keduanya ada yang bisa diubah selama bukan merupakan takdir mubram atau ketetapan yang sudah ada sejak manusia dilahirkan seperti kapan manusia dilahirkan dan kapan akan meninggal atau yang lainnya.
Bagi seorang muslim yang meyakini adanya hari pembalasan, maka pada dasarnya manusia memiliki usaha atau pilihan atau ikhtiar di dalam aktivitas yang dilakukan. Maka, selama manusia masih bisa memilih untuk melakukan suatu aktivitas ataukah tidak, itulah ranah yang akan dihisab oleh Allah Swt. Hal ini seperti firman Allah Swt,
كُلُّ نَفۡسٍ ۢ بِمَا كَسَبَتۡ رَهِيۡنَةٌ
"Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya," (QS. Al-Mudatsir : 38).
Sedangkan pada kondisi yang tidak ada andil atau usaha manusia di dalamnya, maka manusia tidak akan dihisab. Sehingga kondisi semacam ini berlaku qada Allah. Qada (keputusan) Allah dapat diartikan segala kejadian yang terjadi pada area yang menguasai manusia. Baik buruknya qada hanya Allah saja yang tahu. Muslim hanya wajib beriman dan meyakini bahwa semua ketentuan berasal dari Allah Swt.
Salah satu dalil atas hal ini adalah firman Allah Swt,
قُلْ لَّنْ يُّصِيْبَنَآ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَنَاۚ هُوَ مَوْلٰىنَا وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ
"Katakanlah (Muhammad), 'Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman.'” (QS. At-Taubah : 51).
Begitu juga dengan qadar. Qadar merupakan bagian dari ketetapan Allah Swt. Bahkan qadar dimaknai sebagai perkara yang telah berlangsung penetapannya sejak zaman azali. Oleh karena itu, qadar juga berarti keputusan yang pasti terjadi. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt,
… وَكَانَ اَمْرُ اللّٰهِ قَدَرًا مَّقْدُوْرًاۙ
"… Dan ketetapan Allah itu suatu ketetapan (qadar) yang pasti berlaku," (QS. Al-Ahzab : 38).
Ketetapan qadar ini biasanya tampak dalam penciptaan alam semesta beserta isinya. Misalnya, kayu memiliki ketetapan dapat terbakar dan mengapung. Manusia memiliki mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, dll. Oleh karena itu, manusia harus menerima segala ketetapan dan potensi yang Allah berikan kepada semua ciptaan-Nya.
Manusia tidak bisa menghilangkan ketetapan baik qada maupun qadar karena ini merupakan perkara pasti yang juga telah tertulis di lauhulmahfuz. Allah Swt. berfirman,
… وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَّبِّكَ مِنْ مِّثْقَالِ ذَرَّةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِى السَّمَاۤءِ وَلَآ اَصْغَرَ مِنْ ذٰلِكَ وَلَآ اَكْبَرَ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
" … Tidak lengah sedikit pun dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah, baik di bumi ataupun di langit. Tidak ada sesuatu yang lebih kecil dan yang lebih besar daripada itu, melainkan semua tercatat dalam Kitab yang nyata (Lauhulmahfuz)," (QS. Yunus : 61)
Menyikapi Qada dan Qadar
Memang, qada dan qadar tidak bisa diubah manusia. Sekalipun muslim berdoa kepada Allah untuk meminta segala perlindungan dan dijauhkan dari segala keburukan, maka ini tidak serta merta menjadikan apa yang telah Allah tetapkan menjadi berubah. Hanya saja, ketika muslim berdoa, maka Allah akan meringankan muslim tersebut dari dampak qada yang ada. Allah akan menguatkan muslim di dalam menerima segala cobaan.
Misalnya, ketika seorang muslim diuji dengan sakit. Maka ini merupakan qada yang Allah berikan. Hanya saja, ketika muslim berdoa sepenuh hati dan keyakinan agar segera diberikan kesembuhan, maka selama ia sakit, ini akan membuat muslim merasakan kondisinya lebih baik dari hari ke hari atau ia merasa ringan dengan sakit yang dimilikinya. Sehingga, muslim tersebut akan meyakini bahwa Allah mengabulkan doanya.
Begitu juga dengan qadar. Qadar adalah sesuatu yang pasti terjadi. Hanya saja, ketika muslim berdoa dengan benar dan ikhlas, ini akan membuatnya bersabar atas semua yang menimpa dirinya. Misalnya saat bencana alam menimpa masyarakat yang tinggal di lereng gunung merapi. Maka muslim yang memahami qada qadar akan senantiasa mengharap kepada Allah Swt., lisannya basah dengan zikir dan hatinya condong kepada takwa. Tidak seperti orang lain yang tidak memahami konsep qada qadar. Ia akan gelisah dan resah saat ujian menimpa dirinya.
Meskipun muslim harus bersabar atas qada qadar yang terjadi, maka hal ini tak lantas membuat muslim diam atas kondisi yang ada. Khususnya kondisi yang tidak sesuai syariat Islam. Muslim tetap harus berusaha mengubah kondisi yang ada agar berada dalam ketakwaan kepada Allah Swt. Misalnya, ketika terjadi kezaliman antara pemimpin dengan rakyatnya. Maka ini membutuhkan dakwah kepada masyarakat agar masyarakat memahami tugas seorang pemimpin terhadap rakyatnya.
Muslim juga tidak boleh berdiam diri dari kondisi pelanggaran hukum syarak. Bahkan harus berusaha semaksimal mungkin untuk menyadarkan umat agar kembali menerapkan syariat Islam di dalam sistem kehidupan. Hal ini karena muslim memiliki ikhtiar atau usaha yang menjadi area yang dia kuasai dan akan diminta pertanggungjawabannya. Ini juga sesuai dengan firman Allah Swt.,
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri," (TQS. Ar-Ra'du : 11)
Penutup
Perkara qada qadar sejatinya merupakan perkara yang menjadi hak istimewa Allah semata. Jika qada qadar telah tampak dan terjadi pada manusia, maka sikap yang harus diambil adalah menerima dengan ikhlas, bersabar, dan berdoa agar diringankan dalam menanggung bebannya. Namun, jika qada qadar itu masih gaib dan belum terjadi, maka manusia diperintahkan untuk senantiasa berdoa sebagai bentuk mengharap dan berprasangka baik kepada Allah Swt.
Wallahu alam bish shawab.[]