"Pemikiran sekuler atau pemisahan agama dalam kehidupan telah membuat masyarakat berbuat sesuai dengan aturan akal manusia yang tentu saja bersifat lemah dan terbatas. Sistem ekonomi kapitalistik yang diterapkan negara juga turut memengaruhi mindset masyarakat bahwa memiliki keluarga dan keturunan akan menambah beban diri."
Oleh. Firda Umayah
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Empat negara Asia yaitu Korea Selatan, Cina, Jepang, dan Singapura terancam krisis populasi. Ini dilihat dari tingkat kesuburan dalam negara tersebut berada di bawah standar negara global. Di mana angka kesuburan di empat negara tersebut hanya berkisar 0,81 hingga 1,12. Sedangkan tingkat kesuburan negara global berada di angka 2,1 hingga 2,3. (detik.com, 27/11/2022)
Terjadinya resesi seks disinyalir menjadi penyebab terjadinya penurunan angka kelahiran keempat negara tersebut. Resesi seks terjadi ketika masyarakat enggan menikah dan memiliki keturunan. Ide childfree juga merupakan penyebab dari resesi ini.
Jika resesi ini terus terjadi, maka dapat dipastikan akan terjadi penurunan jumlah penduduk secara signifikan yang berimbas kepada penurunan daya beli dan konsumsi masyarakat, penurunan produksi dan ekonomi, penurunan di bidang pembangunan, dan lain-lain.
Kapitalisme Akar Masalah Krisis Populasi
Resesi seks yang banyak menimpa negara maju merupakan buah dari penerapan ideologi kapitalisme. Di mana ideologi ini telah menggiring masyarakat memiliki pemikiran yang sekuler, kapitalisme, liberalisme, dan individualisme. Ditambah lagi dengan adanya pemikiran feminisme dan kebijakan negara yang membatasi jumlah keturunan di dalam suatu keluarga.
Pemikiran sekuler atau pemisahan agama dalam kehidupan telah membuat masyarakat berbuat sesuai dengan aturan akal manusia yang tentu saja bersifat lemah dan terbatas. Sistem ekonomi kapitalistik yang diterapkan negara juga turut memengaruhi mindset masyarakat bahwa memiliki keluarga dan keturunan akan menambah beban diri. Sifat masyarakat yang individualis, telah membuat sebagian masyarakat beranggapan tidak penting menjalin hubungan dengan lawan jenis atau memiliki pasangan. Terlebih lagi, banyaknya tingkat perceraian serta kasus kekerasan yang turut meramaikan kehidupan mereka yang telah berpasangan.
Bercokolnya pemikiran liberalisme turut memperkuat pemikiran masyarakat yang bebas dalam berpikir dan bersikap, termasuk kebebasan dalam berperilaku. Adanya seks bebas, pornografi, robot seks atau yang lainnya telah membuat sebagian orang merasa cukup dengan melampiaskan naluri seksualnya dengan hal itu.
Adanya pemikiran feminisme dan kesetaraan gender telah membuat para perempuan lebih memilih menjadi wanita karier daripada menjadi seorang ibu. Kebijakan negara yang membatasi jumlah keturunan dengan program keluarga berencana atau sejenisnya dan pembatasan pemberian tunjangan keluarga juga menyebabkan tingkat kelahiran menurun.
Islam Solusi Krisis Populasi
Dalam agama Islam, menikah dan memiliki keturunan bagi muslim merupakan bagian dari ibadah. Ini merupakan salah satu cara untuk menjaga keberadaan umat Islam. Bahkan Rasulullah saw. menyukai jumlah umat Islam yang banyak. Rasulullah saw. bersabda, "Nikahilah perempuan yang pecinta (yang mencintai suaminya) dan dapat mempunyai anak banyak, karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab (banyaknya) kalian di hadapan umat-umat (terdahulu)". (HR. Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Hibban dan Hakim)
Adapun terkait permasalahan ekonomi yang menjadi salah satu faktor enggannya menikah dan memiliki anak, maka Islam memandang bahwa negara bertanggung jawab untuk memberikan kemudahan bagi semua warga negara dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Tak hanya itu, Islam juga melarang adanya segala pemikiran yang bertentangan dengan syariat Islam seperti childfree, liberalisme, individualisme, feminisme, dan yang lainnya. Dalam membendung ide-ide ini, maka lagi-lagi negara memiliki peran yang penting. Negara harus memastikan bahwa setiap muslim memiliki akidah Islam yang kuat dan memiliki pemahaman Islam yang utuh.
Negara juga tidak boleh membatasi jumlah keturunan di dalam suatu keluarga. Karena, Allah telah menyiapkan rezeki setiap anak yang lahir di dunia. Allah Swt. berfirman, "Allah yang menciptakan kamu, lalu memberi kamu rezeki…" (TQS. Ar-Rum : 40). Negara juga harus menjaga kondisi sosial masyarakat agar terbebas dari sifat individualis, liberal, dan sejenisnya. Negara juga harus mampu memberikan jaminan terhadap penjagaan keturunan, keamanan, kehormatan, agama, akal, dan negara.
Semua itu hanya akan mampu dilakukan oleh negara yang menerapkan seluruh aturan Islam di dalam kehidupan. Negara itu adalah negara Islam, yakni Khilafah. Khilafah yang telah tegak lebih dari13 abad faktanya telah mampu melahirkan generasi cemerlang yang membawa peradaban manusia menuju peradaban mulia, yakni peradaban Islam.
Penutup
Khilafah telah mampu menjaga keberlangsungan hidup manusia khususnya muslim sehingga Khilafah mampu menjadi negara adidaya yang telah menguasai dua pertiga wilayah dunia.
Peradaban Islam yang gemilang dengan adanya Khilafah merupakan bukti bahwa syariat Islam merupakan solusi atas segala permasalahan hidup manusia. Oleh karena itu, sudah saatnya umat Islam kembali kepada penerapan syariat Islam sebagai bagian dari keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Wallahu a'lam bishawab.[]