"Rancangan Allah atas gerakan salat yang diperintahkan, tidak hanya akan menuai pahala tapi juga berdampak sangat hebat bagi kondisi kesehatan tubuh manusia. Namun, seberapapun banyaknya manfaat. Hendaknya kita memang menunaikan kewajiban salat lima waktu itu semata-mata ikhlas karena Allah Swt.'
Oleh. Nurjamilah, S.Pd.I.
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)
NarasIPost.Com-Apakah Anda termasuk muslim yang rajin mengerjakan salat ataukah sebaliknya, masih terbelenggu rasa malas untuk mengamalkan ibadah ini? Jika Anda termasuk muslim yang rajin menunaikan salat, maka Anda termasuk orang yang beruntung. Namun, jika Anda masih bersikap acuh tak acuh terhadap ibadah ini, sesungguhnya Anda sedang merugi. Mengapa? Sebab, salat merupakan salah satu ibadah yang istimewa dan menyimpan banyak keajaiban.
Salat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. Hukum mengerjakannya fardu bagi setiap muslim yakni pada waktu yang telah ditentukan syarak, yakni Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, dan Isya. Ibadah ini istimewa dalam banyak hal, di antaranya salat merupakan ibadah yang diperintahkan langsung oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. tanpa perantara malaikat Jibril dalam peristiwa agung yakni Isra Mi’raj. Bahkan, melalui proses negosiasi besar antara sang utusan dengan Sang Pengutus. Sebab, awalnya salat diperintahkan sebanyak 50 kali dalam sehari, hingga akhirnya turun menjadi 5 waktu saja sebagaimana yang kita pahami saat ini.
Selain menjadi tiang agama dan ibadah yang pertama kali ditanya di yaumil hisab kelak, salat juga menjadi pembeda antara muslim dengan kafir. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Amalan seorang hamba yang paling pertama dihisab di hari kiamat adalah salat, jika salatnya baik maka baik pula seluruh amalannya, dan jika salatnya rusak maka rusak pula seluruh amalannya.” (HR. Thabarani). Dalam hadis yang lain, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya batas antara seseorang dengan syirik dan kekafiran itu adalah meninggalkan salat.” (HR. Muslim)
Bukan hanya itu, salat juga memiliki investasi kesehatan yang menakjubkan, baik dari sisi fisik, mental, maupun keseimbangan emosional dan spiritual. Hal ini dibuktikan dengan penelitian beberapa ilmuwan yang menelusuri terkait manfaat salat bagi kesehatan manusia. Bahkan, di antaranya ada yang menjadi muallaf setelah melakukan penelitian ini, seperti yang dialami Dr. Fidelma o’Leary seorang Professor Biologi di Universitas St. Edwar di Austin, Texas, Amerika Serikat. Kalbunya merunduk di hadapan kekuasaan Al-Khalik yang telah menurunkan titah salat pasca penelitian.
Definisi Salat
Salat adalah rangkaian ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri salam. Hukum salat ada 2 macam, yakni fardu bagi salat yang 5 waktu (Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, dan Isya) dan sunah (Rawatib, Duha, Tahajud, Hajat, Witir, dan lain sebagainya). Banyak sekali dalil yang menunjukkan kewajiban dari salat 5 waktu. Allah Swt. berfirman, “Dan dirikanlah salat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (TQS. Hud: 114)
Manfaat Salat bagi Kesehatan Fisik Manusia
Adapun manfaat salat bagi kesehatan fisik manusia berdasarkan hasil penelitian dari para ilmuwan adalah sebagai berikut:
a. Berdiri lurus
Gerakan ini berfungsi meluruskan tulang belakang dan menjadi awal dari latihan pencernaan, tulang, dan pernapasan.
b. Takbiratul Ihram
Posisi tegak berdiri, kedua tangan diangkat sejajar dengan telinga, kemudian melipatnya di dada bagian bawah atau depan perut. Rangkaian gerakan ini berfungsi melancarkan aliran darah, getah bening (limfa), serta kekuatan otot lengan. Selain itu, takbir merupakan latihan awal pernapasan.
Sebagaimana yang telah kita ketahui, alat pernapasan bagi manusia adalah paru-paru. Ternyata, kondisi paru kita terlindungi rongga dada yang tersusun dari tulang iga yang melengkung dan tulang belakang yang mencembung. Ditunjang pula oleh keberadaaan dua jenis otot yang mendekatkan lengan dari dada (adductor) dan menjauhkan (abductor).
Nah, takbir itu ditandai dengan aktivitas mengangkat kedua lengan dan merenggangkan otot-otot bahu, sehingga aliran darah yang mengangkut oksigen menjadi lancar. Kemudian posisi kedua tangan yang didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah, gerakan ini dapat menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.
c. Rukuk
Posisi rukuk yang benar dan sempurna ditandai dengan adanya tulang belakang yang lurus. Jadi, posisi kepala itu lurus dengan tulang belakang nya, sehingga bila segelas air diletakkan di atas punggung, tidak akan tumpah. Sikap ini efektif sekali dalam mencegah terjadinya pengapuran dan menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai pusat saraf dan penyangga tubuh.
Selain itu, posisi otak yang sejajar dengan jantung menyebabkan aliran darah bekerja optimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi untuk merelaksasikan otot-otot bahu hingga ke bawah. Bukan hanya itu, posisi rukuk merupakan latihan kemih demi mencegah keluhan prostat. Ginjal akan mengempis ketika terjadi pelurusan tulang belakang. Sedangkan, penekanan kandung kemih oleh tulang belakang dan tulang kemaluan mampu melancarkan kemih (buang air kecil).
d. Iktidal
Posisi bangkit dari ruku, menegakkan tubuh kembali setelah mengangkat kedua tangan setinggi telinga. Sikap ini berfaedah untuk melancarkan pencernaan. Sebab, organ-organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian.
e. Sujud
Posisi menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai. Gerakan ini berfungsi memompa getah bening dari tungkai perut dan dada ke bagian leher dan ketiak, sehingga bisa mencegah wasir. Posisi jantung yang berada di atas otak menyebabkan oksigen mengalir dengan maksimal ke otak. Hal tersebut memengaruhi daya pikir juga meningkatkan kecerdasan seseorang. Bahkan, bagi wanita posisi sujud dan ruku memiliki efek yang luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ tubuh kewanitaan.
Setiap inci otak manusia memerlukan darah yang mencukupi agar mampu berfungsi dengan normal. Darah tidak memiliki kesempatan memasuki urat saraf dalam otak, melainkan ketika seseorang bersujud dalam salat. Tak perlu berjam-jam, tapi jangan terlampau singkat juga, urat saraf itu hanya memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ritme itu terjadwal dengan teratur seiring dengan waktu salat.
f. Duduk di antara dua sujud
Duduk setelah bangun dari sujud ada dua jenis, yakni iftirosy (tahiyat awal) dan tawarru (tahiyat akhir). Apa perbedaannya? Perbedaannya terletak pada posisi telapak kaki. Pada saat iftirosy, tubuh kita bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan saraf nervus ischiadius. Sikap ini mampu menghindarkan dari rasa sakit pada pangkal paha yang meyebabkan sebagian besar penderitanya tidak bisa berjalan. Sementara, duduk tawarru efeknya sangat luar biasa bagi pria, sebab tumit dalam posisi itu mampu menekan aliran kandung kemih (uretra), kelenjar kelamin pria (postate) dan saluran vas deferens. Hal ini efektif sekali dalam mencegah impotensi, tentu saja jika dilakukan dengan posisi yang benar.
Pergantian posisi kedua telapak kaki ini mampu meregangkan seluruh otot tungkai, kemudian kembali rileks. Keharmonisan gerakan dan tekanan inilah yang mampu menjaga kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak kita.
Bukan hanya itu, posisi duduk di antara dua sujud mampu menstimulasi kerja kelenjar keringat disebabkan bertemunya lipatan paha dan betis, sehingga dapat mencegah terjadinya pengapuran. Bahkan, berfungsi melatih ketahanan kaki agar dapat menopang berat badan kita secara optimal. Hal itu disebabkan, pembuluh darah balik yang berada di atas pangkal kaki tertekan, sehingga darah akan memenuhi seluruh telapak kaki mulai dari mata kaki, dengan begini pembuluh darah di pangkal kaki mengembang.
g. Salam
Gerakan ini merupakan penutup salat, yakni memalingkan wajah ke arah kanan dan kiri secara optimal. Ini bermanfaat untuk menjaga kelenturan urat leher dan kepala, menyempurnakan aliran darah di kepala sehingga mampu mencegah sakit kepala serta menjaga kekencangan kulit wajah. Bukan hanya itu, gerakan ini akan mempercepat aliran darah dari leher ke jantung.
Maasyaallah, luar biasa kontribusi gerakan salat bagi kesehatan manusia. Rancangan Allah atas gerakan salat yang diperintahkan, tidak hanya akan menuai pahala tapi juga berdampak sangat hebat bagi kondisi kesehatan tubuh bagi orang-orang yang menunaikannya.
Manfaat Salat bagi Kesehatan Mental Manusia
Salat, bukan hanya bermanfaat bagi kesehatan fisik manusia, tetapi juga berpengaruh pada kesehatan mentalnya, berikut ulasannya:
Pertama, menggembleng ketundukan seorang muslim pada pimpinan yang telah memberikan instruksi, seorang makmum wajib mengikuti tindak-tanduk imam dalam salat tanpa protes dan bersabar untuk tidak mendahului gerakan imam, walaupun sebenarnya dia mampu melakukannya.
Kedua, mendidik muslim agar memiliki kedisiplinan yang tinggi dalam melaksanakan berbagai amanah yang diembannya, karena ibadah salat memiliki waktu yang jelas dan teratur.
Ketiga, menanamkan sikap optimisme pada diri muslim dalam menyongsong masa depan, karena inti ibadah itu adalah doa yakni menggantungkan harapan dengan hamparan pinta kepada Allah Swt.
Keempat, memberikan ketenteraman jiwa, ketenangan hati dan mendekatkan diri pada Yang Mahakuasa. Ibadah salat merupakan aktivitas zikir yang akan membuahkan ketenteraman hati. Ingatlah firman Allah Swt., “Ketahuilah hanya dengan berzikir kepada Allah hati akan tenteram.” (TQS. Ar-Ra’du: 28)
Kelima, memunculkan keberanian, kesabaran, dan sikap tangguh dalam menghadapi problematik kehidupan yang silih berganti menerjang dirinya. Dia memiliki keyakinan akan posisinya sebagai hamba yang akan terus mendapatkan ujian dari Allah Swt. sepanjang nyawa masih dikandung badan.
Keenam, menancapkan sikap legawa untuk mengakui dan menyadari berbagai kesalahan dan dosanya selama ini, karena salat merupakan waktu yang mustajab untuk memohon ampunan kepada Allah Swt. atas segala dosa yang diperbuat.
Ketujuh, mencegah muslim dari melakukan perbuatan keji dan mungkar, jika salatnya dilakukan dengan benar, khusyuk, dan ikhlas. Salat merupakan benteng pertahanan individu dalam menangkal berbagai pengaruh negatif yang muncul dari dirinya sendiri ataupun dari orang lain. Sebagaimana firman Allah Swt., “Sesungguhnya ibadah salat itu dapat mencegah diri dari perbuatan keji (buruk) dan munkar (jahat).” (TQS. Al-Ankabut: 45)
Kedelapan, relaksasi otot yang ada dalam gerakan salat disinyalir dapat menghilangkan penyakit hati seperti marah atau emosi berlebihan, kebencian, dengki dan lain sebagainya. Sebab, otot yang tegang akan mengakibatkan peredaran darah menjadi tidak stabil sehingga bisa memancing emosis yang berlebihan, bahkan kadang bertindak di luar batas kewajaran.
Kesembilan, relaksasi panca indera. Kerap kali kelima indera kita ini digunakan untuk bermaksiat kepada Allah, baik disengaja ataupun tidak. Nah, ibadah salat ini mampu melepaskan ketegangan dan tekananan baik dari dalam maupun luar, saat otak memancarkan gelombang tetha. Harmonisasi antara gerakan tangan, kaki, dan badan berpadu dengan irama napas dan tumakninah akan memberikan efek relaksasi yang baik bagi kesehatan tubuh manusia.
Kesepuluh, mengandung efek meditasi, jika dilakukan dengan khusyuk. Mengapa? Karena dalam kondisi khusyuk seseorang akan fokus mengingat Allah (zikrullah) bukan yang lain, sehingga mampu menghadirkan ketenangan jiwa dan batin.
Terakhir, menghadirkan manfaat auto-sugesti. Kumpulan bacaan dalam salat berisi hal-hal yang baik saja, berupa pujian, doa, permohonan ampun, dan harapan. Bacaan salat yang dilakukan secara berulang-ulang mampu menanamkan hal-hal positif ke dalam alam bawah sadar kita.
Tabaarakallahu ahsanal khaaliqiin. Terbukti sudah suatu ungkapan yang menuturkan bahwa
حيثما يكون الشرع تكون المصلحة
“Dimana ada syariah, maka di situ ada maslahat.” (M.M. Ismail, Al-Fikr Al-Islami, Kairo: 1958)
Namun ingat, seberapapun banyaknya manfaat salat bagi kesehatan manusia, hendaknya kita memang menunaikan kewajiban salat lima waktu itu semata-mata ikhlas karena dorongan keimanan, ketaatan sekaligus rasa cinta dan syukur kepada Allah Swt. Wallahu a’lam bi ash-showwab.[]