Samudra Impian

"Samudra impian melambaikan senyuman menawan.
Mengiba dan menanti untuk hancurkan ancaman berbalapan.
Ajudan perkasa siap menerjang barisan kebaikan.
Pecahkan buih dengan balutan janji bercakapan"


Oleh. Firda Umayah
(Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Alam semesta menjadi saksi akan kebisuan mimpi
Saat samudra berlari membawa angan yang terpatri
Orkestra kehidupan mengalun lambat namun pasti
Menambah deretan perjuangan yang penuh arti

Simfoni egoisme berperang melawan angan
Membujuk dan merayu setiap harmoni penuh ajakan
Kalaulah ada peluh darah sesegukan yang tersimpan
Bukan penghalang untuk memeluk semua dambaan

Ombak impian berkejar menyapa acuan
Bimbang menerjang harapan penuh hitungan
Akankah berlabuh pada hunian berlimpah jabatan
Ataukah menghimpun doa dengan sebuah ikatan

Nada kehidupan bersahutan membuai harapan
Musik sekuler alunkan gamelan penuh kepalsuan
Menjerat hati membungkam semua arah bayangan
Merobohkan bangunan iman dengan impian penuh jamuan

Samudra impian melambaikan senyuman menawan
Mengiba dan menanti untuk hancurkan ancaman berbalapan
Ajudan perkasa siap menerjang barisan kebaikan
Pecahkan buih dengan balutan janji bercakapan

Maestro licik memutarkan lagu usang tak berkesudahan
Menghipnotis semua kalangan dengan aneka hidangan
Berharap jarahan tetap di tangan tanpa hambatan
Tertawa pongah hilangkan takut akan keruntuhan

Embusan angin mengabarkan sebuah janji nan suci
Sadarkan diri akan arus keji yang menghampiri
Bersama para pemimpi mewujudkan harapan hakiki
Menggenggam asa meski sandungan terus menghampiri

Abrasi mimpi memecahkan karang yang berselimut dikotomi
Menghancurkan arteri aspirasi penuh dengki tak berempati
Genderang suci bergeliat meruntuhkan hegemoni hierarki
Mengulurkan ideologi penuh janji dalam kitab suci

Samudra impian mengempaskan air mata yang terpendam
Berlari memeluk kenangan penuh azam nan menghunjam
Bangkit menyebarkan kalam Ilahi yang lama bersemayam
Mengidam janah menyelami muara temaram nan tenteram

Samudra impian kembali pada fitrah mulia yang ternama
Menyebarkan rahmat bukti kasih sayang Dia Yang Maha Kuasa
Jernihnya air bebaskan diri yang hina nan papa
Sucikan asa yang sempat mati teperdaya dunia[]


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Buah Pendidikan Sekuler, Perilaku Anak Makin Sadis

"Kehidupan sekuler memberikan kebebasan berperilaku pada setiap individu tanpa adanya standar baku yang jelas. Sehingga, kebebasan tersebut menjadikan mereka tidak mau terikat dengan aturan agama dan jauh dari nilai-nilai agama. Akibatnya, krisis akhlak pada generasi makin menjadi-jadi."


Oleh. Sofia Hamdani
(Kontributor NarasiPost.Com dan Aktivis Dakwah)

NarasiPost.Com-Kasus bullying makin menjadi-jadi. Jika dahulu kasus bullying terjadi di tingkat SMA dan SMP, hari ini, kasus bullying juga marak terjadi di tingkat SD. Pelaku dan korban bullying tidak lagi memandang usia, bahkan makin sadis.

Seperti dikabarkan media beberapa waktu lalu, kasus perundungan kembali terjadi di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Sukaraja, Kabupatenbupaten Sukabumi, Jawa Barat. Seorang siswa kelas 2, MHD (9) dikabarkan meninggal dunia akibat dikeroyok kakak kelasnya. Korban mengalami dua kali pengeroyokan, yaitu pada Senin (15/5) dan Selasa (16/5). Pengeroyokan terakhir menyebabkan korban kejang-kejang hingga dilarikan ke rumah sakit. Berdasarkan keterangan dokter, korban mengalami luka pada bagian organ dalamnya. Hingga setelah kritis selama 3 hari, korban dinyatakan meninggal dunia pada pukul 08.00 WIB, Sabtu (20/5). (Kompas.com, 21/5/2023)

Bullying bukan lagi hal tabu dalam dunia pendidikan. Bahkan, seiring banyaknya kasus-kasus serupa, justru menjadikan perilaku ini makin liar. Perilaku yang kerap memakan banyak korban ini menandakan bahwa negara masih belum berhasil dalam menyelesaikan problematik bullying dalam dunia pendidikan. Meskipun narasi anti- bullying, pendidikan karakter, dan revolusi mental terus digalakkan, nyatanya ini tidak cukup untuk memberantas kasus perundungan hingga tuntas.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat ada 999 anak menjadi korban perundungan di sekolah sejak tahun 2011-2019. Sedangkan 766 anak tercatat sebagai pelaku perundungan di sekolah. Jumlah kasus bullying sempat menurun pada tahun 2021. Setidaknya ada 53 kasus perundungan yang terjadi di berbagai jenjang di satuan pendidikan. Namun, jumlah ini menurun disebabkan sebagian besar sekolah ditutup karena pandemi. Sedangkan pada tahun 2022, kasus bullying kembali mengalami peningkatan, yaitu sekitar 226 kasus atau meningkat empat kali lipat dibandingkan 2021. (Republika.com, 22/5/2023)

Adapun berdasarkan catatan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), sepanjang dua bulan pertama pada 2023 sudah tercatat ada enam kasus tindak perundungan atau kekerasan fisik dan 14 kasus kekerasan seksual di satuan pendidikan. Dari catatan FSGI, kasus perundungan pada Januari-Februari 2023 terjadi di jenjang pendidikan SD ada satu kasus, Madrasah Tsanawiyah (MTs) tercatat satu kasus, pondok pesantren ada satu kasus, dan terbanyak terjadi di jenjang SMK sebanyak tiga kasus. (Republika.com, 06/3/2023)

Artinya, kasus bullying masih cukup besar di negeri ini dan berpotensi terus terjadi. Hal ini diperkuat oleh survei Mendikbudristek pada tahun 2022. Survei yang melibatkan 260 ribu sekolah di Indonesia, di level SD/madrasah hingga SMA/SMK terhadap 6,5 juta peserta didik dan 3,1 juta guru menyatakan bahwa terdapat 24,4% potensi perundungan di lingkungan sekolah. (Kumparan.com, 12/4/22)

Sebenarnya ada banyak faktor yang menyebabkan maraknya kasus bullying. Mulai dari pola pendidikan di lingkungan keluarga, kehidupan di masyarakat, hingga kebijakan negara. Sebagian orang tua tidak menjadikan agama sebagai landasan dalam mendidik anaknya. Sehingga tak jarang orang tua pun ikut tergerus dalam arus sekularisme.

Minimnya pemahaman orang tua terhadap agama mengantarkan pada ketidakmampuan dalam membentuk karakter anak beriman dan berakhlak mulia. Hal ini diperparah dengan lingkungan sosial yang hedonis nan tidak sehat dan kebebasan dalam mengakses tontonan tanpa adanya pengawasan. Selain itu, kebijakan negara dalam mengatur kurikulum pendidikan juga sangat berpengaruh.

Kurikulum pendidikan hari ini tegak di atas dasar nilai-nilai sekularisme. Dalam penerapannya hanya fokus mengedepankan pencapaian akademik. Sedangkan peran agama dalam membentuk karakter mulia justru tidak diutamakan. Walhasil, generasi hari ini sangat minim akhlak dan moral yang baik. Sebuah konsekuensi yang harus ditanggung ketika negara masih mengadopsi aturan buatan manusia. Selama negeri ini masih menerapkan aturan yang berlandaskan pada sistem sekularisme, mustahil kasus-kasus perundungan dapat terselesaikan.

Sekularisme adalah paham yang memisahkan agama dari kehidupan dan negara. Negara memperbolehkan keberadaan agama hanya pada urusan privat saja. Sedangkan pada ranah publik, peran agama sangat minim dan dibatasi.

Kehidupan sekuler memberikan kebebasan berperilaku pada setiap individu tanpa adanya standar baku yang jelas. Sehingga, kebebasan tersebut menjadikan mereka tidak mau terikat dengan aturan agama dan jauh dari nilai-nilai agama. Akibatnya, krisis akhlak pada generasi makin menjadi-jadi. Inilah yang membuat mereka makin sadis.

Kembali pada Aturan Islam

Adalah sebuah keniscayaan ketika Islam dijadikan sebagai way of life dan sistem yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Maka, besar kemungkinan kasus bullying tidak akan kita jumpai. Sebab, Islam bukan hanya agama yang mengatur kehidupan privat saja, melainkan juga mengatur seluruh aspek kehidupan.

Islam menjadikan keimanan sebagai landasan dalam setiap perbuatan. Disertai keyakinan bahwa setiap perbuatan di dunia akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Islam juga menuangkan aturannya dalam bentuk perintah dan larangan yang akan berbuah pahala bagi yang menaati, dan berbuah dosa bagi yang melanggar. Sehingga, hal ini akan mampu menjadi benteng dari perilaku jahat/sadis.

Dalam Islam, bullying merupakan perbuatan tercela. Sebab, termasuk merendahkan dan menzalimi orang lain. Dengan dorongan keimanan dan ketaatan terhadap aturan Allah Swt. sebagai Al-Mudabbir, seluruh kaum muslim akan menjauhinya.

Hal ini telah jelas dalam QS. Al-Hujurat ayat 11, Allah Swt. melarang tindakan mengolok-olok,
"Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."

Sebaliknya Allah Swt. memerintahkan kita untuk saling mengasihi dan menjaga persatuan, sebagaimana dalam QS. Ali Imran ayat 103, “Berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah dan jangan bercerai-berai!”

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan, mulai dari mengganti paradigma pendidikan yang berlandaskan sekularisme dengan menerapkan sistem pendidikan Islam, yang tidak hanya menempa siswa dari sisi pencapaian akademik saja, melainkan juga dari sisi kepribadian, termasuk membentuk akhlak dan moralitas yang baik. Hal ini telah terbukti tatkala Islam diterapkan di masa lalu. Sistem pendidikan islam mampu mencetak generasi-generasi yang unggul di berbagai bidang. Selain itu, harus ada upaya dalam meningkatkan kemampuan mendidik pada keluarga, menata media agar konten-konten liar yang merusak tidak merasuki pemikiran anak. Sehingga, dapat berkontribusi dalam peningkatan belajar dan yang tidak kalah penting membangun suasana kondusif di tengah masyarakat.

Kasus bullying tidak akan bisa selesai hanya dengan seruan revolusi mental, pendidikan karakter atau kampanye anti- bullying. Sebab akar permasalahannya ada pada sistem kehidupan sekularisme yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya solusi mendasar dan menyeluruh untuk menyelesaikan secara tuntas permasalahan bullying dan darurat pendidikan. Dan kembali pada syariat Islam adalah solusi tuntas bagi seluruh problematik umat, termasuk bullying.

Wallahu'alam bisshawwab[]


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Sudah Siap?

"Sadarlah wahai diri!
Kamu hanya sedang menanti
Jangan terlalu mengejar duniawi
Sampai melupakanmu pada Ilahi"


Oleh. Rani Widiya Astuti
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Tidak ada yang abadi
Semua akan kembali
Pada Ilahi Robbi
Sudah adakah bekal kita?
Untuk menghadap Sang Pencipta
Kenapa masih berleha-leha dengan dosa?
Sedang ajal datang tiba-tiba
Mungkin sekarang masih santai
Namun apabila saatnya tiba
Apakah masih bisa lalai?

Silakan saja mengejar dunia
Tapi ingat, ia hanya sementara
Jangan terlena oleh kenikmatannya
Sekarang mungkin masih sibuk mengejar kesenangan dunia
Besenda gurau bersama orang tercinta
Kadang kala sampai lupa waktu
Tetapi jika kematian telah tiba di depan mata
Apakah kita akan selamat dari azab?
Sedang banyak waktu terbuang sia-sia
Setiap detiknya hanya diisi dengan dosa

Sadarlah wahai diri!
Kamu hanya sedang menanti
Jangan terlalu mengejar duniawi
Sampai melupakanmu pada Ilahi
Alangkah lalainya diri
Sering lupa mengingat mati
Tak ada bekal untuk hari nanti
Tapi diri masih disibukkan duniawi
Apa yang ingin kau cari wahai diri?
Kematian semakin dekat
Namun tak kunjung bertobat

Kesempatan hidup semakin berkurang
Lalu kenapa engkau semakin lalai, wahai diri!
Tak sadar kah engkau menyakiti diri sendiri
Terlalu tinggi anganmu
Terlalu sedikit sujudmu
Ingin mendapat keberkahan, sedang ibadah berantakan
Apakah pantas?

Diri ingin masuk surga
Namun tindakan seperti ingin masuk neraka
Terus-terusan melakukan dosa
Ibadah jika ada waktu saja
Seakan bahagia yang hakiki terletak pada duniawi
Terkadang terlalu tinggi ilusi
Inginnya masuk surga firdaus
Tetapi salatnya ditunda terus
Baca Al-Qur'an kalau sempat
Zikirnya kalau ingat
Sekali salat secepat kilat
Namun ketika punya hajat minta dikabulkan dengan cepat
Coba dipikirkan dengan akal sehat
Apakah yang demikian itu pantas?

Segeralah bertobat sebelum terlambat
Jangan sia-siakan waktu sesaat dengan maksiat
Pantaskan diri untuk mendapatkan mati yang baik
Jangan hanya mendapatkan jodoh yang baik

Hamasah
Serdang Bedagai, 31 Mei 2023[]


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Jangan Pernah Bosan

"Judul ini mengingatkan saya pribadi bahwa sebagai orang tua jangan pernah bosan untuk selalu mendidik dan mengingatkan anak pada hal-hal yang baik dan positif sesuai ajaran agama."


Oleh. Sherly Agustina, M.Ag.
(Kontributor NarasiPost.Com dan Penulis)

NarasiPost.Com-Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an, "Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Furqan: 74)

Dalam mendidik anak pasti banyak lika-likunya, apalagi di zaman serba bebas dan permisif seperti sekarang di mana teknologi informasi semakin cepat berkembang dan mudah diakses oleh siapa pun. Pendidikan agama menjadi fondasi anak dalam mengarungi kehidupan dan menghadapi berbagai tantangan zaman. Sayangnya, para orang tua kurang optimal dalam membekali agama bagi putra-putrinya di tengah derasnya arus informasi dan liberalisasi.

Judul ini mengingatkan saya pribadi bahwa sebagai orang tua jangan pernah bosan untuk selalu mendidik dan mengingatkan anak pada hal-hal yang baik dan positif sesuai ajaran agama. Walau terkadang ada rasa bosan dan kesal bahwa kita pernah mengingatkan anak untuk rajin belajar membaca Al-Qur'an, nyatanya anak sering salah dan lupa. Namun, begitulah manusia diciptakan memiliki kelebihan dan kelemahan.

Maka, sebagai orang tua jangan pernah bosan untuk menanamkan habits yang baik terus-menerus. Agar habits tersebut melekat erat di benak dan memori anak-anak kita bahwa dari kecil kita sering mengajarkan habits yang baik. Misalnya, bangun pagi, salat lima waktu, membaca dan menghafal Al-Qur'an, membantu orang tua di rumah, main seperlunya, semua ada waktunya, rajin belajar, jangan berbohong, dan lainnya.

Walau di masa kecil anak sering lupa, semoga setelah dewasa mereka ingat petuah dan habits baik yang selalu diajarkan oleh orang tua mereka. Jika kita merasa bosan, akhirnya berhenti mendidik mereka karena kesal maka kita telah kalah oleh godaan setan dan menghadapi zaman yang serba hedon, permisif, dan liberal. Sama artinya, kita merelakan anak kita terjerumus dan terbawa arus kebebasan yang merusak masa depan mereka.

Sementara di sisi lain kita ingin anak menjadi investasi akhirat, mendamba mereka menjadi anak saleh estafet perjuangan Rasul dan para ulama. Kita juga ingin mereka menjadi pemimpin bagi orang-orang bertakwa, serta mempersiapkan mereka menjadi penakluk Roma yang dinanti Allah dan Rasul-Nya.

Oleh karenanya, tidak mudah mendidik mereka di zaman seperti saat ini. Kesulitan ini menjadi tantangan dan cobaan, jangan pernah kita kalah karena kita punya Allah tempat berserah. Teringat sabda Rasulullah saw., "Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi No. 2260. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadis ini hasan).

Ya, berpegang teguh pada ajaran agama di zaman sekarang ibarat memegang bara api. Begitu juga mendidik anak agar sesuai ajaran agama di zaman serba bebas dan permisif sangat berat. Di mana konten porno bebas berkeliaran di dunia maya dan mudah diakses oleh anak kecil. Di luar banyak pemuda yang tawuran dan melakukan kekerasan, mudah dilihat oleh anak-anak. Beredar berita bocah SD meninggal karena tindakan kekerasan teman-temannya.

Semua hal yang tidak baik banyak dilihat dan didengar oleh anak-anak, jika tidak ada filter dari orang tuanya akan masuk ke benak anak dan penasaran ingin mengikuti yang tidak baik. Anak kita ibarat kertas putih yang bersih, maka jangan biarkan ada noda yang mengotori kertas putih itu. Anak amanah dari Allah yang harus benar-benar kita jaga, hingga saatnya anak kita kembali diambil oleh pemiliknya dalam kondisi yang sebaik-baiknya.

Tugas kita sebagai orang tua tentu tidak mudah, perjuangan dan pengorbanan yang kita lakukan insyaallah akan membuahkan hasil yang baik jika selama proses pendidikannya tidak keluar dari syariat. Maka, tetaplah berpegang teguh pada syariat, walau berat. Hingga, akan indah pada waktunya menuai semua yang kita tanam di dunia fana ini. Semoga Allah izinkan, keluarga kita menjadi keluarga pejuang seperti Rasul dan para sahabat. Semoga Allah izinkan pula, keluarga kita semua masuk ke surga-Nya dan bisa berkumpul bersama menikmati kebahagiaan yang hakiki. Aamiin.

Allahualam Bishawab.[]


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Riak Kecil

"Mas Nafis meraih tangan Shafa, "Terima kasih sudah mau menerima Mas menjadi suami kamu. Kita pasti bisa berjalan bahkan berlari bersama-sama."


Oleh. Ghumaisha Gaza
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-"Mas Nafis demam, Fa! Umi sama Abi terpaksa masuk ke kamar karena khawatir, tidak ada jawaban setelah beberapa kali dipanggil dan diketuk. Mas Nafis tidak terlihat salat berjemaah Subuh ke masjid. Bahkan sejak kemarin sore Umi baru sadar Mas Nafis tidak tampak keluar kamar. Saat kita lihat, Mas Nafis ternyata sedang berbaring. Wajahnya pucat, badannya panas sekali, sempat mengigau memanggil nama kamu, bahkan sempat terdengar ingin dibawakan minum. Umi juga sudah bawakan makan, tapi entah karena canggung atau tidak nafsu makan, hanya bisa makan beberapa suap. Bilangnya sudah cukup, tidak apa-apa dan perlu istirahat saja, tapi Umi sangat khawatir melihatnya, Fa."

Shafa merasa langkahnya begitu berat padahal ia ingin segera menuju kamarnya yang telah ia tinggalkan selama tiga malam. Sesekali tangan kanannya tampak menghapus air mata yang tak mampu dibendungnya lagi. Sementara tangan kirinya memegang sebuah jam tangan berwarna cokelat yang membuat hatinya merasa semakin bersalah.

"Maafkan aku Mas, maafkan!" bisiknya lirih. Sementara nasihat uminya pun terus terngiang-ngiang dalam benaknya.

"Rasulullah bahkan pernah bersabda, Fa! Seandainya aku boleh menyuruh seorang manusia sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang perempuan sujud kepada suaminya."

"Apa yang membuat kamu kesal dan tega meninggalkannya? Kalaulah Mas Nafis banyak menghabiskan waktunya untuk belajar dan duduk di hadapan kitab-kitabnya, maka pahamilah, ini jalan hidup yang Mas Nafis pilih. Allah telah memberikan karunia pemahaman agama kepada Mas Nafis, dan pemahamannya tersebut menjadi amanah untuk terus dihidupkan di tengah-tengah umat. Belajar dan mengajar menjadi napas dalam kehidupannya. Bahkan belajar atau menuntut ilmu adalah kewajiban kita semua. Termasuk kamu sebagai istrinya, tetap dampingi Mas Nafis, kuatkan Mas Nafis, jaga semangat belajarnya agar selalu menyala."

Shafa kembali menghapus air matanya dan beberapa kali menarik napas panjang sebelum memasuki kamarnya. Ia merapikan hijabnya sejenak. Deretan kitab yang hampir memenuhi sebelah ruangan kamarnya seakan menatapnya tajam. Seseorang yang biasa ia lihat di meja belajarnya tampak tidak ada. Shafa meneruskan langkahnya mendekati dipan, seseorang yang sangat dirindukannya tampak duduk bersimpuh di atas lantai. Shafa merasa badannya lemas, sejurus kemudian air matanya kembali mengalir deras.


Siang itu, hari Kamis terakhir di bulan Syawal. Saat memasuki kamarnya Shafa melihat Mas Nafis ternyata sedang tertidur di atas sofa dengan ponsel yang masih menyala dan sebuah kitab di atas dadanya. Shafa berjalan pelan mendekati Mas Nafis, mematikan ponsel dan meletakkan kitab di atas meja belajar. Shafa memandangi wajah suami yang baru menikahinya pertengahan Ramadan itu lekat-lekat lalu sedikit tersenyum.

Tak lama Shafa tampak mengernyitkan keningnya dan berkata dalam hati, "Tumben tidak langsung bangun, biasanya meskipun matanya terpejam, tapi saat suara seorang syekh di ponselnya berhenti, Mas Nafis akan segera terbangun."

Shafa kemudian menepuk lengan Mas Nafis pelan, "Mas!" Shafa menunggu respons Mas Nafis sejenak. "Mas!" panggilnya lagi.

Akhirnya Mas Nafis mulai terbangun. Ia tampak menggeliat lalu menegakkan tubuhnya. "Ah!" erangnya sambil mengurut keningnya.

Shafa tampak khawatir, "Kenapa Mas, sakit?"

"Enggak!" jawab Mas Nafis sambil menggeleng pelan. "Mas baca kitab, tapi ada yang belum paham, jadi pusing!"

"Gimana enggak pusing, baca kitab enggak ada jedanya!"

Mas Nafis tersenyum kemudian menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Kenapa?" tanyanya seakan memahami bahwa kedatangan Shafa memang ingin bercerita.

Shafa mendekati Mas Nafis kemudian bersandar di sisinya. "Aku datang bulan, Mas!" jawab Shafa lirih. "Padahal aku sudah senang karena telat dua hari, ternyata…!"

Mas Nafis mengangguk pelan, "Iya sabar, berarti memang belum waktunya hamil!"

"Iya sih, usia pernikahan kita juga baru satu bulanan!" Shafa kemudian menegakkan tubuhnya dan duduk menghadap Mas Nafis.

"Mas ikut Quranic Camp, yuk! Seru tahu acaranya, aku setiap tahun suka ikut jadi pembimbing para santri di sana!"

Mas Nafis hanya tersenyum. "Tapi tahun ini banyak asatidz lain 'kan yang mendampingi?"

"Pastinya!" Shafa tampak berpikir sejenak. "Tapi kita ikut aja, aku punya tenda kecil, cukup untuk berdua!"

"Tenda ikhwan akhwat biasanya terpisah cukup jauh, bukan membimbing kalau kita di sana malah berduaan, iya 'kan?"

Shafa menghela napas, "Terlepas kita satu tenda atau tidak, tapi kita ikut ya?"

Mas Nafis menegakkan tubuhnya lalu mengusap kepala Shafa, "Menarik! Tapi nanti sore Mas ada agenda sama Mas Musthafa mungkin sampai malam, kita diminta Abi mengunjungi Kiai Utsman, sepertinya dalam rangka kerjasama dengan pesantren. Terus, besok Jumat 'kan jadwal Mas isi khutbah di masjid. Meski mayoritas santri ikut kemah tapi santri atau asatidz yang tidak ikut dan masyarakat sekitar pesantren akan tetap salat Jumat di masjid. Jadi Mas harus tetap di sini."

Mas Nafis tampak menghela napas sejenak saat melihat Shafa hanya terdiam. "Nah, hari Sabtu memang sudah diagendakan bagi asatidz yang tidak ikut Quranic Camp, ada program khusus yaitu Dauroh Bahasa Arab, online, pengisinya seorang Pakar Bahasa Arab dan Balaghah dari Mesir, dan Mas diminta jadi penerjemahnya."

"Aku tahu Mas!" jawab Shafa tampak kecewa. "Apa tak bisa digantikan?"

"Digantikan siapa?" tanya Mas Nafis sambil tersenyum. "Abi? Mas Musthafa? Mereka ataupun asatidz yang lain sama-sama memiliki amanah yang harus dikerjakan di pesantren ini. Kita ikut acaranya malam Ahad aja, bagaimana? Selepas acara dauroh, kita berangkat siang, mau?"

Shafa yang terlanjur kecewa hanya menggeleng. "Aku izin pergi dari sore ini. Mas nanti menyusul aja!"

Mas Nafis menggeleng, "Enggak, Mas enggak izinkan!" Ia kemudian mengusap kepala Shafa dengan lembut. "Temani Mas aja ya? Di sini. Sabtu siang atau sore kita ke sana!"

"Temani Mas?" tanya Shafa dengan nada yang meninggi. Belaian lembut suaminya tak cukup untuk meluluhkan hatinya. Sementara mata beningnya kini mulai berkaca-kaca. "Saat kita mulai menjalani kehidupan di Surakarta, Mas banyak menghabiskan waktu untuk pesantren. Mas mulai meninggalkan kamar di sepertiga malam terakhir untuk salat tahajud berjemaah bersama para santri. Mas akan kembali saat matahari sudah terbit hanya untuk sarapan dan bersiap-siap mengajar hingga Zuhur. Selepas Zuhur Mas akan mengajar lagi, kalaupun tidak ada jadwal mengajar Mas begitu mesra dengan kitab-kitab Mas! Tak ada hari yang Mas lalui tanpa menemui kitab-kitab Mas, membacanya sampai sering mengabaikan aku! Sore hari puncak lelahnya Mas setelah beraktivitas seharian, aku ajak keluar sekadar jalan-jalan pun Mas sering menolak. Tapi kalau ada Mas Musthafa, Mas bisa asyik berdiskusi bahkan hingga Magrib. Dan malam hari? Mas juga masih mengajarkan kitab-kitab di pesantren atau menghabiskan waktu di meja belajar Mas! Siapa yang harusnya minta ditemani?"

Shafa menghapus air matanya sebentar kemudian kembali meluapkan kekesalannya, "Aku ini istrimu Mas, aku juga ingin waktu bersama Mas! Apa sebenarnya alasan Mas menikahi aku? Apa karena Mas tak kuasa menolak tawaran Abi untuk menikahi aku? Juga karena aku adik kandung Mas Musthafa sahabat dekat Mas sejak lama? Mungkin Mas memang tidak begitu mencintai aku! Hingga Mas begitu saja bisa melalui hidup Mas, kembali belajar dan mengajar, melanjutkan persahabatan Mas dengan Mas Musthafa yang semakin erat sebagai saudara ipar! Kalau bukan karena Abi yang membangunkan perpustakaan ini di kamar aku, aku ingin mengeluarkan semua kitab-kitab Mas. Aku bahkan dibuat cemburu oleh kitab-kitab Mas! Mas lebih mencintai mereka!"

Mas Nafis tampak menggeleng pelan. Ia ingin berbicara tapi nafasnya tampak berat. Ia kemudian hanya menggenggam erat tangan Shafa.

"Lepaskan Mas!" Seru Shafa merasakan genggaman tangan Mas Nafis terlalu kuat. "Aku harus rela menghentikan upayaku untuk terus kuliah karena menikah dengan Mas. Aku harus menikah muda di usia 21 tahun dengan seorang laki-laki yang 5 tahun lebih tua dariku. Menikah dengan seorang ustaz muda lulusan Al-Azhar Mesir, yang tampan, cerdas, menguasai berbagai tsaqofah Islam. Ustaz yang begitu disukai para santrinya. Ustaz yang begitu disayangi oleh mertuanya. Tapi Mas membiarkan aku sendiri tertatih menyamai langkahmu, Mas! Aku tak terbiasa dengan kehidupan Mas yang seakan berlari sementara aku hanya berjalan lambat!"

Mas Nafis tiba-tiba melepaskan genggamannya lalu mengurut keningnya yang kian berdenyut. Ia tampak syok dengan kemarahan Shafa sampai tak mampu berbicara apa pun. Akhirnya Shafa beranjak dan meneruskan tangisnya di atas kasur. Tak lama Mas Nafis pun turut berbaring di samping Shafa. Sambil menatap langit-langit Mas Nafis akhirnya mulai berbicara. Shafa yang memunggunginya hanya menangis penuh sesal. Semakin lama berbicara, Mas Nafis merasa matanya semakin berat, tak lama ia pun terlelap, ada setitik air yang jatuh bersamaan terpejamnya mata.

Mas Nafis akhirnya terbangun saat mendengar ponselnya berdering. Shafa yang tidak tidur sejak awal tetap berbaring di tempatnya. Azan Asar sudah berkumandang sejak dua puluh menit yang lalu.

"Afwan Gus, aku ketiduran! Tunggu ya, salat Asar dulu, nanti aku ke sana!" jawab Mas Nafis kemudian meletakan ponselnya kembali.

Shafa berdesah di tempatnya. Setelah apa yang terjadi Mas Nafis akan tetap pergi? Batinnya kembali dipenuhi kekesalan. Mas Nafis bersiap-siap secepat yang ia bisa. Mandi kemudian salat dan kini sudah duduk di dekatnya.

"Shafa!" panggil Mas Nafis pelan tapi Shafa tak merespons. "Jangan mendiamkan Mas kayak gitu, Fa! Mas boleh pergi ya?"

Mas Nafis terdiam sejenak. "Baiklah, Mas izinkan kamu ikut Quranic Camp sore ini, hati-hati di sana. Nanti Mas menyusul Sabtu sore!" Shafa hanya terdiam mendengar ucapan Mas Nafis. "Kemungkinan Mas benar-benar akan pulang malam. Mas pergi ya? Fa! Shafa?!"

"Iya pergi aja!" jawab Shafa singkat. Mas Nafis hanya menghela napas, kemudian bangkit dan meraih tasnya. Saat pintu kamar benar-benar tertutup barulah Shafa bangkit dari tempatnya. Hatinya kembali diliputi kekesalan. Kenapa pergi Mas? Kenapa?


Shafa melangkah dengan cepat menyusuri koridor rumah sakit yang sudah beberapa kali ini ia lewati. Masih begitu sepi, ia melirik jam tangan di lengan kirinya. Jam tangan berwarna cokelat dengan angka arab dan terdapat ukiran huruf nun di tengahnya itu memberi tahu kalau saat ini masih pukul enam kurang. Shafa tersenyum, jam tangan itu meski bukan jam tangan baru tapi memiliki arti yang spesial baginya. Jam tangan itu Mas Nafis hadiahkan satu hari setelah akad nikah karena Shafa menyukai desainnya. Mas Nafis bilang jam ini selalu Mas Nafis pakai ketika kuliah agar ia selalu ingat waktu, selalu disiplin belajar. Tapi karena Shafa menyukainya, Mas Nafis mempersilakan Shafa memakainya. Agar di saat Shafa melihat huruf nun yang terukir indah itu Shafa akan selalu mengingat Mas Nafis. Sekali lagi Shafa tersenyum, betapa suaminya itu ternyata bisa romantis.

Hari ini hari keempat Mas Nafis dirawat inap karena tifus. Shafa masih mengingat betul bagaimana paniknya ia melihat Mas Nafis muntah-muntah di kamar. Ia merasa bersalah sekali memutuskan pergi ke Quranic Camp, menginap di sana tanpa banyak berkomunikasi dengan Mas Nafis. Saat Mas Nafis tak kunjung menyusul pada malam terakhir acara dan ponselnya tidak aktif Shafa malah semakin kesal. Hingga akhirnya umi meminta ia pulang lebih cepat. Meski saat itu Mas Nafis tidak banyak mengeluh tapi terlihat dari kondisinya Mas Nafis sedang menahan sakit. Seharian setelah muntah-muntah Mas Nafis kesulitan tidur nyenyak. Badannya panas, napasnya tak beraturan, dan kerap mengingau. Sesekali terlihat menitikkan air mata meski matanya sedang terpejam.

"Sakit kepalanya, Mas?" tanya Shafa saat itu penuh kekhawatiran, dan Mas Nafis pun hanya mengangguk pelan. Mas Musthafa turut khawatir melihat kondisi Mas Nafis. Menurut Mas Musthafa, Mas Nafis termasuk orang yang jarang sakit, cukup disiplin menjaga kesehatan, makan, dan minum. Kalau flu ataupun demam biasanya tidak lama, cukup istirahat sebentar dari segala aktivitasnya. Saat Mas Nafis diajak ke rumah sakit pun ia hanya mengangguk, tanda setuju. Shafa semakin merasa bersalah saat itu.

Ruangan Mas Nafis ada di lantai tiga. Saat Shafa membuka pintu Mas Nafis tampak terkejut. Mas Nafis sedang duduk sendiri di ruangannya. Wajahnya tampak jauh lebih segar. Tangan kirinya yang tersambung ke selang infus terlihat menyangga sebuah kitab.

"Kamu datang pagi banget, Fa!" ucap Mas Nafis sambil menutup kitab yang dipegangnya. Lalu segera meletakkannya di atas meja.

Shafa malah menahan senyum melihat kagetnya Mas Nafis. "Sengaja!" Shafa kemudian berseloroh. "Pantas saja, semalam Mas meminta aku untuk tidur di rumah! Dan tidak masalah hanya ditemani Mas Musthafa. Ternyata ada 'si cantik' yang menyelinap ke kamar ini."

"Semacam kitab nafsiyah, tidak begitu berat untuk Mas membacanya. Mas bosan kalau hanya melamun. Handphone Mas juga masih di rumah 'kan? Sementara soal kamu, Mas minta pulang agar enggak kecapekan. Kamu perlu istirahat yang cukup di rumah."

Shafa hanya mengangguk lalu melihat-lihat sekitar. "Mas Musthafa sudah pulang?"

Mas Nafis mengangguk. "Iya. Mas merasa sudah jauh lebih baik, jadi Mas persilakan Mas Musthafa pulang sejak bakda Subuh."

Shafa lalu duduk di hadapan Mas Nafis di atas ranjang pasien. Shafa menatap wajah Mas Nafis sesaat. "Aku sengaja datang pagi, agar aku punya waktu bicara sama Mas. Sebelum siang atau sore bergantian orang datang menjenguk lagi."

Kini Shafa sedikit menunduk. "Setelah kejadian Kamis siang itu kita belum sempat berbicara seperti ini lagi." Shafa mengangkat lengan kirinya sejenak. "Tahu enggak, Mas? Saat sedang kemah, jam tangan ini selalu mengingatkan aku pada Mas di rumah. Aku sempat ingin pulang, tapi aku malu, aku tak berani pulang. Akhirnya aku memutuskan untuk menunggu hingga hari Sabtu, hingga aku sempat kesal lagi menunggu Mas yang tak kunjung datang."

Shafa kini tampak memandangi kakinya yang ia ayunkan pelan. "Intinya, aku hanya…" kata-katanya terputus sementara matanya tiba-tiba berair. "Aku hanya mau minta maaf, Mas!"

Mas Nafis hanya mengangguk pelan, kemudian mengusap punggung Shafa yang mungil. "Iya, maafkan Mas juga!"

"Aku semakin memahami hikmah mengapa talak itu ada di tangan suami, juga mengapa seorang wanita haid haram ditalak meskipun talaknya sah. Aku waktu itu bersikap menjengkelkan ya?" tanya Shafa retoris. "Syukurlah Mas bisa menahan marah. Mas bahkan telah meminta maaf dan memaafkan aku saat itu juga. Betul kata Mas, riak kecil itu ada, tapi kita harus berusaha untuk selalu bersama. Benturan itu pasti ada, perbedaan 'kan tetap menghiasi, tapi kita harus selalu menjaga bahtera ini agar jangan karam oleh badai yang datang menghantam."

Shafa menatap Mas Nafis yang hanya terdiam. "Meski usia pernikahan kita baru hitungan minggu, tapi Mas bisa menjadi teman cerita dan diskusi yang baik. Mas adalah sahabat yang selalu ada untuk mendengarkan ceritaku, bahkan menjadi guru yang sabar menghadapiku." Shafa menghela napas sejenak. "Terima kasih sudah memilih aku untuk menjadi istrimu."

Suasana mendadak hening sesaat. Mas Nafis hanya mengusap punggung Shafa. Tak lama Shafa pun kembali berdiri dan segera menghapus air matanya.

"Lanjutkan lagi Mas bacanya sambil menunggu sarapan datang!"

Mas Nafis meraih tangan Shafa, "Terima kasih sudah mau menerima Mas menjadi suami kamu. Kita pasti bisa berjalan bahkan berlari bersama-sama."

Shafa tersenyum sambil memandangi wajah di hadapannya yang sedikit pun tak pernah mengeluh soal kekurangannya. Shafa semakin menyadari bahwa ia sangat beruntung. Sebagaimana artinya namanya, Shafa benar-benar telah dikaruniai an-Nafis -sesuatu yang berharga-. Ia tak boleh menyia-nyiakannya lagi.

Selesai. []


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Pemuda Cerdas Politik

"Tujuannya, agar terbentuk pola pikir dan pola sikap kita sesuai Islam. Sehingga, lahir kepribadian khas seorang muslim. Pemuda berkepribadian Islam akan berusaha menyelesaikan masalah dengan kaca mata Islam."


Oleh. Keni Rahayu
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-2024 sebentar lagi. Hawa pemilu seakan menghantui. Mari lihat bagaimana pemuda hari ini. Sungguh, apakah mereka benar-benar peduli?

Padahal, Guys, kita lihat beragam cerita di dunia maya coba tengok, siapakah pemeran utamanya? Ya, kita para pemuda. Jika dulu golok dan celurit hanya dipegang orang dewasa, kini remaja sudah akrab dengan senjata tajam ini. Di Indramayu, seorang polisi terluka saat sedang mengamankan 20 anggota geng motor tawuran (batam.tribunnews.com, 14/05/23)

Jangankan para remaja, kini anak SD juga ingin menjadi lakon cerita. Siswi kelas 6 hampir dibawa kabur oleh kenalan media sosial. Dia tertarik dengan iming-iming akan dinikahi dan dibahagiakan oleh pelaku. Beruntung, polisi menemukan keduanya di sekitar Stasiun Kereta Api Purwokerto, sedang menunggu pemberangkatan kereta ke Bogor (jateng.tribunnews.com, 11/05/23)

Aku bukan mau mengajakmu pesimis. Tetapi coba kita amati, berapa kali pemilihan umum terjadi tetap tidak mengubah kesejahteraan negeri ini? Yang ada hari-hari kita semakin merana. Pemuda semakin bablas pergaulannya, mereka juga semakin tak peduli dengan sekitarnya. Corona seolah menjadi kambing hitam paling tepat pencetak generasi cuek bebek. Padahal, jauh sebelum pandemi label individualis sudah melekat di sifat anak muda masa kini. Lalu, kita bisa apa?

Politik dalam Islam

Tunggu-tunggu, tulisan ini bukan mau ngajakin kamu jadi caleg, ya, hehe. Mungkin yang ada di benak kita tentang politik ya seputar pemilu dan kekuasaan. Tetapi, dalam Islam ternyata tidak sesempit itu, lho! Politik dalam Islam diartikan sebagai riayatu suunil ummah, yaitu pengurusan urusan umat. Jika kita benar-benar peduli pada kondisi ini, tentu kita geram dan tergerak melakukan sesuatu. Kabar baiknya, yang bisa "melakukan sesuatu" bukan hanya para pejabat, tapi juga kita, para rakyat.

Secara konsep sebenarnya sederhana. Beragam masalah pemuda hari ini, kita harus tahu apa penyebabnya? Kemudian, kita beralih ambil langkah untuk mengupayakan solusinya. Kita tidak terjebak pada fakta apalagi hoaks belaka. Jangan pula kita teralihkan pada hal-hal viral atau trending pada waktu tertentu. Akan tetapi, kita harus fokus pada tujuan perbaikan yang jelas arahnya.

Mari kita mengambil inspirasi dari ayat cinta Allah dalam Al-Qur'an. “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyaat: 56). Hakikat hidup ini sejatinya ya untuk beribadah pada Allah, Bestie. Maka rel amal kita semua adalah syariat. Jika kita berjalan tidak pada tempatnya, itulah awal mula masalah manusia menggurita, termasuk berbagai problem remaja.

Kehidupan kita hari ini sangat jauh dari tujuan Allah menciptakan manusia. Ibadah tidak hanya salat, puasa, haji, dan ranah ritual lainnya. Tetapi, ibadah adalah nilai dari setiap aktivitas kita yang sesuai dengan aturan dalam Al-Qur'an. Saat kita makan, tidur, jual-beli online sesuai dengan itu semua, maka itu bernilai pahala. Pemuda muslim berpolitik (sesuai Islam) adalah senantiasa menjadikan Islam sebagai acuan bagi dirinya dan orang-orang di sekitarnya.

Pemuda Cerdas Politik

Apa yang bisa dilakukan remaja zaman now untuk bisa melakukan aktivitas politik? Jika standar yang kita pakai adalah nilai ibadah dan rida Allah, maka syariat Islam adalah acuannya. Pertanyaannya, sudahkah kita memahami Islam dari akidah hingga syariat? Jika belum, jawabannya adalah kita wajib mencari tahu.

Wadah memahami Islam adalah komunitas remaja muslim yang siap membina akal dan perasaan kita sesuai dengan Islam. Keyword yang sering kita dengar adalah ngaji. Mari kita merutinkan diri duduk di kajian Islam minimal sepekan sekali. Tujuannya, agar terbentuk pola pikir dan pola sikap kita sesuai Islam. Sehingga, lahir kepribadian khas seorang muslim. Pemuda berkepribadian Islam akan berusaha menyelesaikan masalah dengan kaca mata Islam.

Sayangnya, target perbaikan tidak berhenti di diri sendiri, Kawan. Kita harus pula tinggal di lingkungan yang aman dan nyaman untuk bisa menjalankan semua isi dalam Al-Qur'an. Melihat kondisi Makkah yang tidak kondusif pada saat itu, Rasul dan para sahabat tidak berdiam diri. Yang beliau semua lakukan adalah mengambil peran perbaikan. Dakwah dilakukan berjemaah agar Islam bisa dirasakan keindahannya oleh semua.

So, menjadi pemuda cerdas politik sedikitnya hanya dapat dibentuk dengan dua cara. Apa itu? Ngaji dan dakwah. Nothing else.

Wallahua'lam bishowab.[]


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Pabrik "Hantu" Menggusur Lahan Produktif

”Namun, sungguh sangat disayangkan karena faktanya yang menjadi lahan pabrik adalah lahan-lahan pertanian yang sebenarnya masih produktif untuk mendukung upaya cadangan pangan menuju swasembada pangan nasional.”


Oleh. Maman El Hakiem
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Tujuan utama dari kawasan industri adalah menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perusahaan untuk beroperasi dan berkembang, fokus pada efisiensi produksi, aksesibilitas dan dukungan infrastruktur yang memadai.

Salah satu kawasan industri yang kini banyak eksodus ke daerah adalah Kawasan Berikat Nusantara (KBN) yang ada di Jakarta. Kondisi pabrik-pabriknya seperti diwartakan CNBC Indonesia (26/5/2023) bagaikan pabrik "hantu" karena memang tidak lagi berproduksi, sepi aktivitas manusia dan suara mesin.

Sebenarnya pemerintah dalam menentukan suatu wilayah menjadi kawasan industri, mempunyai banyak aspek seperti salah satunya pertimbangan lokasi yang strategis, dekat dengan pelabuhan, bandara, jaringan transportasi, dan pusat-pusat konsumen. Hal ini untuk memudahkan perusahaan dalam mendistribusikan produk mereka dan mengakses bahan baku dengan lebih efisien.

Selain itu, kawasan industri biasanya dibagi menjadi zona-zona yang sesuai dengan jenis kegiatan industri tertentu. Misalnya, terdapat zona untuk industri berat, industri ringan, dan industri berbasis teknologi. Zonasi ini membantu dalam mengatur dan mengelola ruang serta memastikan kompatibilitas antara perusahaan dalam kawasan industri.

Infrastruktur juga harus mendukung, dalam hal ini pemerintah dan pengembang kawasan industri bertanggung jawab untuk menyediakan infrastruktur yang mendukung, seperti jalan raya, sistem transportasi publik, air bersih, sistem pengolahan limbah, dan sambungan listrik yang andal. Infrastruktur yang memadai penting untuk memfasilitasi operasional perusahaan dan memenuhi kebutuhan logistik.

Eksodus ke Lahan Pertanian Produktif

Berkaitan dengan banyaknya eksodus pabrik-pabrik dari kota besar Jakarta ke daerah seperti di Majalengka. Ada puluhan pabrik kini menjamur di daerah yang semula dikenal dengan sebutan "Kota Angin" tersebut. Masih rendahnya upah pekerja dan biaya hidup di Majalengka menjadi alasan para investor mengalihkan usahanya di kawasan yang kini disebut kawasan industri baru di Jawa Barat, yaitu Kawasan Metropolitan Rebana (Cirebon, Petimban, dan Kertajati). Hal tersebut telah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2021.

Selain upah pekerja dan biaya hidup yang masih murah, pemerintah setempat juga memberikan insentif dan fasilitas peraturan yang mendukung bagi perusahaan yang ingin beroperasi di kawasan industri. Ini dapat mencakup insentif pajak, kelonggaran perizinan, perlindungan hukum, dan dukungan kebijakan lainnya untuk mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi di kawasan industri.

Namun, yang harus terus dicermati kawasan industri yang baru tersebut kadang tidak memerhatikan aspek lingkungan hidup. Dalam beberapa tahun terakhir, perlindungan lingkungan telah menjadi perhatian utama dalam konsep kawasan industri.

Upaya pemerintah telah dilakukan untuk memastikan bahwa perusahaan yang beroperasi di kawasan industri mematuhi standar lingkungan yang ketat, termasuk pengelolaan limbah yang aman, penghematan energi, dan penerapan praktik ramah lingkungan.

Namun, sungguh sangat disayangkan karena faktanya yang menjadi lahan pabrik adalah lahan-lahan pertanian yang sebenarnya masih produktif untuk mendukung upaya cadangan pangan menuju swasembada pangan nasional.

UU Ciptaker Biang Keroknya

Disinyalir penyebab longgarnya investasi asing di negeri ini karena hadirnya Undang-undang Cipta Kerja yang diteken pemerintah dengan tujuan untuk mendorong investasi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan daya saing ekonomi. Dalam konteks sistem upah, Undang-undang Cipta Kerja mencakup beberapa perubahan yang signifikan. Banyak pihak yang menduga UU Ciptaker adalah pesanan oligarki untuk memuluskan ekspansi usahanya untuk merambah lahan-lahan produktif yang bernilai ekonomi tinggi.

Konsep kawasan industri harusnya selaras dengan konsep hilirisasi yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan suatu negara terhadap ekspor bahan mentah dan meningkatkan nilai tambah dalam negeri dengan mengolah bahan baku tersebut menjadi produk jadi yang lebih kompleks dan bernilai tinggi. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang dimiliki suatu negara, meningkatkan kapasitas industri, serta memperluas basis industri.

Tahap ini melibatkan konversi bahan mentah menjadi produk jadi melalui proses pengolahan dan manufaktur. Misalnya, dalam sektor pertanian, bahan mentah seperti biji kakao dapat diolah menjadi cokelat, atau dalam sektor pertambangan, bijih besi dapat diolah menjadi baja.

Hilirisasi juga melibatkan kegiatan riset dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas, efisiensi, dan inovasi produk. Melalui riset dan pengembangan, produk dapat ditingkatkan nilai tambahnya, menciptakan produk dengan keunggulan kompetitif, dan meningkatkan daya saing di pasar global.

Sangat disayangkan kalau upaya hilirisasi ini merambah lahan produktif pertanian yang menjadi tumpuan pemerintah dalam meningkatkan nilai swasembada pangan, mengurangi ketergantungan terhadap impor, meningkatkan daya saing industri, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Sudut Pandang Syariat Islam

Syariat Islam memandang bahwa aktivitas industri merupakan perkara yang dibolehkan sebagai upaya untuk mendapatkan harta kekayaan, selain dari pertanian dan aktivitas perdagangan.

Syekh Taqiyuddin An Nabhani dalam kitab Nidzam Iqtishadi fii Al Islam menjelaskan, bahwa tanah pertanian yang masih produktif tidak boleh dialihfungsikan. Status tanah pertanian sendiri harus digarap, tidak boleh disewakan, sebagaimana makna hadis, "Nabi saw. telah melarang sewa lahan pertanian." (HR. Al Bukhari)

Untuk lahan industri harus disiapkan lahan yang nonpertanian, terutama lahan-lahan yang telah lama terlantar karena jika selama tiga tahun tanah tersebut tidak produktif, negara berhak mengambil alihnya.

Dalam kegiatan industri juga terikat dengan aturan syarak menyangkut akad muamalah (syirkah) dalam permodalan, jenis produk apa yang dihasilkannya dan hukum jual beli ketika sudah menjadi produk yang diperdagangkan. Dalam hal produk yang dihasilkan tidak boleh produk yang diharamkan dan berlaku fikih jual beli yang telah ditentukan secara rinci termasuk berbagai macam larangannya, seperti haramnya menimbun barang dan praktik kecurangan lainnya.

Demikian pula berkaitan dengan lahan yang digunakan untuk pabrik tidak boleh pada lahan yang merugikan kepentingan rakyat, apalagi jika sampai merampas harta kekayaan yang menjadi milik umum.
Wallahu'alam bish Shawwab.[]


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Selaksa Sukma

"Pada tema NarasiPost.Com, pembaca diminta tak perlu ragu dan menunda untuk mendakwahkan Islam dengan tulisan bersama NP. Sebab NP akan senantiasa mendampingi dan membimbing agar tulisan yang dihasilkan menjadi tulisan berbobot yang patut untuk dijadikan pedoman dalam kepenulisan menyampaikan dakwah Islam."


Judul Buku: Selaksa Sukma
Penulis: Kontributor NarasiPost.Com
Editor: Renita dan Andrea Aussie
Tahun Terbit: Mei 2023
Penerbit: NarasiPost Media Publisher
Tebal Buku: 175 halaman
Dimensi: 14 x 20 cm
Peresensi: Firda Umayah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-"Terjalnya jalan kehidupan tak jarang membuat banyak orang menyerah untuk menjalaninya. Mereka terlena dalam kesibukan duniawi dan melupakan aktivitas ukhrawi, hingga berdiam diri pun menjadi pilihan."

Itulah sebagian kalimat pada blurb buku Selaksa Sukma. Buku kumpulan quotes dan motivasi challenge NarasiPost.Com (NP) ini terdiri dari lima tema quotes yaitu NarasiPost.Com, Literasi, Dakwah, Rajab, dan Motivasi. Spesial untuk tema motivasi, diisi langsung oleh Mom Andrea Aussie selaku Pemred sekaligus Founder media NP.

Buku Selaksa Sukma merupakan buku hasil dari challenge menulis quote atau motivasi selama sepuluh hari yang diadakan oleh NP pada Rajab 1444 H. Buku ini juga lahir dari pembelajaran 47 orang kontributor NP dalam menghadapi kehidupan. Ekspresi quote dan motivasi dalam buku ini dapat membantu melembutkan nurani dalam menjalankan kehidupan dan melepas dahaga akan jiwa yang harus akan asa dan perubahan.

Seperti biasa, cover yang keren selalu hadir dari semua buku yang diterbitkan oleh NarasiPost Media Publisher. Pada buku ke-15 yang diterbitkan oleh NP kali ini, menghadirkan nuansa ungu dengan panorama alam dan sayap lebar serta buku yang tampak terbuka pada cover depannya. Menandakan bahwa buku ini sarat akan upaya untuk membangkitkan dan mengaktifkan kembali notifikasi kebaikan dalam setiap orang yang membacanya. Sehingga, semangat untuk menjalani kehidupan kembali menyala dengan cahaya keimanan.

Pada tema NarasiPost.Com, pembaca dapat mengenal sosok NP, baik dari para redaksinya, karakter tulisan yang dimuat, challenge yang pernah diadakan, dll. Tema ini sarat akan semangat para penulis agar pembaca semangat untuk menorehkan dakwah melalui pena digital dan mengirimnya ke siniar dakwah NP. Pembaca diminta tak perlu ragu dan menunda untuk mendakwahkan Islam dengan tulisan bersama NP. Sebab NP akan senantiasa mendampingi dan membimbing agar tulisan yang dihasilkan menjadi tulisan berbobot yang patut untuk dijadikan pedoman dalam kepenulisan menyampaikan dakwah Islam.

Pada tema Literasi, pembaca akan terbakar semangat untuk aktif membaca dan menulis. Karena membaca dan menulis adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan saat seseorang akan menorehkan jejak dakwahnya di media digital. Menulis opini Islam dengan ikhlas semata-mata mengharapkan rida Allah akan membawa manfaat baik di dunia dan akhirat. Menulis adalah perwakilan lisan yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Oleh karena itu, menulis opini Islam untuk mengajak umat agar kembali menerapkan Islam merupakan salah satu amal saleh yang patut untuk dilakukan.

Pada tema ketiga, yaitu Dakwah, para penulis mengingatkan berbagai hal yang sering dilupakan manusia. Seperti menjaga keimanan yang kokoh, memahami kondisi umat, dakwah wujud ketaatan, dan yang lainnya hingga perihal kematian yang menjadi momok sebagian orang. Para penulis juga mendorong agar pembaca selalu berbenah untuk menjadikan dirinya loyal dalam aktivitas kebaikan dan pantang menyerah dalam mengarungi kehidupan.

Sedangkan pada tema Rajab, para penulis kembali mengajak pembaca menyelami kemuliaan bulan Rajab dan menanam biji takwa untuk melakukan perjuangan dalam rangka mengembalikan kehidupan Islam. Rajab adalah bulan penguat akidah, di mana pada bulan itu, ada peristiwa mulia yang wajib diimani oleh setiap muslim yakni Isra Miraj Nabi Muhammad saw. Rajab juga menjadi bulan pengingat agar muslim khususnya pengemban dakwah agar berperilaku sesuai dengan apa yang dikatakannya. Sebagaimana hadis Rasulullah saw.,

"Pada malam aku diisrakan, aku melewati suatu kaum yang mulut mereka dipotong gunting dari api neraka. Aku bertanya, 'Siapa mereka wahai Jibril?'. Jibril menjawab, 'Ahli khutbah di kalangan umatmu yang mengatakan apa yang tidak mereka perbuat'." (HR. Mutafaq Alaih)

Terakhir, pada tema kelima, Mom Andrea selaku Pemred NP memberikan tujuh motivasi yang sangat menyentuh hati. Di mana pembaca akan mampu merenung, berpikir, dan meneteskan air mata saat membaca setiap kata yang tertulis di sana. "Menangislah, Sahabatfillah, Kuat, Saat Kita Mati, Jangan Takut, Pernikahan, dan Bijaksana" adalah tujuh motivasi yang akan membuat pembaca menjadi pribadi yang tegar, tangguh, dan bertawakal kepada Allah Swt. Dalam salah satu motivasi yang Mom Andrea sampaikan, beliau mengutip kalam ilahi yang terdapat dalam surah Al-Anbiya ayat 35,

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan."

Selaksa Sukma adalah buku yang kaya makna. Dengan bahasa yang sederhana, buku ini mampu menggugah setiap jiwa yang ingin menata kembali kalbunya agar tetap berada dalam jalur ketaatan untuk meraih keberkahan. Wallahu a'lam bishawab.[]


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Timun Tikus, si Kecil Mungil Berkhasiat Bagus

"Tatkala dipegang, teksturnya empuk dan lembut. Jika terlalu keras menekannya, maka kulitnya akan terkelupas dan dagingnya yang berwarna kuning langsung terlihat. Bila dimakan, rasanya manis."


Oleh. Haifa Eimaan
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Timun tikus merupakan salah satu jenis tanaman merambat. Bentuk buahnya kecil, sejari telunjuk orang dewasa. Warnanya saat matang merah menggiurkan. Nama ilmiahnya Coccinia grandis. Nama lain buah ini menyesuaikan kebiasaan masyarakat setempat. Orang Eropa biasa menyebutnya dengan wild cucumber, scarlet gourd, atau ivy gourd. Di Amerika Utara disebut baby watermelon. Di Afrika biasa dikenal dengan comfrey. Di Asia, mentimun kecil ini memiliki paling banyak sebutan. Di India dan Pakistan dikenal sebagai kundru atau tundlu. Di Cina dikenal sebagai hoong gua. Di beberapa daerah di Indonesia populer dengan sebutan timun padang, timun tikus, papasan, atau kemarungan.

Masih bersaudara dengan mentimun, daunnya berbentuk segi lima bergerigi dan tersusun selang-seling di sepanjang batang mirip daun pare. Permukaan daunnya tidak berbulu dan cukup kesat bila dipegang. Sebaliknya, bagian bawah daun yang berbulu dan tulang daunnya membentuk sulur-sulur sederhana. Bunganya berbentuk bintang, kecil-kecil, dan berwarna putih.

Bagian paling menarik dan menakjubkan adalah buahnya. Bentuknya lonjong dengan ujung bulat telur. Ukurannya sejari telunjuk orang dewasa. Dari kejauhan, buahnya yang sudah matang benar-benar menggoda mata untuk memetiknya. Warnanya yang merah menyala sangat kontras dengan warna hijau di sekitarnya. Tatkala dipegang, teksturnya empuk dan lembut. Jika terlalu keras menekannya, maka kulitnya akan terkelupas dan dagingnya yang berwarna kuning langsung terlihat. Bila dimakan, rasanya manis.

Luar biasanya lagi, bentuk buah mudanya ternyata sama persis dengan timun. Ujung-ujungnya hijau tua, bagian tengahnya hijau agak pudar, dan berpola abstrak vertikal berwarna putih. Nah, buah ini memang masih bersaudara dengan mentimun (Cucurbitaceae). Bisa disebut timun-timunan. Akan tetapi, ternyata rasanya agak berbeda meskipun teksturnya sama-sama renyah. Buah ini agak pahit dan kadar airnya tidak sebanyak mentimun biasanya. Kurang segar bila dimakan saat masih muda.

Kandungan Nutrisi Timun Tikus

Tidak ada satu pun makhluk yang diciptakan Allah Swt. dalam kesia-siaan. Demikian pula dengan timun tikus yang di sebagian wilayah dijadikan pakan burung.

Dilansir oleh nutritionandyou.com, timun tikus mentah memiliki kandungan 21 kalori di setiap 100 gr buahnya dan bebas lemak jenuh. Jadi, tidak perlu khawatir kolesterol naik ketika mengonsumsi buah ini.

Selain itu, timun mungil ini kaya akan senyawa likopen, beta-karotena, alfa-karotena, lutein, dan zeaxanthin. Memiliki kandungan Natrium, potasium, dan kalium yang membantu menurunkan tekanan darah. Kandungan vitamin A, vitamin B, dan C membantu mempertahankan daya tahan tubuh.

Menikmatinya tidak perlu dikupas terlebih dahulu, tetapi cukup dicuci bersih. Kulit buahnya merupakan sumber serat yang baik. Memakan timun liar ini akan membantu melancarkan buang air besar dan memberi perlindungan terhadap kanker usus besar. Mekanismenya dengan menghilangkan senyawa beracun dari usus. Masyaallah. Luar biasa.

Ternyata timun merupakan salah satu tumbuhan yang dikabarkan Allah Swt. di dalam surah Al-Baqarah. Berikut adalah kutipan sebagian ayat ke-61.

فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ مِنْۢ بَقْلِهَا وَقِثَّاۤىِٕهَا وَفُوْمِها وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا ۗ

Artinya, “… Maka mohonkan kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia memberi kepada kami apa-apa yang ditumbuhkan di bumi, seperti sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah…”

Aneka Olahan Timun Tikus

Tumbuhan ini konon asalnya dari India. Kata Kundru ditemukan di beberapa manuskrip India kuno. Oleh karena itu, masyarakat India, Pakistan, dan sekitarnya sangat familier dengan buah timun tikus. Beberapa resep masakan berbahan dasar timun tikus atau kundru datang dari Tanah Hindustan ini, seperti kari kundru masala, isian sabzi, semur kundru, dan sup kundru. Tidak itu saja, timun kecil yang sepintas mirip tikus merah ini dibuat jus kundru di India.

Berikut ini salah satu resep dengan bahan timun tikus atau kundru, yaitu Kari Kundru Masala

Bahan-bahan:

Cara pengolahan:

  1. Potong timun tikus menjadi potongan-potongan kecil dan sisihkan
  2. Panaskan minyak di atas wajan
  3. Goreng bawang sampai cokelat keemasan
  4. Tambahkan pasta jahe, bawang putih, dan bawang goreng selama 1 menit.
  5. Tambahkan timun tikus dan goreng selama 5-6 menit.
  6. Tambahkan tomat cincang, bubuk kunyit, bubuk cabai merah, bubuk garam masala, dan garam. Campur dengan baik.
  7. Tutup panci dan masak selama 10-15 menit dengan api kecil.
  8. Hiasi dengan daun ketumbar dan sajikan panas dengan nasi atau roti.

Kari kundru masala adalah hidangan populer dalam masakan India, khususnya di wilayah utara dan barat. Kari kundru masala sering disajikan dengan nasi atau roti sebagai hidangan utama.

Lantas, apakah Anda tertarik untuk mencoba memasaknya?[]


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Gadis Bumiputra

"Abang! Ke mana Abang selama ini? Kenapa membiarkan Halimah pergi jauh, Abang," ujar Halimah tak kuasa menahan tangis."


Oleh. Rosmiati, S.Si
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-"Kapan kapal akan sandar di Pelabuhan Batavia?" tanya Berg kepada salah satu babu yang ikut dalam perjalanannya ke tanah Jawa.

Lelaki berkulit cokelat, dengan postur tubuh tak terlalu tinggi itu menjawab, "Tinggal semalam lagi, Tuan!"

Berg merekahkan bibirnya, senyum pun terkembang di wajahnya. Lelaki yang berusia nyaris tembus kepala empat itu melanjutkan aktivitasnya memegang pipa yang berisi opium lalu diisapnya dengan perlahan. Sungguh kenikmatan luar biasa tengah merasuk dalam jiwanya.

Tak lama, lelaki yang kelak akan berkunjung ke industri tebu di Jawa Barat itu kembali bertanya pada lelaki paruh baya yang baru saja dibelinya saat singgah di tanah Padang. Pria itu, orang buangan dari negeri kelahirannya.

"Anda pernah berlayar ke Batavia?"

Dengan perasaan sedikit gugup, Kusuno berusaha menjawab pertanyaan tuan muda yang kini telah menjadi majikan barunya itu. "Tentulah, Tuan. Kami orang buangan begini selalu ikut kemana tuan yang membeli kami pergi. Bahkan kadang dari satu pulau ke pulau lain."

"Sungguh?" tanya Berg nyaris tak percaya.

"Betul, Tuan," tukas Kusono dengan sedikit menundukan kepala.

"Oke! Lupakan sejenak hal itu. Aku ingin bertanya lagi padamu."

"Tentu, sangat boleh, Tuan."

"Apa betul gadis-gadis di Hindia Belanda itu cantik-cantik?"

Dengan sedikit tersenyum, Kusono terdiam.

"Mengapa kau terdiam? Aku ini lelaki asing yang datang ke negerimu dalam jangka waktu yang lama. Aku tentu ingin membeli seorang wanita lagi yang kelak akan menemani hari-hariku."

Hati Kusono berkecamuk. Darahnya sontak berdesir entah kemarahan seolah datang menghampirinya.

Rupa-rupanya sang tuan di depannya ini punya niat hendak meniduri perempuan bumiputra guna memenuhi hajat seksualnya selama berada di Batavia.

"Mengapa kau terdiam? Apa aku perlu mengulangi pertanyaanku"

"Ti—tidak perlu, Tuan. Sa—saya sudah mendengarnya." Kusono coba mengatur napasnya. Walau rasa marah tampak dari raut dan kepalan tangannya.

"Lantas, apa yang menghalangimu untuk menjawab?"

Tiba-tiba terdengar suara ketukan di daun pintu milik salah satu kelasi kenalan Berg. Kusuno pun mengangkat dirinya pergi meninggalkan majikannya dengan membawa amarah. Sementara Berg yang semula berbaring sembari menikmati opiumnya terbangun dari tidurnya. Segera ia meletakkan pipa, benda yang telah memberi kenikmatan luar biasa dalam perjalananya itu.

"Tak usah, biar aku sendiri yang membukanya," cegah Berg ketika menyaksikan Kusuno bermaksud hendak membuka pintu.

Karena dicegat, Kusono pun hanya bisa berdiri terpaku. Ia pun meminggirkan badannya ke samping hingga Berg meraih sendiri ganggang pintu kamar milik seorang kelasi di kapal tersebut.

Dan ternyata bukanlah tamu penting sebagaimana yang dipikirkan oleh Berg. Yang datang hanyalah seorang pelayan yang membawa makanan bagi penghuni kamar. Mereka tahu bahwa Berg adalah salah satu anak konglomerat yang cukup banyak memberi pemasukan bagi Pemerintah Hindia Belanda di Singapura.

Melihat hal itu, Berg memberi isyarat kepada Kusuno untuk menyambut nampan makanan yang dijamukan malam itu. Kusono pun tak menunggu lama, langsung meraihnya. Lalu, meletakkannya di atas meja yang tak jauh dari kamar tuannya berbaring.

Akan tetapi, Berg belum mau menyantap makanan tersebut. Lelaki yang pernah menempuh study di Singapura itu hendak berkeliling menghirup udara malam di atas kapal. Kusono pun kini seorang diri.

Sementara itu, kapal layanan publik milik pemerintah kolonial yang cukup gagah pada masanya itu, terus melaju memecah gelombang di tengah lautan. Sesekali para penghuni kapal dibuat kaget, akibat empasan gelombang yang memukul dinding kapal.

Dalam kesendiriannya, Kusono merenungi perjalanan hidupnya. Terbayang akan kampung halaman yang sudah sangat lama ia tinggalkan. Teringat masa kecilnya yang bahagia. Sawah, ladang, pekarangan, gemercik sungai, dan lainnya.

Belum lagi, riak tawa bersama saudaranya di sungai dekat rumah. Kusuno tersenyum. Namun, bak awan hitam yang tiba-tiba datang, raut wajah bahagia berubah kelam kala terkenang suatu malam, di mana ia dan saudaranya, Halimah, harus dipaksa ikut seorang rentenir kejam di kampung mereka.

"Abang! tolong Halimah! Abang! Halimah tak mau ikut orang jahat ini. Abang!" Pecah suara Halimah memanggil abangnya. Sedang Kusuno hanya bisa menyaksikan dari jauh tubuh ringkih adiknya itu diseret.

Di atas kapal putih berlambung hitam itu, Kusuno menitikkan air mata. Hanya karena utang orang tua mereka yang tak seberapa jumlahnya, Kusono dan Halimah harus menjadi budak sang rentenir di penggilingan padi. Halimah saudaranya yang berparas cantik itu diambilnya sebagai istri, tapi Halimah berusaha melarikan diri. Namun, bak keluar dari kandang singa masuk ke kandang harimau, Halimah kembali jatuh ke tangan orang Belanda dan lantas membawanya pergi jauh ke tanah Jawa.

Kusono menitikkan air mata setiap kali mengingat kenangan pahit saudara perempuannya itu. Ia bahkan rela menjadikan dirinya babu bagi seorang pengusaha agar bisa menyeberang dari satu pulau ke pulau lainnya. Dengan harapan, ia bisa menemukan Halimah di sana. Hanya sayangnya, pencariannya selalu saja sia- sia.


~ Batavia~

"Susanti, siapkan satu kamar yang bagus untuk tamu saya dari Singapura. Jangan lupa kau pastikan kamar itu bersih dan tidak ada debu yang tertinggal di dinding kamar, ventilasi, dan juga meja," ujar Tuan Hendrick kepada Susanti salah satu pembantu di rumahnya.

Tuan Hendrick adalah rekan bisnis keluarga Berg sejak lama. Mereka sudah cukup meraup untung selama pendudukan VOC di Nusantara. Apatalagi, saat Banda telah jatuh ke tangan Pemerintah Hindia, keluarga Tuan Hendrick dan Berg kerap berbisnis pala dan cengkeh di kawasan Timur.

Tak ayal, demi untuk meraup pundi-pundi keuntungan yang berlipat ganda, kedua konglomerat itu sesekali mengkhianati bangsanya dengan melakukan penyelundupan agar tak membayar biaya tambahan kepada pemerintah kolonial di Banda.


Sementara itu, kapal uap milik Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) tak lama lagi akan tiba di Pelabuhan Batavia. Dinding- dinding tembok Kota Batavia pun telah terlihat dari dek atas kapal. Kusono dan Tuan Berg telah bersiap- siap untuk turun. Tuan Berg tampil dengan gaya yang cukup memesona. Jas hitam dengan garis-garis putih menemaninya menuruni tangga kapal uap milik kerajaan Belanda itu. Tak lupa kacamata hitam menutup kedua netranya.

Sementara Kusuno, sang babu tak ubahnya para babu lainnya di atas kapal. Mereka membuntuti ke mana tuan mereka pergi. Kedua urat lengan para babu di atas kapal mulai muncul kepermukaan. Pertanda beratnya beban yang mereka bawa.

Desak-desakkan pun terjadi. Bahkan sesekali terjadi cekcok antara petugas kelasi dan para babu yang tak sabar untuk turun.

Berg mengajak Kusono menepi sejenak untuk menghindari desak-desakkan di pintu keluar. Ini kesempatan bagi Kusono. Segera pemuda itu melihat ke segalah arah. Satu persatu orang diperhatikannnya. Dengan harapan, ia dapat melihat raut wajah adiknya, Halimah.

Sayang, sampai giliran mereka tiba. Halimah tak terlihat olehnya.


"Kau tahu Kusono, perempuan-perempuan pribumi ternyata ada juga yang cantik-cantik," ungkap Berg kegirangan melihat para gadis yang tengah duduk di depan loji.

Kusono berjalan di belakang tuannya dengan pandangan tak lepas dari gadis-gadis tersebut. Tak sadar dari balik tirai kamar rumah yang dilewatinya, tampak seorang wanita bersama lelaki Belanda tengah berada di sana.

"Astagfirullah…" ucap Kusono segera ia memalingkan pandangannya.

"Tempat macam apa ini, Ya Allah!" lirihnya dalam hati.

Tuan Berg majikannya memiliki kebiasaan sejak bekerja di Singapura kerap kencan dengan wanita-wanita tunasusila. Maka tak heran, saat tiba di Batavia pun yang ia cari adalah mereka.

Dan saat itu, lokalisasi di Batavia adalah hal yang lumrah saat Sunda Kelapa telah jatuh ke tangan Belanda. Ditambah dengan banyaknya penaklukkan wilayah di dunia yang takluk di bawah pemerintahan kolonial membuat perpindahan budak secara besar-besaran terjadi. Batavia yang menjadi kota baru yang dibangun Belanda menjadi sasaran utama.

Peluang untuk membuka bisnis lokalisasi pun terbuka lebar. Dan sedikit banyak wanita bumiputra yang juga bekerja di sana.

Kusuno terus berjalan dan akhirnya ia mengucap lega kala sang majikan tiba di depan sebuah penginapan. Setidaknya satu langkah ia terselamatkan.

Berg sedang sibuk berbicara dengan seorang pelayan di lobi. Seorang wanita dengan rambut sebahu berwarna kecokelatan tengah menjalaskan beberapa hal pada Tuan Berg. Sedang Kusono menunggu dengan was-was.

Tak lama, sang tuan keluar dan mengajak Kusono untuk masuk bersamanya.

Sementara itu, di rumah salah satu rekan bisnis keluarga Berg, Tuan Hendrick. Kesibukan tengah mewarnai salah satu bagian kamar di rumah tersebut. Susanti seorang budak yang sudah beberapa tahun mengabdikan diri pada Tuan Hendrick tiada henti melakukan pekerjaannya.

Secara teliti ia memeriksa setiap sudut ruang kamar. Majikannya paling tak suka bila tampak pada matanya setitik debu di atas ventilasi. Jika itu terjadi maka ia akan memarahi sang budak seharian penuh.

Tak jauh dari ruang Susanti bekerja, Tuan Hendrick bersama sang Istri Nyonya Emma tengah memeriksa satu demi satu wanita yang diambilnya dari salah satu mamie di rumah bordil. Semua itu dilakukan demi menyenangkan hati sang tamu. Betapa tidak, keluarga Berg amat berjasa bagi kelangsungan bisnisnya di Nusantara. Maka tentu ia tak ingin membuat kecewa Berg yang datang jauh dari Singapura.

Susanti mendengar perbincangan Tuan dan Nyonyanya di ruang tamu. Ia pun tak mempedulikan. Fokus dengan pekerjaannya semata.

"Kalian jangan ke mana-mana. Tetap di dalam kamar!" ucap Nyonya Emma menutup pintu kamar dengan rapat.

Mendengar entakan pintu dari kamar sebelah, Susanti kembali melanjutkan pekerjaannya.


Suasana Batavia sore hari mulai menyapa. Banyak pribumi berkeliling dengan menenteng jualan tanpa alas kaki. Ya, para pribumi ini tetap berusaha walau sesekali hinaan dan celaan mereka peroleh.

Sementara itu, tak jauh dari mereka, terlihat beberapa orang Belanda tengah bersantai di serambi rumah masing-masing sambil menyeduh nikmatnya kopi dari berbagai wilayah di tanah air. Yang mereka dapatkan melalui pertumpahan darah warga sekitar.

Berg yang di hotel pun menjadi tak sabar. Ia ingin lekas berkunjung ke rumah kolega keluarganya untuk menyeduh berbagai jenis dan aroma kopi khas Nusantara. Kini pemuda itu tengah bersiap-siap untuk berkunjung ke rumah kerabatnya, Tuan Hendrick. Kusuno yang sedari tadi terdiam di kamar segera merapikan barang yang akan diperlukan tuannya.

Tak lama, keduanya pun bergegas ke kediaman Tuan Hendrick. Di rumah, Tuan Hendrick dan Nyonya Emma tengah bersantai ria di serambil rumah mereka. Kabar pasal kedatangan Berg telah sampai kepada mereka. Itulah mengapa, mereka menunggunya.

Dari kejauhan terlihat salah satu mamie dari rumah bordil tengah meninggikan suaranya. Wanita separuh baya itu datang dengan menyeret-nyeret seorang wanita yang masih sangat muda. Parasnya memang memesona. Wajar saja wanita tua itu berhasrat hendak memilikinya.

Gadis itu dialah Halimah adik Kusono. Nasib malang telah membawanya ke Batavia. Akibat fitnah dari rekan sesama budak saat masih bekerja dengan salah satu tuan dari negeri Belanda. Di Batavia ia dipungut oleh seorang wanita. Dikiranya sang penolong adalah wanita baik-baik yang niatnya tulus memberi tumpangan. Namun, ternyata tidak.

Sungguh zaman telah mengikis hati nurani dari umat manusia. Tak ada lagi orang berhati mulia di zaman ini. Semua rela berhati bak binatang demi untuk sesuap nasi. Halimah tak menyangka, kebaikan wanita itu karena ada maunya.

Halimah hanya bisa meratapi nasibnya. Sungguh, masa indah di kampung halaman selalu dikenangnya. Sungguh sedikit pun tak pernah tebersit dalam dirinya akan pergi sejauh ini meninggalkan kampung halamannya.

Memang benar adanya, bahwa dalam agama tak ada larangan untuk menjelajah bumi yang telah Allah Swt. hamparkan. Bahkan ketika di tempat asal kita tak menemukan sebuah kehidupan yang layak, kita boleh berpindah/berhijrah ke wilayah lain di bumi ini.

Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surah An-Nisa ayat 97 yang artinya:

"Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya dirinya sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya; 'Dalam keadaan bagaimana kamu ini?' Mereka menjawab: 'Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri Makkah.' Para malaikat berkata: 'Tidakkah Bumi Allah itu luas, sehingga engkau dapat berhijrah di bumi itu?' …."

Akan tetapi, bukan hijrah demikian ini yang diharapkannya, yang justru semakin dekat membawanya dengan dunia kegelapan.
Hari itu, Halimah hendak dijual kepada lelaki Belanda yang baru saja kembali dari penugasan di Banda. Sayang, Halimah yang sejak kecil telah dididik dengan pemahaman agama menolak keras perbuatan hina tersebut.

"Janganlah kalian mendekati zina karena itu adalah perbuatan keji dan jalan yang amat buruk." (QS. Al-Isra: 32)

Belum lagi saat Halimah teringat kisah saat Nabi saw. melakukan perjalanan ke langit yang ketujuh. Di sana Rasul saw. menjumpai banyak sekali wanita sebagai penghuni mereka. Ia sungguh takut dan tentu tak mau menjadi salah satu bagian darinya.

Itulah mengapa, ketika laki-laki berhidung belang itu datang, Halimah berusaha kabur. Sayang, usahanya itu gagal. Kini tubuh mungil itu semakin tak berdaya akibat bejibun pukulan yang didapat tubuhnya.

Halimah terus merintih sepanjang jalan.
Sepasang suami istri yang semula duduk santai di serambi rumah, berdiri menyaksikan fenomena yang lumrah terjadi antara pekerja seks dengan mamie mereka.

"Bikin kaget saja," kesal Tuan Hendrick.
Tak lama mereka pun berlalu melewati rumahnya.

"Kasian, para gadis bumiputra itu. Benar- benar sudah tak punya hak hidup. Andai mereka manut saja dengan pemerintah kolonial, Tentulah nasib mereka akan jauh lebih sejahtera dari sekarang. Saat ini mau berpegang pada agama itu bukan saatnya lagi. Jika ingin maju kita harus berkiblat dengan Barat." Tuan Hendrick mengerutkan bibirnya lalu terus membaca surat kabar dari negaranya.

Berg dan Kusono pun melihat kejadian itu dari jarak dekat. Halimah mengangkat wajahnya. Dipandangnya sosok lelaki yang berjalan ke arah mereka. Namun, Kusono tak melihat ke arah adik yang selama ini ia cari.

Hingga tatapan Halimah kepadanya, terhalang wajah tampan, Berg. Berg tak melepaskan pandangannya ia terus memandangi Halimah. Namun, akibat desakan kuat dari sang mamie, Halimah di seret pergi.

Kusono pun segera menoleh, tapi, sayang tinggallah punggung Halimah yang dilihatnya.

"Ada apa, Tuan?" tanya Kusono.

"Ya, biasa. Begitulah pemandangan di kota baru ini. Para wanita yang tidak mau menjajakan dirinya. Mereka berniat kabur. Hingga memancing kemarahan tuan mereka. Bisa kau mengikutinya, dan katakan pada majikannya berapa harga wanita itu saya akan langsung membelinya."

Bagai langit runtuh di atas ubun-ubun, Kusono kaget bukan kepalang. Ia kembali melihat ke arah gadis yang kini mulai menjauh pergi. Tak lama lagi, wajahnya ia palingkan lalu memandangi sang majikan.

"Ayo! tunggu apa lagi. Kejar!"

Kusono pun segera berjalan mengikuti ke mana rombongan tadi pergi. Dalam perjalannya mengejar sang gadis, Kusono bimbang. Bagaimanapun, ia akan berperan dalam hal ini maka baik buruk kelak ia juga ikut menanggung.

Tetapi, di sisi lain ia juga harus menolong gadis itu. Terlepas apa pun alasannya, wanita itu tak pantas dibiarkan demikian. Setelah menimbang-nimbang, Kusono pun segera mengejar ke mana rombongan tadi pergi.

Dan tentu saja ke rumah lokalisasi ia dibawa. Kusono pun menghentikan langkahnya. Tubuh ringkihnya ia sandarkan di balik pohon. Dari kejauhan gendang telinganya mendengar rintihan tangis dari gadis yang tadi sempat berpapasan dengannya di jalan.

Namun, semakin ia mendengar suara itu, semakin dadanya bergetar. Tampaknya Kusono tak asing dengan suara tersebut. Sampai pada satu titik, jeritan kata "abang" terdengar, Kusono tersadar, "Halimah! Iya, Halimah."

Lelaki itu pun segera berlari menghampiri rumah bordil. Ia mulai mencari di bagian mana suara itu berasal.

Kusono mulai mengecek dinding jelajah rumah yang ia tengarai dari sanalah sumber suara yang ia dengar. Dan terang saja, seorang wanita muda tak berdaya dengan rambut terurai tak karuan terbaring tak berdaya dengan luka dan memar di seluruh tubuh.

Kusono menjadi bertanya-tanya, apakah benar itu adik yang selama ini ia cari? Jika benar, maka sungguhlah malang nasib saudaranya kini. Tetapi jika bukan, maka pupuslah kembali segala harapannya. Ke mana lagi ia akan mencari adiknya itu.

Kusono pun membalikkan badannya. Ia berniat pergi saja. Tetapi, terlepas dari siapa wanita tersebut. Adalah kewajibannya untuk menolongnya. Tak mungkin membiarkannya demikian.

Maka dengan segala upayanya, Kusono berusaha menarik dinding yang melekat pada kayu itu. Lelaki itu terus menariknya dengan sekuat tenaga. Hingga dinding yang terbuat dari anyaman bambu tersebut terbuka. Kusono menarik napas lega. Ia pun mulai melangkahkan kaki masuk ke dalam ruangan.

Halimah terkejut. Wanita itu sejurus ketakutan. Ia mulai menarik kedua kakinya. Isak tangis pun mulai terdengar. "Saya mohon jangan apa-apakan saya, Tuan. Saya mohon, saya ini wanita baik-baik. Budaya kami tak mengenal kehidupan macam ini. Saya besar dididik dengan ilmu agama. Percayalah, Tuan, saya ini bukan orang berpangkat. Hinalah tuan bila memelihara saya, sedang wanita dari negeri Tuan sendiri pintar dan terpandang."

Mendengar suara yang sudah lama tak ia dengar itu, kedua kaki Kusono nyaris kaku badannya bergetar, air matanya tumpah. Itu suara Halimah.

"Halimah, Adikku," ucap Kusono tak kuasa menahan tangis. Tubuhnya sontak menjadi lemas. Dan ambruk ke lantai.

Halimah menolah, kedua ujung netranya menjatuhkan bulir bening, jantungnya pun berdegup bak genderang yang bertalu-talu.

"A— Abang."
Halimah menoleh.
"Abang!"
"Halimah!"
"Abang!"
"Sungguh, kau adikku Halimah?" Pecah tangis Kusono mereguk badan adiknya.

"Halimah."
"Abang!" Halimah nenangis sejadi-jadinya.

"Abang! Ke mana Abang selama ini? Kenapa membiarkan Halimah pergi jauh, Abang." ujar Halimah tak kuasa menahan tangis.

"Abang tak akan tinggalkan Halimah. Biarlah Abang mati asal engkau Halimah adikku dapat selamat."

Halimah meraih badan saudaranya, kedua tangannya erat memeluk badan yang ringkih itu.

"Alhamdulillah, ya Allah. Engkau telah mempertemukan aku dengan adikku, Ya Allah. Sungguh, semua karena kuasa-Mu." Kedua kakak beradik itu pun berpelukan dengan bibir tiada henti mengucap syukur. Keduanya pun keluar dan melarikan diri dari tempat tersebut.

Kini Kusono tak lagi kembali menemui Tuannya. Ia membawa adiknya pergi jauh. Kembali ke Padang tentu tak mudah. Tak mungkin bisa menumpang kapal Belanda. Maka mereka pun berjalan keluar tembok Batavia mencari suaka di mana saudara seiman mereka berada.

Kini tak ada lagi kisah Berg sang majikan juga mamie, wanita pemilik bisnis prostitusi. Yang ada tinggallah Kusono dan adiknya Halimah yang mencari kehidupan baru.

Selesai. []


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Manusia Pilihan

”Seseorang akan diuji sesuai dengan agamanya. Jika agamanya kokoh, akan mendapat ujian yang berat. Jika agamanya lemah, ia akan diuji sesuai dengan tingkat keimanannya. “


Oleh. Mariyah Zawawi
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Iblis begitu marah. Kedengkiannya terhadap Nabi Ayub a.s. pun semakin besar. Hal itu karena para malaikat memuji-muji salah satu utusan-Nya itu. Maka, ia pun mengajukan permohonan kepada Sang Pencipta agar Nabi Ayub a.s. berhenti menyembah Allah Swt. Allah Swt. pun mengizinkan iblis laknatullah untuk melakukannya.

Keteguhan Iman Nabi Ayub a.s.

Nabi Ayub a.s. adalah seorang nabi yang mendapat banyak anugerah dari Allah Swt. Ia memiliki banyak harta, berupa keturunan, kebun, ternak, dan sebagainya. Semua itu tidak membuatnya lalai dari kewajibannya sebagai seorang hamba. Sebaliknya, ia mensyukurinya dengan beribadah dan melakukan kebaikan-kebaikan. Ia suka menolong orang-orang yang membutuhkan serta membantu orang miskin, para janda, dan sebagainya.

Iblis menganggap bahwa Nabi Ayub a.s. tetap beribadah dan beramal saleh karena mendapatkan banyak kenikmatan dari Allah Swt. Iblis mengira, jika segala kenikmatan itu dicabut, Nabi Ayub a.s. akan berhenti dari menyembah Allah Swt. Karena itulah, iblis berusaha untuk memusnahkan segala kenikmatan tersebut.

Semua harta benda berupa kebun, ternak, hingga rumah pun musnah. Demikian pula dengan anak-anaknya, tak ada satu pun yang tersisa. Ketika mengetahui hal itu, Nabi Ayub a.s. hanya berkata,

الحمد لله الذي هو اعطاها وهو أخذه

(Segala puji bagi Allah, Dia yang memberikannya dan Dia pula yang mengambilnya).

Mengetahui hal ini, iblis semakin marah. Kali ini, ia meniup kedua lubang hidung Nabi Ayub a.s. yang sedang bersujud. Seketika itu pula, Nabi Ayub a.s. ditimpa penyakit kulit yang parah. Sakit itu menimbulkan luka yang berbau busuk. Masyarakat pun jijik dan mengucilkannya. Mereka meninggalkan Nabi Ayub a.s. di sebuah gubuk yang jauh dari rumah penduduk. Hanya istrinya yang tetap setia menemani dan merawatnya.

Dari hari ke hari, sakitnya semakin parah. Hingga tubuh yang sebelumnya berotot itu hanya tinggal kulit pembalut tulang. Meskipun demikian, keimanan Nabi Ayub a.s. tidak goyah. Ia bahkan semakin mendekatkan diri kepada Allah Swt. Saat itu, Nabi Ayub a.s. hanya memanjatkan doa,

أني مسني الضر وأنت أرحم الراحمين

Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.”

Doa ini diabadikan dalam surah Al-Anbiya [21]: 83.

Iblis pun berusaha membelokkan iman Nabi Ayub a.s. melalui istrinya. Iblis mengira, ia akan berhasil seperti saat menggoda Nabi Adam a.s. melalui Siti Hawa. Hingga Nabi Adam a.s. dan istrinya dikeluarkan dari surga.

Iblis menyarankan kepada istri Nabi Ayub a.s. untuk membujuk suaminya agar berkurban atas nama selain Allah Swt. Nabi Ayub a.s. langsung menolaknya. Ia mengetahui bahwa hal itu merupakan ajakan iblis untuk menjauhkannya dari Allah Swt.

Nabi Ayub a.s. pun menyampaikan kepada istrinya bahwa masa-masa senang yang dirasakannya, jauh lebih lama dibandingkan dengan masa susah. Nabi Ayub a.s. diberi ujian saat berusia 70 tahun. Sedangkan ujian itu berlangsung selama 7 tahun.

Setelah semua ujian itu tidak menggoyahkan keimanan Nabi Ayub a.s., maka Allah Swt. pun mengembalikan segala kenikmatan itu. Penyakit yang dideritanya lenyap. Harta benda dan keturunannya pun dikembalikan. Bahkan, keturunannya menjadi dua kali lipat.

Ujian Sesuai dengan Tingkat Keimanan

Demikianlah, betapa berat ujian yang diterima oleh Nabi Ayub a.s. Memang, ujian yang terberat diberikan kepada para nabi. Seperti sabda Rasulullah saw. dalam hadis riwayat Tirmizi saat ditanya tentang siapa yang mendapatkan ujian paling berat. Maka, Rasulullah saw. bersabda:

"Para nabi. Kemudian orang-orang yang semisalnya. Kemudian yang semisalnya. Seseorang akan diuji sesuai dengan agamanya. Jika agamanya kokoh, akan mendapat ujian yang berat. Jika agamanya lemah, ia akan diuji sesuai dengan tingkat keimanannya …."

Dalam Al-Qur'an banyak dikisahkan beratnya ujian yang diberikan kepada para nabi. Ada Nabi Ibrahim a.s. yang dibakar hidup-hidup. Kemudian Nabi Musa a.s. yang menghadapi Firaun yang kejam.

Demikian pula dengan ujian yang dihadapi oleh Rasulullah saw. Selain diabadikan dalam Al-Qur'an, ujian dakwah Rasulullah saw. juga dikisahkan dalam banyak hadis. Beliau diolok-olok, difitnah, bahkan hendak dibunuh karena tidak mau menghentikan aktivitasnya dalam menyerukan Islam.

Demikianlah, Allah Swt. memberikan ujian kepada manusia sesuai dengan tingkatan keimanannya. Para nabi adalah sosok yang paling kuat keimanannya. Karena itu, ujian yang diberikan juga paling berat. Demikian pula dengan manusia lainnya. Semakin kuat keimanan mereka, semakin berat pula yang diberikan kepada mereka.

Berbagai cobaan itu memang diberikan oleh Allah Swt. untuk menguji keimanan mereka. Dalam surah Al-Ankabut [29]: 2-3, Allah Swt. berfirman,

أحسب الناس أن يتركوا أن يقولوا آمنا وهم لا يفتنون (١) ولقد فتنا الذين من قبلهم فليعلمن الذين صدقوا وليعلمن الذين الكٰذبين (٢)

"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan berkata, 'Kami beriman' dan mereka tidak diuji? Sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Maka Allah sungguh mengetahui siapa yang jujur dan mengetahui mana yang berdusta."

Bersabar dan Ikhlas

Dari kisah Nabi Ayub a.s. kita mendapat satu pelajaran. Yakni, sikap terbaik saat mendapat ujian dari Allah Swt. adalah bersabar dan ikhlas. Sabar dan ikhlas sejak ujian itu datang. Sebab, Rasulullah saw. menyatakan bahwa sabar itu pada benturan yang pertama.

Bersabar dan ikhlas karena kenikmatan yang diberikan oleh Allah Swt. kepada kita jauh lebih banyak dibandingkan dengan ujian berupa kesusahan itu. Kenikmatan yang tidak sanggup kita hitung karena saking banyaknya. Nikmat iman, kesehatan, kecerdasan, ilmu pengetahuan, kesempatan, dan sebagainya. Nikmat yang mungkin diberikan kepada kita, tetapi tidak kepada yang lainnya.

Karena itulah, kita patut bersabar dan ikhlas jika Allah Swt. mencabut sedikit nikmat yang dulu pernah diberikan kepada kita. Sebab, masih ada banyak nikmat lain yang kita miliki.

Di samping itu, kita harus menyadari bahwa segala nikmat yang diberikan kepada kita itu tidak benar-benar milik kita. Semua itu hanya titipan dari Sang Pencipta. Maka, kita harus mengikhlaskannya saat Sang Pemilik yang sebenarnya telah memintanya kembali.

Memang, tidak mudah melakukan semua ini. Namun, jika kita senantiasa menyandarkan hidup kita kepada Allah Swt., maka Dia pasti akan menolong kita. Allah Swt. akan menguatkan kita sehingga sanggup menghadapi ujian itu. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah Swt. dalam surah Ath-Thalaq [65]: 4. Di ayat ini, Allah menyatakan bahwa siapa saja yang bertawakal kepada-Nya, akan diberi kemudahan dalam urusannya. Semoga Allah Swt. memberikan kepada kita kekuatan dalam menghadapi setiap ujian.

Wallaahu a'lam bi ash-shawaab.[]


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Mewaspadai Bahaya Kanker Serviks Sejak Dini

"Penyakit yang datang pada diri manusia memang di luar kuasanya. Hal tersebut menjadi ketetapan dari Sang Pencipta sebagai ujian dan cobaan bagi manusia. Namun ketaatan diri dalam menjalankan perintah Ilahi merupakan sebuah kewajiban."


Oleh. Atien
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Penyakit kanker serviks menjadi momok menakutkan bagi kaum perempuan. Bagaimana tidak? Penyakit ganas ini menyerang bagian tubuh yang sangat vital pada perempuan, yaitu organ kewanitaan.

Kekhawatiran kaum perempuan terhadap kanker serviks bukan tanpa alasan. Berdasarkan data pada tahun 2022 dari World Health Organization (WHO), kanker serviks menempati urutan kedua dengan jumlah 36.633 kasus atau 9,2 persen dari total kasus kanker di Indonesia. Sedangkan data dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Cipto Mangunkusumo Jakarta memperlihatkan bahwa 94 persen pasien meninggal dunia dalam kurun waktu dua tahun.
(sardjito.co.id, 24/06/2023)

Minimnya pengetahuan dan kesadaran tentang kanker serviks disinyalir sebagai penyebab tingginya kasus penderita kanker ini. Oleh karena itu, dibutuhkan pengetahuan yang benar tentang kanker serviks dan segala yang berhubungan dengannya.

Di samping itu, ada hal yang perlu diperhatikan dan digarisbawahi oleh para perempuan, agar mereka tidak menganggap remeh kanker serviks. Kenyataan membuktikan bahwa kanker ini tidak mengenal tingkatan usia, yang membuat semua perempuan memiliki risiko yang sama tanpa memandang tua atau muda. Hal itu disampaikan oleh dr.Triskawati Indang, So, OG (K) Onk, saat menjadi pembicara dalam webinar bertema Mewaspadai Silent Killer pada Perempuan dengan Melakukan Deteksi Dini agar Hidup Tetap Sehat dan Berkualitas.
(Mediaindonesia.com, 24/2/2022)

Kanker Serviks dan Gejalanya

Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim. Kanker ini terjadi saat ada sel-sel yang tidak normal yang berkembang terus-menerus dan tak terkendali. Hal itu mengakibatkan tumbuhnya tumor pada serviks.

Pada stadium awal, kanker serviks tidak menimbulkan gejala. Gejala munculnya kanker ini baru terlihat setelah lebih dari stadium satu dengan ciri-ciri berikut ini:

Pertama, keputihan dalam jumlah banyak dan berbau. Kedua, pendarahan vagina ketika melakukan hubungan seksual (contact bleeding). _Ketiga, pendarahan dari vagina padahal sedang tidak haid. Keempat, siklus haid tidak teratur dan cenderung menjadi lebih panjang. Kelima, rasa sakit pada panggul (perut bagian bawah), pinggang ( punggung bawah) dan kaki. Keenam, hilangnya nafsu makan sehingga berat badan menurun. Ketujuh, badan terasa lemah dan mudah lelah.

Metode Pengobatan

Oleh karena itu, jika gejala yang muncul mengarah kepada kanker serviks, maka ada beberapa jenis pemeriksaan lanjutan yang harus dilakukan. Hal itu agar kanker serviks yang muncul bisa segera terdeteksi dan mendapatkan penanganan sejak dini.
Pemeriksaan lanjutan tersebut bisa berupa tes skrining. Metode skrining itu sendiri terdiri dari dua pilihan yaitu tes IVA dan pap smear.

Tes IVA (Inspeksi Visual Asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker serviks sedini mungkin dengan metode pengasapan asam asetat atau asam cuka dengan kadar 3-5 persen pada leher rahim. Sedangkan pap smear adalah prosedur untuk mendeteksi kanker serviks sehingga dapat menemukan sel-sel abnormal (sel prakanker) yang terdapat di dalam rahim dan leher rahim.

Faktor Penyebab

Ada banyak faktor yang menyebabkan munculnya penyakit kanker serviks. Namun penyebab terbesarnya adalah infeksi dari virus HPV (Human Papilloma Virus) yang bisa ditularkan melalui hubungan seksual.
Risiko menjadi makin tinggi saat hubungan seksual tersebut dilakukan dengan berganti-ganti pasangan.

Perilaku seks bebas tersebut memang menjadi hal yang lumrah di sistem sekarang. Perilaku tersebut tidak hanya menjangkiti para remaja. Mereka yang sudah berkeluarga pun tidak luput dari perilaku tersebut.

Hal itu bisa terjadi karena mereka menganut prinsip kebebasan. Prinsip ini dijadikan tolok ukur dalam kehidupan termasuk menyalurkan hasrat seksual. Mereka hanya memikirkan kenikmatan dunia yang hanya sementara. Kebebasan tersebut akhirnya berujung malapetaka yang menimpa pada diri manusia.

Islam dan Penjagaan Syariat

Berbanding terbalik dengan Islam, yang berlandaskan halal haram dalam memberikan penjagaan kepada umatnya melalui aturan-aturannya yang begitu sempurna. Islam sangat menjaga dan mengutamakan kebersihan. Oleh karena itu, Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa menjaga wudu.

Khusus bagi para muslimah, Islam juga sudah memberikan aturan yang lengkap dan tepat. Di dalam ranah ini terdapat perintah untuk mandi wajib atau mandi besar bagi perempuan setelah mereka selesai haid, melahirkan, nifas dan berhubungan badan dengan suami. Adanya kewajiban mandi wajib tersebut menjadikan organ kewanitaan senantiasa terjaga kebersihannya.

Aturan Islam juga berlaku dalam ranah pergaulan laki-laki dan perempuan, termasuk aktivitas seksual di antara keduanya.
Hal itu diterapkan agar penyaluran seksual yang membara tidak sampai melanggar aturan Allah Swt.

Penyaluran hasrat seksual sebagai reaksi dari rasa saling mencintai adalah bagian pemenuhan gharizah atau naluri na'u. Keberadaan naluri ini merupakan sesuatu yang pasti dimiliki oleh setiap individu. Aktivitas seksual tersebut ternyata hanya bisa dilakukan oleh pasangan suami istri yang telah terikat oleh tali pernikahan.

Hal itu sesuai dengan sabda Rasulullah saw. yang artinya, "Tidak ada penawar yang lebih manjur bagi dua orang insan yang saling mencintai dibanding pernikahan."
(HR. Ibnu Majah, Al- Hakim dan Al-Bazzar)

Pernikahan itu sendiri menjadi penjagaan untuk menghindari diri dari perbuatan yang keji. Hal itu jelas-jelas merupakan sebuah keharaman.
Peringatan dan larangan berzina telah Allah Swt. sampaikan dalam firman-Nya yang artinya, "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk."
(TQS. Al- Isra' : 32)

Dari penjelasan ayat di atas, sudah sangat jelas bahwa untuk mendekati zina saja sudah dilarang. Lantas jika sampai terjadi hubungan seksual yang bukan dengan pasangan sahnya, bukankah hal itu merupakan perbuatan zina yang begitu nyata?

Penyakit yang datang pada diri manusia memang di luar kuasanya. Hal tersebut menjadi ketetapan dari Sang Pencipta sebagai ujian dan cobaan bagi manusia. Namun ketaatan diri dalam menjalankan perintah Ilahi merupakan sebuah kewajiban. Maka, sudah selayaknya bagi kita yang mengaku sebagai orang yang beriman untuk menjauhi apa-apa yang menjadi larangan Allah Swt. Adanya larangan tersebut menjadi benteng yang kuat untuk menjaga dan melindungi umat dengan cara taat kepada aturan syariat.

Perilaku seks bebas sudah terbukti membawa keburukan dan timbulnya penyakit mematikan, berupa kanker serviks yang membuat tubuh bergidik. Ketika pengetahuan medis memberikan cara pencegahan sedari awal, ternyata jauh sebelum itu Islam sudah lebih dulu memberikan penjelasan secara terperinci untuk melindungi diri sejak dini.

Wallahu a'lam bi ash-shawwab.[]


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tip Taktis Tulisan Lolos Deteksi Mesin Plagiat

"Satu-satunya cara yang dapat dilakukan agar naskah kita lolos dari mesin plagiat adalah dengan mengubah redaksi kalimat aktif menjadi pasif, mengubah redaksi kalimat pasif menjadi aktif, mengganti beberapa kata dengan kata lain yang memiliki arti sama, serta mengganti struktur redaksinya, dari kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung."


Oleh. Muthiah Al Fath
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Bismillah, dengan bermodalkan tekad ingin menempuh ilmu menulis. Karena aku tahu di NP, selain sebagai media, juga sering mengadakan sharing ilmu. Jadi, ini sharing ilmu menulis perdana saya selama terjun ke dunia literasi.

Umumnya, sebuah media mempunyai kriteria tersendiri mengenai batas maksimal tingkat plagiat. Namun terkadang, meskipun tulisan kita 100% buah pikiran sendiri, tidak menjamin untuk lolos dari deteksi mesin plagiat. Iya, jika beberapa kalimat kita terdeteksi di mesin plagiat, tidak berarti kita seorang plagiator, ya. Sebab aplikasi pengecek hanya menandai bagian-bagian yang mirip dari sumber internet. Artinya, jika tidak ada di internet, tidak akan terdeteksi.

Tentu saja, kemiripan tidak selalu identik dengan aksi plagiat atau mencuri karya seseorang. Apalagi jika kita mencantumkan sumber berita/kutipan secara benar dan etis. Namun, jika persentasenya melebihi 15%, ini menjadi peringatan bagi kita untuk meminimalisasi tingkat plagiatnya. Karena para editor umumnya berpatokan pada hasil mesin plagiat. Mengingat naskah yang masuk begitu banyak dan editor juga ingin bekerja cepat. Karena tidak mungkin naskah kita diteliti satu per satu, membanding-bandingkan dengan naskah yang pernah tayang. Itu memakan waktu.

Tulisan telah selesai, tapi setelah dicek ternyata plagiatnya besar sekali. Waduh, gimana dong? Tenang, jangan panik! Malam ini, aku kasih beberapa tip yang dapat dilakukan agar tulisan lolos deteksi mesin plagiat. Yah, walaupun terkadang bagian dalil tetap saja akan terdeteksi.

Walaupun tip ini sudah menjadi makanan sehari-hari akhwatifillah. Tapi, tidak ada salahnya untuk mengulang teorinya. Tidak ada cara lain. Satu-satunya cara yang dapat dilakukan agar naskah kita lolos dari mesin plagiat adalah dengan "mengubah redaksi kalimat tanpa mengubah maknanya" alias parafrasa. Beberapa cara tersebut, di antaranya:

  1. Mengubah redaksi kalimat aktif ( S-P-O-K) menjadi pasif (O-P-S atau S-P).

Misalnya, jika kalimat aktif yang bertuliskan:

Khilafah akan segera menganalisis penyebabnya dan segera menyelesaikan masalah ketika harga sembako naik.

Namun, jika kalimat tersebut tersorot sebagai plagiat. Maka ubahlah menjadi kalimat pasif. Salah satunya bisa seperti ini:

Ketika harga sembako naik maka penyebab masalahnya akan segera dianalisis dan diselesaikan oleh Khilafah.

  1. Mengubah redaksi kalimat pasif menjadi aktif.

Misal, kalimat pasif yang bertuliskan:

Sektor energi akan dikelola sepenuhnya oleh negara, tidak diserahkan pada swasta.

Dianggap sebagai plagiat. Maka ubahlah menjadi kalimat aktif, salah satunya bisa seperti ini:

Negara akan mengelola sektor energi dan tidak menyerahkanya pada swasta.

  1. Mengganti beberapa kata dengan kata lain yang memiliki arti sama (sinonim).

Misalnya pada kalimat berikut ini:

Khilafah menerapkan sistem mata uang dinar dan dirham yang telah teruji memiliki nilai konstan.

Tersorot sebagai plagiat, maka bisa kita ubah menjadi:

Khilafah memberlakukan sistem mata uang emas dan perak yang telah teruji stabil.

Pengubahan kata yang sinonim tersebut bisa dilakukan pada semua kata, atau hanya beberapa seperti contoh di atas. Di sini yang penting bisa menghilangkan atau menurunkan tingkat plagiatnya, tanpa mengubah makna.

  1. Mengganti struktur redaksinya, dari kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung.

Misal, kalimat bertuliskan:

"Selama negeri ini masih dalam cengkraman sekularisme, apalagi rezimnya masih sama maka nasib rakyat akan tetap sengsara," tegasnya.

Dideteksi sebagai plagiat, maka bisa diubah menjadi kalimat tak langsung, seperti:

Dia mengungkapkan bahwa selama negeri ini masih dalam cengkeraman sekularisme, apalagi rezimnya masih sama, maka nasib rakyat akan tetap sengsara.

  1. Menggabungkan beberapa cara di atas.

Misalnya, kalimat aktif diubah menjadi pasif sekaligus mengganti beberapa kata-kata yang sinonim. Contoh:

Seorang wanita pernah mengkritik Khalifah Umar bin Khattab terkait kebijakan pembatasan mahar.

Bisa diubah menjadi:

Khalifah Umar bin Khattab pernah diprotes oleh seorang wanita mengenai aturan pembatasan mahar.

  1. Setelah kalimat yang terdeteksi plagiat diubah, silakan uji sekali lagi naskahnya ke perangkat mesin plagiat.

Insyaallah, persentase plagiatnya akan terkikis secara signifikan. Jika sudah begitu, jangan lupa baca naskah secara keseluruhan sebelum dikirim ke media. Setelah semua oke, kalimat tersusun padu, barulah dikirim. Jangan lupa baca basmalah sebelum mengirim. Semoga berkah.

Tanya Jawab

  1. Haifa Aiman

Adakah tip pada terjemahan ayat?

Jawaban:

Ada beberapa tip untuk ini:

  1. Bisa menggabungkan seperti ini:
    Misalnya:
    "Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir." (TQS. Al-Maidah: 44)

"Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim." (TQS. Al-Maidah: 45)

"Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik." (TQS. Al-Maidah: 47)

Ketiga terjemahan ayat di atas bisa diubah menjadi:

Ada tiga golongan yang memutuskan perkara/hukum tidak berdasarkan syariat Islam. Mereka adalah kafir, fasik, dan zalim. Hal itu sebagaimana yang tercantum dalam firman Allah Swt. pada Surah Al-Maidah ayat 44, 45, dan 47.

Atau

Bisa juga mengubah kalimat awalnya.

Allah Swt. berfirman dalam surah Al-Maidah ayat 44, artinya, "Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir."

Diubah menjadi seperti di bawah ini:

Dalam Surah Al-Maidah ayat 44 yang berbunyi, "Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir." (TQS. Al-Maidah: 44)

  1. Ragil Rahayu

Kalau untuk standar NP 'kan harus ada dalil, apakah jika kita mencantumkan versi yang sudah diubah itu terkategori sudah menyebutkan dalil?

Jawaban:

Pertanyaan ini akan dijawab oleh admin grup yang notabene tim editor NP.

Menurut standar NP, dalam satu naskah setidaknya dicantumkan satu dalil berupa :
a. Tulisan arab dan terjemahannya, atau
b. Cukup terjemahannya saja.
Jangan lupa disertakan nama surah berikut ayatnya.

Yang patut digaris bawahi adalah:
Jika mencantumkan dalil lebih dari satu, maka dalil lainnya dipersilakan jika ingin ditulis dalam bentuk tafsirnya. Namun, tidak melupakan poin a dan b di atas.

Tugas

“Saat ini, bahwasannya saya melihat konser Coldplay itu tidak lagi dianggap sebatas hiburan, melainkan sudah naik level menjadi sebuah sesembahan di kalangan anak muda,” jelas Ustaz tersebut.

Misalnya, kalimat di atas terdeteksi plagiat, bagaimana cara mengubahnya?

Jawaban:

Ustaz tersebut menjelaskan bahwa konser Coldplay saat ini tidak lagi dianggap sebatas hiburan, tetapi sudah menjadi sesembahan di kalangan anak muda.

Sekian dan terima kasih.[]


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tajuk Tak Bertuan

"Tajuk tak bertuan melalang buana tiada henti
Alarm Ilahi diabaikan tanpa memahami arti
Mengorek cacat dan cela yang masih tersembunyi
Merangkai episode kehidupan yang tak pasti
Meski mengetahui bahwa segala yang bernyawa akan mati"


Oleh. Afiyah Rasyad
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Sehelai kisah menyelinap dalam ingar bingar kehidupan
Memori terus membisu di tengah ilustrasi kepalsuan
Dendang tertabuh dengan ramai di antara kesunyian
Merapal lafaz tanpa arti di tengah huru-hara perdamaian
Melukiskan sinyal kepedihan dalam senampan keegoisan

Mendung bergelayut di sudut-sudut gelap penuh dengki
Sejuntai asa menguap dalam kebusukan seduhan diksi
Pintalan harap terpental ke dalam jurang sunyi
Memupuk bibit kebencian hingga membubung tinggi
Tajuk tak bertuan bergentayangan di relung sanubari

Kuatnya komitmen mulai tergerus sang waktu
Hilir mudik peristiwa disambut ekspresi yang tak menentu
Menyambut mendung tebal yang sering bertamu
Membentang jarak dengan segudang kebaikan bermutu
Tertipu dengan bantuan dan kesenangan semu

Lirikan penuh kebencian terus menyapa
Kidung kecurigaan disebar ke mana suka
Menempel syak wasangka di rongga dada
Pada tajuk tak bertuan yang penuh alpa
Tak kenal dengan titah Tuhan Yang Maha Kuasa

Rentetan memori memudar tanpa bisa dihentikan
Melengserkan segala ingatan tentang triliunan kebaikan
Sejumlah angka bertahta menjadi sesuatu yang patut dibanggakan
Siaran prestasi di sana sini dengan penuh kejemawaan
Meski tajuk tanpa tuan menihilkannya dalam sebuah kenyataan

Kemudi disetir dalam hantaman ombak tak tentu arah
Mengarungi gelombang ujian dengan begitu pongah
Sok asyik meski mata hati tak bisa merekah
Tajuk tak bertuan disampirkan dengan bangga dan gagah
Tak tebersit kerinduan akan muara janah

Kejernihan akal terlalu keruh dengan gemerlap dunia
Rasa masygul menghilang penuh rahasia
Setiap suluk tergelincir pada hal yang sia-sia
Pada penyakit hati seolah menghamba dengan setia
Bermacam prasangka dilakoni dengan gembira ria

Tajuk tak bertuan melalang buana tiada henti
Alarm Ilahi diabaikan tanpa memahami arti
Mengorek cacat dan cela yang masih tersembunyi
Merangkai episode kehidupan yang tak pasti
Meski mengetahui bahwa segala yang bernyawa akan mati

Bumi Allah, 24 Mei 2023.[]


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kebangkitan dan Cita-cita Milenial Sejati

"Sepanjang sejarah berdirinya Khilafah Islamiah, umat Islam telah mencapai berbagai prestasi dan berhasil mencapai puncak kebangkitan hakiki. Dari masyarakat yang bangkit inilah kemudian lahir sosok-sosok pemuda berkualitas dari segi iman dan kepemimpinan, sosok yang adil dan selalu mengedepankan kemaslahatan umat, seperti Salahuddin Al-Ayyubi dan Sultan Al-Fatih, di mana sejarah mengenal mereka sebagai sosok pemuda penakluk dunia."


Oleh. Yana Sofia
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Tahukah kamu, Bestie? Baru-baru ini, Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat meminta agar peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) dijadikan momentum untuk bangkit mewujudkan Indonesia lebih baik. Visi ini digadang-gadang demi terealisasinya pembangunan di segala bidang. Di mana kaum muda wajib berpartisipasi di dalamnya, menyongsong masa depan bangsa yang lebih cerah. Dikutip Detik.com, (19/05/2023)

Namun amat disayangkan, Bestie! "Semangat untuk bangkit" yang menjadi tema Harkitnas, malah tidak sejalan dengan kondisi pemuda yang kian terpuruk hari ini. Dekadensi moral di kalangan generasi masih menjadi persoalan krusial bagi bangsa kita, lo. Seperti seks bebas, LGBT, prostitusi, tawuran, begal, narkoba, dan banyak lagi. Hal ini diperparah dengan krisis multidimensi yang berkelindan pula dengan kepemimpinan yang inkompeten. Wah, paket komplet, ya, masalah yang menimpa negeri kita!

Nah, kira-kira nih, Bestie! Mampu gak, ya, milenial mengampu tugas kebangkitan di tengah berbagai masalah yang mendera bangsa? Apa yang harus dilakukan milenial agar bisa membawa bangsa keluar dari kondisi terpuruknya? Yuk, kita bahas bersama!

Dalam Pusaran Kapitalisme

Ya, seperti yang kita ketahui, Bestie. Kendati kita hidup di alam yang begitu kaya raya, tak membuat negara kita menjadi sejahtera. Sebaliknya, negara saat ini tengah mengalami masalah yang kompleks dan sangat serius. Krisis multidimensi tengah melanda Indonesia meliputi krisis ekonomi, hukum, sosial, politik, hingga disintegrasi.

Kita gak bisa menafikan, krisis multidimensi ini telah membawa Indonesia ke dasar lembah keterpurukan. Di antaranya korupsi di tubuh pemerintahan, kemiskinan yang terstruktur, hingga dekadensi moral yang melahirkan berbagai kejahatan di kalangan remaja yang kian hari, angkanya semakin menggila.

Di samping itu, di balik hiruk pikuk kehidupan modern generasi, dihantam pula oleh badai liberalisme dan moderasi beragama. Dua ide rusak ini telah menggerus akidah dan mentalitas pemuda. Imbasnya, kawula muda menjadi semakin liberal dan susah diatur. Berbuat sesuka hati tanpa peduli kerusakan yang ditimbulkan dari berbagai pilihan perbuatan yang minim tanggung jawab, karena berbuat dengan dorongan hawa nafsu.

Seperti yang kita lihat, Bestie! Perilaku generasi hari ini tidak jauh-jauh dengan pergaulan bebas, perzinaan, narkoba dan obat-obatan terlarang, hingga kekerasan seperti begal dan tawuran. Hampir setiap hari kita mendengar kasus-kasus kebobrokan moral oleh generasi memenuhi media massa. Semua ini menunjukkan betapa kompleksnya masalah yang menimpa umat, khusunya bagi mereka yang kelak akan meneruskan estafet kepemimpinan di masa depan.

Tentu saja, hal ini tak luput dari pengaruh sekularisme yakni paham yang menganggap agama sebagai racun dalam kehidupan bernegara. Ide ini telah melahirkan berbagai paham berbahaya yang membuka peluang penjajahan SDA dan budaya ketimuran kita. Sekularismelah yang telah melahirkan paham kebebasan kepemilikan, Bestie! Ide ini menjamin liberalisasi sektor publik yang seharusnya milik umat untuk dikuasai oleh pihak kapital dan pemodal.

Selain paham kepemilikan, sekularisme juga telah melahirkan ide rusak lainnya yakni kebebasan berperilaku dan berekspresi. Sehingga generasi bebas memilih akidah dan bertingkah laku sesuai dengan landasan dan ukuran materi yang nisbi. Mereka lalu menyebut kebebasan ini, sebagai potret "kebangkitan" bagi kawula muda masa kini. Padahal, kebangkitan yang dimaksud ini adalah open minded yang bablas dengan mengabaikan moralitas. Akibatnya, generasi rela melakukan apa saja demi mengejar eksistensinya berupa kesenangan dalam bentuk materi.

Karenanya, Bestie. Boro-boro bangkit, generasi kita hari ini malah sedang dalam kondisi sakit. Generasi sakit ini tidak bisa diajak bangkit sebelum disembuhkan terlebih dahulu, dengan cara mengembalikan nilai-nilai kepribadian Islam atau dikenal dengan sebutan syakhsiyah Islamiah ke tubuh generasi muslim. Di mana pemikiran dan perbuatan generasi, wajib koheren dengan syariat Islam sebagai landasan kehidupannya.

Konsekuensi Iman dan Kekufuran

Seperti peribahasa, Bestie, "bagaimana ditanam, begitulah dituai" yang bermakna seseorang akan mendapatkan apa yang ia upayakan. Jika seseorang melakukan kebajikan, maka akan berbuah kebaikan pula. Namun, jika melakukan keburukan, maka akan berbuah bencana. Peribahasa ini, related dengan kondisi kita saat ini. Berbagai konflik multidimensi yang tengah mendera umat hari ini, tidak lain karena meninggalkan Islam sebagai petunjuk dan landasan berbagai kebijakan yang ditetapkan oleh negara.

Saat manusia meninggalkan agama sebagai petunjuk hidupnya, maka kehidupan akan kacau dan mengalami krisis. Manusia akan saling membunuh demi berebut kekuasaan, alam akan dirusak oleh pada kapitalis yang mencari keuntungan, sementara generasi kehilangan masa depan sebagai konsekuensi mereka mengejar kesenangan dunia dengan cara mencampakkan agama.

Parahnya, umat Islam hari ini telah termakan dogma sekularisme, Bestie. Tak sedikit pemuda hari ini mengukur kebangkitannya dengan nilai-nilai Barat, yakni kapitalisme, di mana parameternya adalah keuntungan materi dan kepuasan syahwat belaka. So, bisa kita bayangkan, bagaimana rusaknya bangsa jika generasi model ini, yang memimpin bangsa di masa akan datang.

Tentu berbeda dengan Islam yang memandang kebangkitan sebuah bangsa diukur dari terlaksananya nilai-nilai kedaulatan dalam sebuah negara. Dalam Islam, negaralah yang wajib menjamin kedaulatan politik, ekonomi, SDA, bahkan budaya. Sedangkan warga negaranya disebut bangkit jika berada dalam kesejahteraan lahir dan batin, terjamin pendidikan, kesehatan, dan keamanan, hingga sandang, papan, dan pangannya. Inilah buah dari implementasi syariat Islam secara kaffah, khususnya dalam aspek politik, ekonomi, dan pemerintahan.

Allah sendiri yang telah menjelaskan kaidah kausalitas yang menjadi sebab dan akibat diturunkan rahmat di muka bumi. Sebagaimana yang tertera dalam firman-Nya di surah Al-A'raf ayat 96 yang artinya,

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi."

Kebangkitan Hakiki

Dalam kitab An-Nidzhamul Islam, Syekh Taqiyuddin An-Nabhani menjelaskan, bangkit atau tidaknya manusia tergantung pada pemikirannya tentang alam semesta dan keberadaannya sebagai hamba di hadapan Allah Swt., yang wajib taat dalam kondisi dan situasi apa pun. Nah, agar manusia bangkit, Bestie, haruslah ada perubahan yang mendasar dan menyeluruh tentang pemikiran manusia, yang memengaruhi mafhum-nya tentang nilai-nilai hidup, yakni berhukum secara total hanya dengan hukum Allah saja.

Bukankah kita telah sepakat mengakui bahwa sekularisme adalah sumber bencana? Maka melakukan perubahan yang mendasar yakni mencampakkan ide sekularisme, lalu menggantinya dengan sistem Islam harusnya menjadi satu-satunya prioritas yang kita lakukan.

Terlebih, Islam adalah agama universal, Bestie. Sebagai muslim, kita pastinya tahu bahwa tak ada satu pun masalah yang tak mampu diselesaikan oleh syariat Islam. Karena Islam adalah din (agama) sekaligus millah (ideologi), jalan hidup untuk mengurusi berbagai urusan baik terkait politik, hukum, sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan, keamanan, dan sebagainya. Semua ada solusinya dalam Islam. Allah berfirman dalam surah Al-Maidah ayat 3,

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam itu jadi agama bagimu."

Hanya saja, Bestie, dalam praktiknya pelaksanaan seluruh urusan ini wajib dikontrol oleh ulil amri alias pemimpin negara yang kita kenal dengan sebutan khalifah. Khalifahlah yang wajib menjamin terlaksananya seluruh kebutuhan umat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. riwayat Al-Bukhari,

“Imam (Khalifah) yang menjadi pemimpin manusia laksana penggembala. Hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap (urusan) rakyatnya.”

Tentu, dalam kepemimpinan ini Rasulullah saw. adalah role model paling sempurna dalam praktik kepemimpinan yang berlandaskan Islam. Sejak daulah Islam berdiri untuk pertama kali di Madinah, Rasul telah menetapkan bahwa hukum syarak adalah satu-satunya landasan bernegara. Paska Rasul wafat, kepemimpinan Islam diganti oleh para sahabat. Dimulai dari kepemimpinan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, hingga diteruskan oleh tabiin dan tabiut tabiin. Kepemimpinan ini terus berganti, namun landasan negara yakni syariat Islam tak pernah digantikan, selama periode Kekhilafahan sepanjang 1.300 tahun lebih.

Karenanya, Bestie, sepanjang sejarah berdirinya Khilafah Islamiah, umat Islam telah mencapai berbagai prestasi dan berhasil mencapai puncak kebangkitan hakiki. Rakyatnya sejahtera, negara aman sentosa. Dari masyarakat yang bangkit inilah kemudian lahir sosok-sosok pemuda berkualitas dari segi iman dan kepemimpinan, sosok yang adil dan selalu mengedepankan kemaslahatan umat, seperti Salahuddin Al-Ayyubi dan Sultan Al-Fatih, di mana sejarah mengenal mereka sebagai sosok pemuda penakluk dunia.

Nah, dari sini kita sepakat ya, Bestie! No, debat! Generasi bangkit dan mampu membawa kebangkitan hanya bisa diwujudkan dalam sistem Islam. Karena itulah, seluruh elemen masyarakat wajib mengambil perannya. Berjuang dalam rangka meninggikan Islam, sehingga Islam mampu membawa umat pada puncak peradaban sebagaimana sejarah di masa lalu pernah mengukirnya.

Khatimah

Untuk memperjuangkan kebangkitan Islam, tentunya dibutuhkan komitmen yang kuat, Bestie! Khususnya, dalam upaya mewujudkan semangat dakwah memperjuangkan Islam kaffah. Ini adalah cita-cita jangka pendek kita. Sedangkan visi ke depannya adalah menjamin kebangkitan hakiki terealisasi bagi seluruh umat manusia dari Sabang hingga Merauke, bahkan Maroko di ujung benua Eropa. Itulah cita-cita milenial sejati. Wallahu a'lam bishawab[]


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com