Kesahajaan sang Khalifah Pembebas Baitulmaqdis

"Uskup Sophronius pun kaget. Ia lihat dirinya sendiri hanya seorang penguasa satu kota, namun berdandan dengan penuh kemewahan, berbalut baju yang bersulam emas dan sutra. Sementara di hadapannya, ada orang yang menguasai separuh Asia dan separuh Eropa berpakaian sangat sederhana. Ia pun malu pada dirinya sendiri."

Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Setelah pasukan Islam memenangkan pertempuran Yarmuk, pasukan Islam kemudian bergerak menaklukkan Damaskus dan Baitulmaqdis pada tahun 637 Masehi. Pasukan Islam berhasil mengepung Baitulmaqdis, namun Baitulmaqdis masih bertahan dan enggan untuk menyerah. Akan tetapi bukan umat Islam namanya, jika hanya karena musuh bersembunyi di balik benteng kemudian mereka harus menyerah dan pulang. Penaklukkan benteng Damaskus buktinya. Benteng sekuat apa pun pasti punya celah untuk mengalahkannya. Dan pada akhirnya Jendral Arthafon dan Uskup atau Patriarch Sophronius mau tak mau harus menyerahkan Baitulmaqdis kepada kaum muslimin dengan syarat bahwa yang harus datang menerima kunci Baitulmaqdis adalah Khalifah Umar bin Khattab sendiri, tidak boleh diwakili oleh siapa pun.

Dalam sumber klasik, A History of Science yang ditulis oleh Henry Smith Williams disebutkan bahwa, sepeninggal Kaisar Konstantin, terjadilah perbedaan pendapat yang tajam antara Jendral Arthafon dengan Patriarch Sophronius. Sang Jenderal bersikeras akan mempertahankan Yerusalem sampai titik darah penghabisan. Dengan mengerahkan kekuatan seluruh penduduk untuk melakukan perlawanan. Sementara Sang Uskup Agung lebih memilih jalan damai, mengingat musuh mereka yaitu kaum muslimin terlalu kuat, dan kondisi rakyat yang sudah tidak memiliki nyali lagi untuk berperang. Arthafon, dengan sisa pasukannya yang sedemikian kecil pada akhirnya kalah suara dan harus mengikuti pendapat Sang Uskup Agung, tulis Joesoef Sou'yb dalam Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin. Maka menjelang musim semi, dikirimlah seorang utusan untuk menemui pimpinan pasukan Islam di Damaskus, yaitu Abu Ubaidah.

Pihak Sophronius bersedia menyerahkan Baitulmaqdis dengan syarat jaminan keamanan, jaminan tidak diusir dari Baitulmaqdis, dan jaminan hak keyakinan masing-masing. Maka dikirimkanlah sebuah surat agar Khalifah Umar bin Khattab datang secara pribadi untuk mengambil kunci Baitulmaqdis dan menandatangani perjanjian damai antara kedua belah pihak. Sang khalifah langsung menyetujui dan segera berangkat menuju Baitulmaqdis. Dalam The Historians of the World Volume Age, Henry Smith Williams melukiskan kesahajaan sang khalifah, saat berjalan menuju pintu gerbang kota. Penakluk Persia dan Syiria itu datang ke Yerusalem hanya bersama seorang hamba sahaya dengan menunggang seekor unta merah.

Umar bin Khattab, seorang khalifah dengan luas kekuasaan hampir separuh benua Asia dan benua Eropa. Beliau berangkat menuju Palestina dengan hanya mengendarai satu unta yang bergantian bersama pembantunya. Khalifah Umar hanya membawa bekal air, roti kering, kurma, serta selembar tikar untuk salat. Jangan bayangkan roti kering yang dibawanya itu seperti roti Jiggly atau spongecake yang lembut. Roti kering di zaman itu adalah adonan tepung gandum yang dikeraskan sekeras batu bata, bahkan jika dipakai untuk melempar pasti akan terasa sakit. Jika mau disantap, roti ini harus dipecah dengan pedang atau batu, yang harus direndam di dalam air selama setengah jam untuk bisa dimakan.

Amirulmukminin dan pembantunya, bersepakat untuk berjalan bergantian dengan batas waktunya adalah pembacaan surah Yasin. Ketika Khalifah Umar naik unta, pembantunya akan berjalan sembari membaca surah Yasin, dan ketika selesai membaca surah tersebut maka Khalifah Umar akan turun dan pembantunya naik unta dan Khalifah Umar akan berjalan dan memegang tali kekang unta. Ketika Khalifah Umar dan pembantunya telah dekat dengan Baitulmaqdis, pada saat itu jatah amirulmukminin untuk turun jalan kaki dan pembantunya yang naik unta. Pada saat sang khalifah hendak turun dari untanya sang pembantu menolak hal itu, ia membujuknya untuk tetap di atas unta, dan dia tetap memegang tali unta sambil berjalan. Akan tetapi Khalifah Umar menolaknya, beliau tidak mau menzalimi pembantunya. Kesepakatan yang telah dibuat dari awal adalah janji Khalifah Umar, dan khalifah pantang mengingkari janjinya. Maka naiklah sang pembantu ke atas unta, dan khalifah berjalan kaki memegang tali kekang.

Sampailah dua orang ini di depan gerbang Baitulmaqdis, maka tercenganglah semua orang. Di sana Uskup Agung Sophronius telah berdiri gagah dengan pakaiannya yang mewah, dan penduduk Baitulmaqdis telah berbaris rapi menyambut sang khalifah penguasa adidaya paling dihormati di masa itu. Mereka membayangkan bahwa penguasa adidaya itu berjalan dengan iring-iringan besar, dikawal dengan prajurit-prajurit terbaik, serta berpenampilan layaknya dewa. Ternyata yang datang adalah dua orang berpakaian kumuh, yang di atas unta pakaiannya sedikit lebih bagus, sementara yang jalan kaki ada 17 tambalan pada pakaiannya. Mereka menyangka yang di atas unta Itulah sang amirulmukminin. Ternyata mereka salah, orang yang berdebu dengan baju 17 tambalan itulah Khalifah Umar, sang penguasa separuh dunia.

Uskup Sophronius pun kaget. Ia lihat dirinya sendiri hanya seorang penguasa satu kota, namun berdandan dengan penuh kemewahan, berbalut baju yang bersulam emas dan sutra. Sementara di hadapannya, ada orang yang menguasai separuh Asia dan separuh Eropa berpakaian sangat sederhana. Ia pun malu pada dirinya sendiri. Dia pun berteriak kepada khalayak dalam bahasa Yunani, seperti yang dikutip oleh sejarawan Philip K. Hitti dalam History of the Arab, "Sungguh seperti Inilah penampilan Daniel, sang nabi saat dia mengabarkan kesederhanaan dan kegetiran hidup di kota suci ini" Ia juga tanpa sadar berucap pada dirinya sendiri, "Orang ini akan mempunyai negara yang tidak akan pernah terkalahkan."

Uskup itu membandingkan Khalifah Umar dengan penguasa-penguasa dahulu yang datang untuk menaklukkan Baitulmaqdis. Mereka adalah para raja yang sombong dan suka pamer kekuasaan. Sedangkan Umar sendiri sangat sulit digambarkan seperti apa kesederhanaannya. Umar bin Khattab dihormati karena kebijaksanaannya dan sifat mulia pada dirinya, dan itu lebih mewah dari pakaian bersulam intan permata sekalipun. Siapa pun yang bertatapan mata dengan Khalifah Umar, niscaya mereka akan paham bahwa jika iman telah menjadi pakaian, maka dunia seperti tidak ada harganya.

Uskup Sophronius kemudian mengajak Khalifah Umar untuk berkeliling Baitulmaqdis serta berunding tentang jaminan keamanannya jika mereka tunduk kepada Khalifah Umar dan kaum muslim. Poin demi poin ditimbang demi kebaikan bersama. Dan saat tiba waktu salat Uskup Sophronius mengajak Umar ke sebuah gereja yang dianggap sebagai makam suci yaitu gereja Gereja Sepulchre. Ia kemudian mempersilahkan Umar salat di sana, namun Khalifah Umar menolak. Beliau khawatir nantinya akan menimbulkan fitnah maka beliau salat di luar gereja.

Adapun isi perjanjian yang telah dibuat antara Amirulmukminin Umar bin Khattab radhiyallahu anhu dengan Uskup Sophronius adalah sebagai berikut, "Bismillahirrahmanirrahim, ini adalah jaminan keamanan dari hamba Allah, Umar Amirulmukminin kepada penduduk Yerusalem. Umar menjamin jiwa mereka, harta, gereja, salib, kaum yang lemah, dan mereka pun tidak dipaksa meninggalkan agamanya, tidak ada seorang pun dari mereka yang terancam dan terusir dari Yerusalem. Kaum Yahudi tidak akan tinggal bersama mereka di Yerusalem. Wajib bagi penduduk Yerusalem membayar pajak sebagaimana penduduk kota-kota lainnya. Mereka harus mengeluarkan orang-orang Bizantium dan para perampok. Penduduk Yerusalem yang ingin tetap tinggal di wilayah Bizantium, mereka boleh membawa harta dan salib-salib mereka. Mereka dijamin aman hingga mereka tiba di wilayah Bizantium. Setelah itu pun mereka masih diperbolehkan kembali ke Yerusalem apabila ingin berkumpul dengan keluarganya, namun mereka diwajibkan membayar pajak sebagaimana penduduk yang lainnya. Apabila mereka membayar pajak sesuai dengan ketentuan, maka persyaratan yang tertulis di dalam surat ini adalah di bawah perjanjian Allah, rasul-Nya, khalifah, dan umat Islam."

Sungguh Baitulmaqdis adalah tanah kaum muslimin, maka mari pertahankan dan jangan pernah lepaskan lagi.

"Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bagian timur bumi dan bagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Firaun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka. (QS. Al-A’raaf : 137)

Wallahu a'lam[]

Serunya Ujian KBBI & EYD serta Bedah Naskah Bersama NP

”Menulis tidak sekadar menorehkan tinta dan kata yang dalam benak kita. Menulis adalah salah satu aktivitas yang bisa menjadi pengantar kita untuk mendapatkan pahala dan rida Allah Swt. Maka berikanlah tulisan yang terbaik dengan teknik kepenulisan yang terbaik pula.”

Oleh. Firda Umayah
Kontributor NarasiPost.Com

NarasiPost.Com-Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Menuntut ilmu tidak hanya ilmu agama, tapi juga ilmu dunia. Termasuk membekali diri dengan ilmu yang berkaitan dengan dunia kepenulisan. Maka, untuk menunaikan kewajiban sekaligus meningkatkan kualitas diri dalam menulis, saya pun mengikuti ujian KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) & EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dan juga beda naskah bersama NarasiPost.Com.

Mengenal Ujian KBBI & EYD serta Bedah Naskah

NarasiPost.Com memang beda dan spesial. Itulah kalimat yang tepat untuk media dakwah satu ini. Bagaimana tidak! Ini adalah media dakwah satu-satunya yang sering mengadakan ujian tak lazim yaitu ujian KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) serta bedah naskah. Memang, kedua ujian ini adalah hal yang biasa bagi para kontributor NarasiPost.Com. Tetapi akan menjadi hal yang luar biasa bagi mereka yang belum mengenal dan terjun langsung dalam media ini.

Ya, bagi NarasiPost.Com. kualitas tulisan seseorang sangat diperhatikan hingga ke akar-akarnya. Tidak hanya mengoreksi kata per kata, tapi juga mengoreksi kesinambungan antarkata. Hal ini agar tulisan yang ditayangkan mampu memberikan tulisan yang terbaik dari sisi penulisan, alur, diksi dan isi tulisannya.

Saya sendiri, sudah beberapa kali mengikuti ujian KBBI & EYD serta bedah naskah di NarasiPost.Com (NP). Saya bersyukur NP bisa rutin mengadakan ujian ini setiap bulannya. Dalam ujian ini, ada perbedaan antara ujian KBBI & EYD dengan bedah naskah. Ujian KBBI & EYD adalah ujian untuk memilih satu di antara dua kata yang hampir sama agar para peserta mampu membedakan penulisan sebuah kata dengan benar. Misalnya, antara kata "astronot dan astronaut".

Sedangkan untuk ujian bedah naskah, maka peserta harus mengedit sebuah narasi tulisan yang telah dibuat sedemikian rupa dengan variasi kesalahannya. Peserta ujian diminta untuk membenahi tulisan tersebut dengan cara memperbaiki EYD-nya, alur tulisannya, dan diksi kalimatnya agar menjadi tulisan yang mudah dipahami dan enak dibaca.

Bagian dari Pembelajaran Terbaik

Selama saya bergabung bersama NP dan menjadi salah satu kontributornya, saya selalu merasa ada pembelajaran yang terbaik dari setiap agenda yang dilakukan bersama NP. Alhamdulillah, ada perbaikan dalam diri saya ketika saya menuliskan sebuah opini maupun tulisan lainnya. Saya selalu memperhatikan setiap kata yang saya tuliskan. Apakah sudah benar EYD-nya ataukah belum? Apakah sudah mudah dipahami ataukah belum? Apakah menarik untuk dibaca ataukah tidak? Apakah dapat mengedukasi masyarakat ataukah tidak? Jika ada hal yang meragukan bagi saya, saya pun tak segan untuk mencari tahu EYD dari suatu kata yang benar.

Di antara ujian KBBI & EYD serta bedah naskah yang selama ini saya ikuti, yang paling berkesan adalah ujian pada tanggal 22 Februari 2023 pukul 19.00 WIB di grup WhatsApp Konapost. Sebab, pada kesempatan kali itu, ujian yang diadakan adalah ujian KBBI & EYD sekaligus bedah naskah. Padahal, biasanya hanya satu ujian saja. Didampingi oleh tim redaksi NP yang keren yaitu Nurjamilah, ujian kali itu terasa sangat seru dan menantang. Banyak peserta yang memiliki kesalahan dalam memilih mana EYD yang benar. Begitu juga dengan bedah naskah yang diberikan. Termasuk saya. Lama tak membuka kamus bahasa Indonesia, membuat diri ini malu dengan hasil ujian yang diberikan.

Setelah mengikuti ujian, semua peserta diberi kunci jawaban dan kesempatan untuk berdiskusi dengan pendamping agar apa yang telah disampaikan pendamping mampu dipahami dengan baik. Inilah salah satu pembelajaran yang terbaik yang saya rasakan bersama NP. Masih banyak pembelajaran terbaik lainnya yang biasa dihadirkan NP untuk menunjang semua kemampuan para penulis dan juga masyarakat pada umumnya.

Penutup

Ujian yang hadir dalam kehidupan, sejatinya adalah pembelajaran yang terbaik agar manusia bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Begitu juga dengan aktivitas menulis. Menulis tidak sekadar menorehkan tinta dan kata yang dalam benak kita. Menulis adalah salah satu aktivitas yang bisa menjadi pengantar kita untuk mendapatkan pahala dan rida Allah Swt. Maka berikanlah tulisan yang terbaik dengan teknik kepenulisan yang terbaik pula. Tingkatkanlah ilmu yang kita miliki dengan mengasahnya dalam berbagai ujian kepenulisan yang bisa menjadi pengantar dalam meningkatkan kualitas tulisan kita.

Ingatlah, bahwa Allah lebih menyukai orang yang berilmu daripada orang yang tidak berilmu. Allah juga akan mengangkat derajat orang yang berilmu beberapa derajat sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur'an surah Al-Mujadalah ayat 11. []


Photo : Pribadi

Strategi Pendanaan Infrastruktur dalam Islam

“Di situlah jahatnya sistem ekonomi kapitalis. Mereka tidak memedulikan penderitaan rakyat, apalagi kesejahteraan rakyat. Rakyat hanya dijadikan tumbal dan pesakitan untuk memuluskan rencana-rencana yang mereka buat, tak terkecuali dalam proyek KCJB ini.”

Oleh. Hadi Kartini
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung kembali mendapat sorotan. Pasalnya, PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) berencana meminjam ke Cina Development Bank (CBD) sekitar Rp8,3 triliun untuk ikut menutupi pembengkakan biaya pembangunannya. Terkait rencana pengajuan utang tersebut, Presiden Joko Widodo akhirnya mengeluarkan pendapat pemerintah. Katanya, mendukung langkah yang akan diambil PT KCIC untuk dapat meneruskan proyek tersebut, karena semua pihak harus mendukung transportasi massal. (VOAIndonesia.com, 17/2/23)

Pembangunan kereta cepat juga melenceng dari kesepakatan awal, di mana Cina menjanjikan bahwa proyek ini tidak akan menggunakan APBN. Namun, pemerintah akhirnya mengucurkan dana APBN melalui Penyertaan Modal Negara atau PMN. PMN tersebut diberikan pada PT Kereta Api Indonesia sebesar Rp3,2 triliun sesuai Perpres 93 tahun 2021. KAI ditunjuk sebagai pimpinan konsorsium BUMN proyek KCJB dan menetapkan bahwa pemerintah dapat memberikan PMN kepada pimpinan konsorsium BUMN sebagai proyek strategis publik. Dukungan pemerintah sangat diperlukan untuk penyelesaian kereta cepat pertama di Asia Tenggara ini. (katadata.co.id,17/2/23)

Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung adalah proyek besar antara pihak Indonesia dan Cina dengan tujuan memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam transportasi publik dari daerah Jakarta-Bandung dan sebaliknya. Tarif tiket yang akan diberlakukan pihak KCIC sebesar Rp350.000,- untuk rute yang paling jauh. Rencana pemerintah ini sangat bagus untuk memperlancar transportasi publik, dan juga memberikan pelayanan yang nyaman bagi masyarakat dalam melakukan perjalanan dari satu kota ke kota lain. Ini merupakan kewajiban pemerintah dalam memberikan pelayanan yang baik bagi setiap warga negara di mana pun mereka tinggal.

Akan tetapi, apakah pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini sudah tepat dilaksanakan saat ini? Di mana rakyat Indonesia mengalami berbagai macam masalah yang harus cepat ditangani. Kemiskinan rakyat Indonesia makin meluas walaupun pemerintah Indonesia sudah mengeluarkan berbagai macam kebijakan-kebijakan. Tetapi, angka kemiskinan tidak berkurang dan malah makin parah.

Stunting yang terjadi pada balita juga tinggi. Stunting pada balita dan anak disebabkan kurang gizi kronis pada anak. Ini tidak terjadi setelah anak lahir saja, tetapi stunting berawal dari bayi masih berada dalam kandungan. Di mana orang tua tidak bisa memenuhi gizi pada anak yang masih berada dalam kandungan karena kemiskinan.

Masalah-masalah lain juga harus segera dibenahi pemerintah. Maraknya seks bebas di kalangan anak muda, LGBT yang makin meresahkan masyarakat, di mana mereka sudah terang-terangan menampakkan eksistensi mereka. Meningkatnya pengangguran dan kejahatan serta masalah lain yang dihadapi masyarakat, seharusnya menjadi prioritas pemerintah untuk segera menuntaskannya dibanding dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang saat ini pembangunannya belum mendesak. Sedangkan untuk fasilitas KCJB tidak semua masyarakat bisa menikmatinya. Karena hanya masyarakat tertentu yang bisa menikmati KCJB tersebut.

APBN yang dianggarkan untuk proyek KCJB tidaklah sedikit. Padahal, dana APBN yang ada bisa dipakai untuk mengatasi masalah-masalah yang lebih urgen dibanding untuk proyek KCJB. Pembangunan KCJB terkesan seperti proyek ambisius segelintir orang yang mempunyai kepentingan pribadi dan kelompok dalam proyek ini.

Selain itu, proyek KCJB ini terkesan sangat dipaksakan. Perjanjian awal proyek ini berupa kerja sama dengan investor asing dari Cina tanpa melibatkan pihak pemerintah. Tetapi dalam pelaksanaannya, biaya pembangunan proyek KCJB malah mengalami pembengkakan. Pihak investor tidak mau mengalami kerugian dan akan menghentikan pembangunan proyek. Hingga akhirnya, pemerintah turun tangan dengan mengucurkan dana dari APBN agar proyek ini terus berjalan.

Selain dana dari APBN, proyek ini juga berencana mengajukan utang kepada Cina Development Bank (CDB) dalam jumlah yang besar. Utang ini menambah daftar utang Indonesia yang sebelumnya sudah mencapai nilai yang fantastis. Walaupun utang diajukan atas nama PT KCIC, tetapi pemerintah memberikan dukungan terhadap pengajuan utang tersebut.

Apabila utang tidak terbayar beserta bunganya, pemerintah yang akan turun tangan untuk menyelesaikannya. Tentu saja, imbasnya akan sampai kepada rakyat. Pemerintah akan menarik pajak lebih tinggi, karena selama ini pemasukan terbesar pemerintah Indonesia berasal dari pajak. Walaupun Indonesia kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA), tetapi pendapatan dari SDA tidak bisa diandalkan. SDA yang kita punya sudah dikuasai oleh asing dan aseng, sudah pasti keuntungannya juga untuk mereka. Akhirnya masyarakat juga yang akan sengsara.

Dalam sistem ekonomi kapitalis, masyarakat akan susah mencapai kata sejahtera. Sistem ini meniscayakan kesejahteraan hanya milik sebagian orang yang memiliki modal besar. Mereka inilah yang memegang kendali dalam bidang ekonomi. Mereka yang bisa menjalankan proyek-proyek besar. Sehingga, keuntungan yang didapat hanya berputar di kalangan mereka dan orang-orang yang telah memuluskan jalan mereka untuk mendapatkan proyek-proyek tersebut.

Sistem ekonomi kapitalis menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan yang besar, walaupun tindakan itu merugikan masyarakat banyak. Di situlah jahatnya sistem ekonomi kapitalis. Mereka tidak memedulikan penderitaan rakyat, apalagi kesejahteraan rakyat. Rakyat hanya dijadikan tumbal dan pesakitan untuk memuluskan rencana-rencana yang mereka buat, tak terkecuali dalam proyek KCJB ini.

Masyarakat sudah dalam posisi susah, ditambah lagi kebijakan dari pemerintah dengan pungutan pajak yang tinggi. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula. Dalam ekonomi kapitalis pemerintah tidak memihak kepada rakyat. Pemerintah mengeklaim apa yang dilakukan adalah untuk kemajuan dan kesejahteraan rakyat, serta demi mendapatkan nama dan pengakuan dari negara lain atas capaian-capaian pembangunan oleh pemerintah. Di sisi lain pembangunan itu tidak bisa dinikmati oleh rakyat miskin, karena hanya kalangan tertentu saja yang bisa menikmati pembangunan tersebut.

Secara tidak sadar Indonesia telah menggadaikan kedaulatan negaranya kepada negara-negara yang telah memberikan pinjaman dengan dalih investasi. Begitu banyaknya utang, Indonesia tidak lagi mempunyai hak penuh untuk mengambil kebijakan atas negaranya sendiri. Semua kebijakan yang diambil pasti ada campur tangan negara-negara yang sudah menginvestasikan modalnya di Indonesia.

Proyek-proyek pembangunan di Indonesia rata-rata dari pinjaman atau investasi dari negara lain. Tidak ada proyek besar yang tidak melibatkan investor asing. Padahal, banyaknya utang kepada investor asing mengakibatkan Indonesia mudah disetir oleh bangsa dan negara lain.

Berbeda keadaannya jika pemerintah mau menerapkan sistem ekonomi Islam, yang telah terbukti menyejahterakan rakyatnya selama lebih dari 13 abad. Dalam sistem ekonomi Islam yang diterapkan negara Islam (Khilafah), pemerintah berkewajiban untuk menyejahterakan rakyatnya tanpa terkecuali. Negara Islam tidak akan membebani rakyatnya dalam hal pembangunan infrastruktur. Infrastruktur adalah fasilitas yang dibutuhkan semua orang, sehingga termasuk kategori marafiq al jamaah.

Infrastruktur tidak boleh dimonopoli oleh individu seperti jalan raya, laut, udara, dan sejenisnya. Semua ini adalah infrastruktur yang dibutuhkan oleh seluruh manusia dan wajib disediakan oleh negara, karena ini adalah fasilitas umum. Maka masyarakat tidak dipungut biaya untuk mempergunakannya alias gratis.

Khilafah mempunyai strategi untuk membiayai pembangunan infrastruktur dengan cara memproteksi beberapa harta kepemilikan umum seperti minyak, gas, dan tambang. Hasil dari kepemilikan umum yang diproteksi negara bisa dipergunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur. Ini adalah kebijakan yang tepat diambil pemimpin atau khalifah dalam mendanai pembangunan infrastruktur. Ini pernah dilakukan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan khalifah-khalifah setelah beliau. Hasil dari memproteksi kepemilikan umum digunakan untuk membiayai jihad, fakir, miskin, dan sejumlah kemaslahatan publik lainnya.

Negara Islam juga mempunyai strategi lain, yaitu mengambil pajak untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur. Strategi ini hanya boleh dilakukan apabila baitulmal tidak mempunyai dana yang bisa digunakan. Itu pun hanya digunakan untuk pembiayaan sarana dan prasarana vital. Pajak hanya boleh diambil dari kaum muslim laki-laki dan mampu. Selain dari kriteria itu, tidak akan dipungut pajak.

Negara Islam tidak membenarkan pembiayaan pembangunan infrastruktur meminjam kepada negara asing, termasuk lembaga keuangan global. Mengambil pinjaman kepada negara asing adalah hal yang keliru dan tidak diperbolehkan oleh syariat, karena pinjaman tersebut disertai dengan bunga dan juga berbagai syarat yang terikat. Utang yang disertai bunga secara qath'i hukumnya adalah haram. Demikian pula, persyaratan yang diberikan pasti menjerat negara. Ini akan memberikan celah bagi negara asing dan lembaga keuangan global untuk mendikte dan mengontrol negara.

Allah Swt. melarang memberikan jalan apa pun bagi orang kafir untuk menguasai orang-orang beriman dalam firman-Nya,

وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا

“Dan sekali-kali Allah tidak akan pernah memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang mukmin.” (QS. An-Nisâ’ [4]: 141)

Utang luar negeri merupakan ancaman bagi negara Islam. Inilah yang menjadi sebab kaum kafir mencengkeram negeri kaum muslim. Mereka bisa menempatkan orang suruhannya menjadi penguasa di negeri tersebut, meskipun penguasa itu adalah orang yang paling dungu sekalipun. Penguasa suruhan merupakan boneka bagi orang kafir, makanya strategi ini diharamkan sistem Islam dalam membiayai infrastruktur. Demikianlah strategi yang digunakan negara Islam dalam membiayai pembangunan infrastruktur tanpa membebani rakyatnya.

Wallahu a'lam bish shawwab.[]

Membangun The Mukaab, Kemajuan atau Kemunduran?

"Inilah dampak pembangunan ala kapitalisme yang mengedepankan kemegahan fisik, berorientasi pada prestise dan ekonomi semata. Mereka merasa sedang membangun kehebatan dan kemuliaan, tapi sejatinya mengukir kehancuran."

Oleh. Erdiya Indrarini
(Kontributor NarasiPost.Com dan Pemerhati Publik)

NarasiPost.Com-Luar biasa! Kota futuristik bernama NEOM dan Ad Diriyah belum selesai, kini penguasa Arab berambisi membangun The Mukaab. Bangunan pencakar langit terbesar di dunia yang menyerupai Ka'bah segera berdiri di Riyadh sebagai pusat peradaban kapitalisme. Inikah kemajuan atau kemunduran?

Dilansir dari detik.com (23/2/2023), sebagai Perdana Menteri (PM), Putra Mahkota Mohammad bin Salman yang dikenal dengan sebutan MbS mengesahkan proyek raksasa pada Kamis (16/2). Rencana ambisiusnya itu digadang-gadang untuk mengembangkan "pusat kota modern terbesar di dunia" yang diagendakan selesai tahun 2030 mendatang.

Kota canggih ini bertempat di kota Riyadh dengan luas area 19 kilometer persegi. Mencakup 104.000 unit hunian, 9.000 kamar hotel, lebih dari 980.000 meter persegi ruang ritel. Termasuk juga 1,4 juta meter persegi perkantoran, 620.000 meter persegi aset rekreasi, serta 1,8 juta meter persegi ruang fasilitas komunitas.

Di tengahnya akan didirikan "The Mukaab". Yaitu bangunan berbentuk kubus dengan tinggi 400 meter, lebar 400 meter, dan panjang 400 meter. Bangunan yang sekiranya memiliki luas lantai 2 juta meter persegi ini akan menjadi tujuan budaya, wisata, rekreasi, perhotelan premium, atraksi ritel, juga ruang komersial.

Alasan dan Dampak Pembangunan

Visi pembangunan mega proyek ini sudah diumumkan MbS selaku ketua Dewan Ekonomi dan Pembangunan sejak 25 April 2016 lalu. Ia merespons pesan ayahandanya, Raja Salman bin Abdul Aziz agar mengurangi ketergantungan terhadap pendapatan ekspor minyak. Tak dinyana, Pangeran Arab itu merencanakan proyek yang disebut-sebut sebagai Revolusi Radikal bernama Saudi Vision 2030.

Dengan proyek itu, MbS menggali peluang peruntungan ekonomi Saudi dengan mengembangkan sektor layanan umum. Sasarannya adalah bidang pariwisata, rekreasi, infrastruktur, sektor pendidikan, dan kesehatan. Wajar jika sepak terjang Pangeran Arab ini menuai pro dan kontra. Hal ini karena MbS telah terlalu berani mendobrak negeri Arab yang Islami menuju liberal, sekuler, dan moderat, serta terbuka terhadap kebebasan dan perbedaan.

Akibat dari langkah revolusioner sang pangeran, kini tampak di setiap sudut terdapat pemandangan yang mengarah pada kemaksiatan. Yaitu bercampurnya aktivitas laki-laki dan perempuan. Menjamurnya tempat-tempat maksiat seperti dibangunnya tempat casino terbesar, konser musik, maupun ajang adu bakat. Juga dibolehkannya perempuan keluar rumah dengan membuka aurat, bahkan dibukanya pantai-pantai dengan perempuan bikini.

Di bawah kekuasaan Pangeran Muhammad Bin Salman, seolah urat malu negara ini telah putus. Dengan dibangunnya The Mukaab, artinya Arab sebagai pusatnya Islam tak segan lagi mengakui sebagai negeri kapitalis. Bahkan terang-terangan menjelaskan bahwa ke depan, The Mukaab akan menjadi pusat kebudayaan kapitalisme di dunia.

Tak bisa kita bayangkan, negara-negara Barat selaku pengusung ideologi kapitalisme sekaligus penjaja ide liberalisme, sekularisme, moderasi, dan sejenisnya, mereka bertepuk tangan dan terbahak-bahak seraya kegirangan. Karena Arab sebagai kiblat bagi kaum muslimin telah berubah. Kini sebagian besar wilayahnya bertampang sebagaimana negeri kafir. Bersosial dan berbudaya layaknya kaum kafir. Semua berorientasi ke negeri-negeri kafir, serta menerapkan sistem perekonomian kafir. juga melakukan pembangunan-pembangunan ala Barat.

Bahaya Dua Kiblat di Satu Tempat

Ka'bah adalah ikon ideologi Islam, dibangun sejak ribuan tahun lalu. Yaitu satu-satunya kiblat bagi kaum muslimin. Sedangkan ke depan, The Mukaab adalah bangunan megah lambang kebebasan dan merupakan refleksi dari ideologi kapitalisme. Dengan membangun The Mukaab, artinya MbS membuat kiblat baru di satu wilayah yang sama. Yaitu kiblat tandingan yang mengesampingkan halal haram dan tentunya bertentangan dengan syariat Islam.

Pada akhirnya, ingar bingar The Mukaab yang merefleksikan ideologi kapitalisme jelas akan mengganggu kekhusyukan kaum muslimin. Baik dalam beribadah maupun dalam menjalankan ideologinya. Di samping itu, cepat atau lambat jati diri Arab sebagai negeri kaum muslimin akan tergerus. Seiring dengan itu, akan lahir pula generasi-generasi yang semakin jauh dari kepribadian Islam, materialistis, individualis, dan hedonis.

Inilah dampak pembangunan ala kapitalisme yang mengedepankan kemegahan fisik, berorientasi pada prestise, dan ekonomi semata. Mereka merasa sedang membangun kehebatan dan kemuliaan, tapi sejatinya mengukir kehancuran.

Pembangunan Berasas Islam

Siapa pun dan negeri mana pun boleh membangun infrastruktur dengan megah. Namun dalam Islam, paradigma yang dibangun haruslah mengarah pada pembangunan manusianya. Karena, manusia adalah sentral dari seluruh kehidupan. Allah Swt. menciptakan apa pun yang ada di langit dan di bumi untuk manusia. Sedangkan manusia diciptakan sebagai khalifah. Yaitu untuk mengemban risalah-Nya dan sebagai wakil Allah dalam menyejahterakan bumi beserta apa yang terdapat padanya, sebagaimana firman-Nya :

"Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu." (TQS. Al-An’am: 165)

Jadi, setiap pembangunan mestinya berefek meninggikan taraf berpikir umat manusia. Sehingga, setiap orang akan memiliki cita-cita yang tinggi dan visi yang jauh ke depan yaitu akhirat. Dengan demikian, apa yang diusahakan tidak berporos pada kepentingan nafsu pribadinya saja. Namun, demi meningkatkan martabat dan kesejahteraan umat manusia seluruhnya. Serta bagaimana tercipta rahmat bagi seluruh alam, bukan rahmat untuk dirinya semata. Allah berfirman,

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,…." (TQS. Al-A'raf: 96)

Oleh karenanya, setiap pembangunan haruslah terdorong karena keimanan dan ketakwaan dalam rangka menjalankan syariat Allah Swt.. Inilah yang akan menghasilkan kemaslahatan dan kemajuan serta mengundang keberkahan. Sebaliknya, ketika dalam membangun meninggalkan syariat Allah, maka hanya akan berwujud menjadi pasar yang merusak. Maka, kemunduran akan terjadi cepat atau lambat. Wallahua'lam bishahowab.[]

Duhai Putriku

"Mencintaimu bukan berarti diriku harus setiap saat bilang “I LOVE YOU!” Bukan berarti harus selalu mendekapmu dan memujamu dalam berbagai hal. Bukan berarti terus membiarkanmu larut dalam keterpurukan, ketidakpastian, dan kesedihanmu. Lebih-lebih menjerumuskanmu berjalan di luar koridor-Nya."

Oleh : Andrea Ausie
(Pemred NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Dua puluh satu tahun kini usiamu, Nak! Titian perjalanan waktu yang telah engkau lewati yang bagaikan sekejap mata. Dari bayi mungilku yang terlahir prematur karena rahimku bermasalah, kini engkau beranjak menuju sosok gadis di ambang kedewasaan.

Mungkin diriku bukan sosok ibu yang sangat sempurna bagimu, Nak !
Kusadari begitu banyak kelemahanku yang mungkin membuatmu berpikir bahwa diriku tidak sehebat dan sesempurna para ibu sahabatmu.
Tapi ketahuilah Nak, diriku sudah berusaha mencintaimu dalam kadar paling sempurna yang kumiliki. Menyayangi dan mencintaimu tanpa batas dengan caraku sendiri.

Pahamilah Nak..
Banyak ungkapan dan makna yang terkandung dari sebuah CINTA.
Hanya 5 huruf dalam satu kata yang sering dirimu pertanyakan hakikatnya padaku.
Dengarkanlah duhai putriku.
Mencintaimu bukan berarti diriku harus setiap saat bilang “ I LOVE YOU !”
Bukan berarti harus selalu mendekapmu dan memujamu dalam berbagai hal. Bukan berarti terus membiarkanmu larut dalam keterpurukan, ketidakpastian, dan kesedihanmu. Lebih-lebih menjerumuskanmu berjalan di luar koridor-Nya.

Bukan itu Nak..
Cinta kasih orang tua senantiasa terurai sepanjang masa. Terkadang seorang anak belum bisa memahami secara utuh makna cinta dari orang tuanya.

Diriku pernah tertegun, Nak!
Melihatmu dan mendengar protes putus asamu, “Aku sudah berusaha keras mencoba yang terbaik dan sempurna, namun selalu dianggap gagal dan salah!

Mengertilah Nak…
Tidak ada kesempurnaan yang hakiki pada diri manusia karena kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt. Namun, tidak ada salahnya jika kita berusaha untuk bisa sempurna. Sempurna bukan dalam pengertian di depan manusia tetapi semata di hadapan-Nya.
Tidak perlu mengejar penilaian manusia karena hanya akan melelahkanmu tapi kejarlah penilaian-Nya untuk mengumpulkan pundi-pundi amalan terbaikmu untuk akhirat kelak.

Cobalah renungkan sebentar, Nak…
Terkadang Allah mendewasakan kita dengan berbagai ujian-Nya. Membentukmu menjadi sosok yang lebih tegar dengan terpaan kerikil-kerikil tajam yang menamparmu.
Mengambil hikmah dari peristiwa apa pun yang menimpamu. Mungkin Allah Swt. rindu senandung doamu serta menagih keikhlasan dan ketabahanmu.

Jangan membuatmu hanyut dalam kesedihan apalagi putus asa. Aku tahu ada jiwa yang rapuh, ada tangisan yang tersekat serta kemarahan dan pemberontakan yang ingin dirimu luapkan atas kekecewaan dan gundah gulanamu.
Membuatmu tumbang dalam sakit dan tangisan yang tertahan.
Menangis itu wajar, Nak.
Namun, menangislah di hadapan-Nya sebagai bukti bahwa kita makhluk lemah. Bukan mengumbar tangisan hanya untuk menarik simpati orang lain. Ingatlah, kesedihan bukan untuk ditangisi tapi harus dihadapi dan dilalui dengan kesabaran sebagai bukti bahwa dirimu mampu melaluinya.

Duhai putriku..
Mungkin saat ini dirimu merasa terasing di tempat itu. Berpisah dengan orang-orang yang mencintaimu sejak kecil untuk memulai kehidupan barumu.
Berhati-hatilah tinggal di kota itu, Nak!
Terkadang gemercik kota metropolitan bisa menggoyahkan iman di hati seseorang. Bergaullah dengan orang-orang yang hanif yang senantiasa menyerukan kebaikan dalam dakwah syariat Islam. Bukan justru terseret arus pergaulan mereka yang salah hanya demi popularitas. Jagalah izzah dan iffah-mu sebagai seorang muslimah. Bentengi dirimu dengan kuatnya akidahmu.

Ingatlah selalu ya Nak..
Hidup itu seperti roda yang berputar. Terkadang kita berada di atas dan bisa menjadi bagian terpenting dalam hidup seseorang, namun adakalanya berada di bawah seperti butiran debu yang tersisih. Di sinilah kita dituntut dalam menyikapi kehidupan ini, Nak!
Dan yakini, tidak ada manusia yang berbeda di hadapan-Nya, yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaan mereka kepada Allah Swt.

Tetap semangat ya, Nak !
Jaga izzah dan iffah- mu, tingkatkan terus istikamahmu. Satu hal yang dirimu harus tahu, aku sangat mencintaimu dan dirimu selalu berada dalam relung hatiku. Diriku bahagia memilikimu dan terima kasih atas semua prestasi dan apa pun yang dirimu tempuh dalam koridor-Nya. Selalu ada rindu dan cinta yang senantiasa mengalir dalam embusan doa untukmu,  Nak!

Barakallahu fii umrik, putriku tercinta.
Menjadi dewasa akan membawamu kedalam petualangan yang baru. Bersiap-siaplah dan terus melangkah dengan keyakinanmu. Berhati-hati ya, Nak ! Semakin banyak hal yang menyenangkan yang akan membuat hidupmu makin menakjubkan namun makin besar juga belaian dosa siap menjerumuskanmu. Berjalanlah pada Cahaya-Nya ya, Nak ![]


Photo : Pribadi



Lenyapkan Minuman Keras dengan Sistem Islam

“Kapitalisme memandang bahwa tolok ukur perbuatan manusia adalah untuk memperoleh sebanyak-banyaknya materi atau keuntungan. Mereka tidak lagi memperhatikan barang-barang tersebut halal atau haram.”

Oleh. Sri Retno Ningrum
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Satuan Samapta Kepolisian Resort Situbondo, Jawa Timur, menggelar razia minuman keras dalam operasi penyakit masyarakat menjelang bulan Ramadan 1444 hijriah. Petugas pun merazia warung-warung di Desa Kilensari, Kecamatan Panarukan, yang menjual berbagai macam minuman keras. Tak hanya warung- warung, petugas juga menggeledah rumah warga yang dilaporkan masyarakat menjual minuman keras. Hasilnya, polisi berhasil mengamankan puluhan botol minuman keras berbagai jenis di warung-warung dan rumah warga. Ada 20 botol minuman keras merek anggur merah, bir Singaraja, dan minuman keras jenis arak. (Antaranews.com, 26/2/2023)

Selain itu, Kepolisian Resort Kota (Polresta) Kendari berhasil menyita sebanyak 95 liter minuman keras saat patroli gabungan di wilayah Polresta setempat. Di tempat kejadian pertama (TKP), di Jalan La Ode Hadi, polisi menyita tiga jeriken yang berisi sekitar 80 liter, di TKP kedua menyita minuman keras jenis pongasi sebanyak 7 liter, dan TKP ketiga di puncak THR polisi menyita minuman keras jenis pongasi sebanyak 8 liter. Polisi juga menyita minuman keras tak berizin sebanyak 30 botol di Kecamatan Kadia, Kendari. (Antaranews.com, 19/2/2023)

Tindakan aparat kepolisian yang merazia minuman keras merupakan hal yang yang positif, dikarenakan minuman keras memiliki pengaruh buruk bagi pemakainya. Seseorang yang mengonsumsi minuman keras akan melakukan perbuatan yang amoral, seperti merusak fasilitas umum, mencuri, memerkosa, melakukan kekerasan fisik terhadap orang lain, bahkan membunuh. Dampak minuman keras juga tidak baik bagi tubuh manusia, seperti menyebabkan kerusakan otak dan hati.

Akan tetapi, sangat disayangkan tindakan yang dilakukan aparat kepolisian hanya merazia minuman keras saat menjelang bulan Ramadan. Polisi juga hanya merazia minuman keras di warung-warung, bukan tempat-tempat hiburan seperti restoran, hotel, dan bar. Seperti yang telah diketahui bahwa restoran, hotel, dan bar merupakan tempat yang diperbolehkan aktivitas jual beli minuman keras. Hal tersebut sesuai dengan peraturan undang-undang di bidang pariwisata. Juga tempat tertentu lainnya yang ditetapkan bupati/wali kota/gubernur untuk Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta boleh menjual minuman keras.

Tak bisa dimungkiri, tindakan aparat kepolisian ini terkesan setengah hati. Hal ini tidak lepas dari buah diterapkannya sistem kapitalisme. Kapitalisme memandang bahwa tolok ukur perbuatan manusia adalah untuk memperoleh sebanyak-banyaknya materi atau keuntungan. Mereka tidak lagi memperhatikan barang-barang tersebut halal atau haram. Sebaliknya, yang diinginkan penguasa adalah memperoleh keuntungan yang banyak dari usaha minuman keras.

Dalam pandangan Islam, minuman keras adalah barang haram. Allah Swt. berfirman dalam surah Al-Maidah ayat 90 yang artinya, "Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.”

Adapun hadis yang mengharamkan minuman keras adalah Rasulullah saw. bersabda, “Setiap yang memabukkan adalah khamar. Setiap yang memabukkan hukumnya haram, siapa saja yang meminum khamar di dunia. Lalu ia mati, sedangkan ia masih meminumnya dan belum bertobat, maka ia tidak meminumnya di akhirat (tidak akan masuk surga).” (HR. Muslim)

Tak hanya melarang mengonsumsi minuman keras, syariat Islam juga melarang 10 aktivitas yang berkaitan dengan khamar. Rasulullah saw. bersabda, "Khamar telah dilaknat zatnya, orang yang meminumnya, orang yang menuangkannya, orang yang menjualnya, orang yang membelinya, orang yang memerasnya, orang yang meminta untuk diperaskan, orang yang membawanya, orang yang meminta untuk dibelikan, dan orang yang memakan harganya." (HR. Tirmidzi dan Ahmad)

Sungguh khamar atau minuman keras haram untuk dikonsumsi. Sehingga, minuman keras harus segera dilenyapkan dari negara ini. Terlebih, di negeri yang mayoritas penduduknya muslim. Maka diperlukan sistem sahih yang mampu melenyapkan minuman keras dari negara ini. Sistem tersebut tidak lain adalah sistem Islam. Sistem Islam akan mengarahkan umat Islam untuk senantiasa melakukan perbuatan yang sesuai dengan hukum syariat, termasuk dalam mengonsumsi minuman. Adapun bagi nonmuslim yang mempercayai bahwa minuman itu boleh, maka negara akan mengawasi peredaran minuman keras agar tetap dikonsumsi di lingkungannya saja.

Oleh karena itu, marilah kita menerapkan tatanan hidup yang sesuai dengan Islam, yakni dengan menerapkan sistem Islam. Dengan sistem Islam pula akan mampu menyelamatkan moral generasi muslim dari keburukan akibat mengonsumsi minuman keras.

Wallahu’alam bish shawwab.[]

Tidak Ada Mayat Bisa Bersaksi

"Dulu, berkali aku bertanya pada Allah, mengapa ayah? Mengapa ayah meninggal dengan cara mengenaskan? Mengapa ayah wafat dan dunia memusuhinya?"

Oleh. Haifa Eimaan
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Syakban 1444 H. Langit gelap. Udara pengap. Tidak ada kesiur angin. Daun-daun kemboja terpaku. Kelopak-kelopak putihnya seolah terkulai tidak kuasa menebar semerbak. Aku terus melangkah mengikuti setapak samar.

Aku di sini. Di areal pemakaman bagi orang tak dikenal. Sejauh mata memandang hanya ada rerumputan dan tanaman semak yang berlomba menyembunyikan jirat kubur. Tidak ada juru kunci yang merangkap pembersih makam. Kuburan ayah berada di blok X. Letaknya di sayap kiri makam, jauh di belakang, dan menempel pada tembok pagar. Tidak ada batu nisan. Hanya sepotong papan lapuk sebagai penanda dengan coretan nama, tanggal lahir, dan tanggal kematian yang ditulis sekadarnya. Hari ini kudapati rayap memakan sebagian papan nisan dan tulisan yang mulai luntur sebagian.

Secuplik tanah ini menyimpan cerita kelam. Ayah wafat di medio Desember satu dekade lalu. Begitu jasad ayah selesai diautopsi oleh tim DVI Polda Jatim, bunda bermaksud menguburkan ayah di kompleks pemakaman dekat perumahan kami, tetapi warga menolak. Jasad ayah juga ditolak di tanah kelahirannya. Pun di tempat kelahiran bunda. Menurut mereka, perbuatan ayah terlalu terkutuk dan tidak bisa dimaafkan. Ya, tidak ada yang mau menerima jasad ayah sampai akhirnya aparat berwenang memberikan secuplik tanah ini.

Ayah tewas bersama bom yang meledak di depan sebuah pusat perbelanjaan yang menyelenggarakan pertunjukan musik. Mereka katakan ayah pelakunya. Aku ingin menyangkal, tapi tidak bisa. Rekaman CCTV dan video amatir bercerita banyak pada dunia. Tanpa samar menayangkan sebuah motor boks lengkap dengan pelat nomornya. Bergerak lambat berusaha memecah kerumunan manusia yang tumpah di jalan raya. Motor boks itu tiba-tiba terburai dengan suara dentuman keras. Kepanikan kala itu demikian mencekam. Lima orang tewas termasuk ayah dan puluhan korban luka dibawa ke rumah sakit terdekat.

Pada hari itu, seluruh media dan masyarakat mengutuk perbuatan ayah. Aku pun mengutuk peristiwa itu. Dengan alasan apa pun, tindakan pelaku pengeboman tidak dapat dibenarkan baik dalam hukum positif maupun Islam. Bom bunuh diri adalah perbuatan naif dari orang-orang yang salah memahami syariat Islam.

Akan tetapi ayah tidak naif. Ayah sangat cerdas dalam beragama. Ditanamkannya akidah pada aku dan Kavi dengan jalan berpikir, bukan doktrin. Aku ingat pesannya. Keimanan itu harus didapat dengan proses berpikir, meski terlahir Islam. Allażiina yażkurụnallaaha qiyaamaw wa qu'ụdaw wa 'alaa junụbihim wa yatafakkarụna fii khalqis-samaawaati wal arḍhi, rabbanaa maa khalaqta haazaa baaṭilaa subḥaanaka fa qinaa 'azaabannaar. Ayah berharap aku dan Kavi menjadi orang-orang yang selalu mengingat Allah dalam semua kondisi baik berdiri, duduk, maupun berbaring karena tidaklah Allah Swt. menciptakan makhluk dengan sia-sia.

Kata ayah, hanya dengan cara itu seorang muslim menyadari keberadaan Zat yang menciptakan. Saat Allah menciptakan sesuatu, saat itu juga Dia buatkan aturan yang mampu menyelesaikan seluruh persoalan manusia. Jika kelak didapati perbuatan yang disandarkan pada Islam, tetapi akal dan nurani menolak, maka dipastikan itu hasil modifikasi syariat dari orang tak bertanggung jawab. Apalagi jika tidak ditemukan sumber hukumnya dalam Al-Qur’an dan hadis, kami diminta untuk meninggalkannya. Jadi, sungguh tidak rasional jika ayah bermimpi mendapat free pass ke surga dengan melakukan perbuatan biadab itu.

Tidak ada mayat bisa bersaksi.
Mataku nanar menyaksikan breaking news seluruh saluran televisi. Sementara hatiku tercabik-cabik tanpa rupa. Aku tidak terima. Kepalaku menggelegak. Hatiku remuk perih.

Aku ingin mengelak atas kenyataan itu, tetapi tidak bisa. Seluruh fakta yang sangat terang-benderang itu menyudutkan ayah. Aparat menunjukkan KTP dan SIM C yang ditemukan di lokasi kejadian. Kedua kartu identitas itu sama sekali tidak ada bekas terbakar. Keduanya seperti baru keluar dari dompet. Padahal tubuh ayah hancur. Ini janggal, tetapi narasi biadab menutupi fakta keanehan ini. Ya Allah, kelak aku menuntut keadilan atas kematian ayah!

Foto ayah di sudut kanan bawah terpampang jelas. Pun dengan namanya, Salam Bahtiar. Nama yang membawa pesan perdamaian, persis namaku, Silmy. Dua belas tahun bersama ayah, tak pernah kudapati ayah berkonflik dengan siapa pun. Ayah cenderung pekewuh, seringnya mengalah. Sangat tidak mungkin ayah melakukan semuanya. Sungguh!

Malam sebelum kejadian, ayah dan bunda berjibaku menyelesaikan pesanan nasi kuning dan kue sebanyak 200 kemasan dari sebuah rumah peribadatan. Katanya itu konsumsi geladi resik untuk para pengisi acara puncak hari raya mereka. Kebetulan pengurusnya adalah tetangga baik kami. Pak Wiyoko namanya. Dia sudah sering memesan kue dan nasi.

Begitulah. Hari-hari kebersamaan keluarga kami habis di dapur untuk memenuhi pesanan pelanggan. Waktu kebersamaan ayah bunda habis di pasar untuk berjualan kue-kue dan nasi bungkusan. Usai berjualan, ayah mengantar bunda berbelanja, dan tiba di rumah tengah hari. Sore, ayah mengajar iqra’ di musala RT. Malam hari ayah berbaur akrab dengan warga kompleks. Lingkaran kehidupan ayah sebatas rumah, musala, dan pasar.

Sampai hari ini aku tetap yakin ayah sengaja ditumbalkan demi eksistensi islamofobia. Aku percaya, sebuah fakta bisa dibuat, bisa direkayasa agar sebuah opini mudah diaruskan. Ayah sama sekali tidak punya motif dan alibi. Ayah difitnah!

Tidak ada mayat bisa bersaksi.
Dulu, berkali aku bertanya pada Allah, mengapa ayah? Mengapa ayah meninggal dengan cara mengenaskan? Mengapa ayah wafat dan dunia memusuhinya?

Butuh lima tahun sampai aku bisa rida bahwa Allah memanggil ayah dengan cara seperti itu. Kullu nafsin dzaaiqatul maut. Setiap yang bernyawa akan mati. Bunda bilang, ayat itu dulu yang harus aku yakini, berikutnya tentang bagaimana Allah memanggil para hamba-Nya, itu menjadi rahasia Allah saja.

Ya, pada akhirnya, salah satu yang aku pelajari dari hidup adalah bagaimana menerima kenyataan tanpa menyalahkan takdir. Menerimanya sebagai sebaik-baik ketentuan dari Allah, tanpa tanya mengapa?

**

Rupanya langit tidak tahan menyimpan hujan. Gerimis tipis melayang turun sebelum menyentuh bumi. Bulir-bulirnya terasa halus menyentuh kulit. Kutatap langit semakin lindap. Kelopak mataku refleks terpejam menghindari terpa air. Rumput-rumput telah bersih dan berganti bunga kubur, doa terbaik pun baru selesai kupanjatkan, tetapi aku masih ingin berlama-lama di sini. Tidak tiap saat aku bisa mengunjungi makam ayah.

Ah, andai mereka tahu, setiap Syakban, haru dan sedih seolah bertambah berlipat-lipat. Ramadan terasa berat dijalani. Ingatan tentang ayah yang membangunkan kami untuk sahur itu masih basah. Apalagi saat ayah membawaku dan Kavi ke toko pakaian jelang lebaran. Walaupun dari rumah ayah sudah mewanti-wanti harga baju yang dibeli tidak boleh melampaui seratus ribu, kami sudah semringah luar biasa karena sepulang dari toko, ayah membelikan kami es krim setepak besar untuk berbuka puasa. Aku masih menyimpan salah satu wadahnya untuk menaruh bekal nasi ke kampus.

Ternyata sudah sepuluh tahun berlalu. Siang itu, aku dan Kavi baru pulang sekolah. Kami mendengar celetukan-celetukan tetangga sepanjang gang tentang ayah yang teroris. Teman-teman main kami mengiringi dari belakang sembari mengejek anak teroris. Dadaku berdebar kencang. Aku dan Kavi spontan berlari. Sekira tiga meter dari rumah, kulihat sebuah garis polisi berwarna kuning dipasang mengitari tempat tinggal kami. Aparat berseragam hitam-hitam, berompi antipeluru seperti di film-film, dan bersenjata lengkap berdiri berjaga. Kepalanya tertutup helm, bahkan seluruh mukanya tidak tampak sama sekali. Hanya mata berkilat-kilat liar.

Tidak ada satu orang pun yang boleh mendekat. Kavi menangis memeluk tasnya. Seragam putih merahnya bersimbah air mata. Sebagian tetangga yang berkerumun, tidak ada orang yang memedulikan. Hatiku mencelos memandangnya. Kami berpelukan entah berapa lama. Ya, Allah, apa yang terjadi?

Setelah Kavi tenang, aku menyeruak kerumunan mencari bunda. Tampak Bu Ahmad –istri takmir masjid— sedang memeluk tubuh terkulai. Bunda pingsan. Aku sekilas menciumnya. Menitipkan bunda dan Kavi pada Bu Ahmad lalu menyelinap masuk rumah.

Aku harus menyelamatkan beberapa benda. Petugas yang berjaga tidak tahu jika ada pintu penghubung antara halaman belakang rumahku dengan rumah Bu Ahmad. Aku mengendap-endap. Sesekali bersembunyi di belakang lemari atau daun pintu. Di dalam rumah, aparat yang berpakaian hitam-hitam serba tertutup mengacak-acak isi rumah. Kilat matanya penuh amarah. Suaranya menggelegar minta ditunjukkan tempat-tempat penyimpanan bubuk mesiu pada Pak Ahmad. Lelaki paruh baya itu menggeleng.

“Hei, Anak Kecil! Keluar dari persembunyianmu!” Sergah lelaki yang tingginya paling menjulang padaku.

(Ya, Allah. Aku ketahuan!)

“Kebetulan. Coba tunjukkan tempat penyimpanan bubuk TNT yang dipakai ayahmu!”

“Tidak ada! Ayahku bukan teroris!” Teriakku tidak kalah keras.

“Jangan bohong!”
Dia menyorongkan ujung senapannya ke dada, “Cepat, tunjukkan!”

Karena dia memaksa, kutunjukkan lemari penyimpanan bahan kue. Dengan serabutan ia menghamburkan kantong bubuk cokelat, tepung beras, baking powder, dan meses dari dalam lemari penyimpanan. Sekejap lantai porak-parik.

“Puas sekarang?”
Kuseret sekarung terigu cap bintang lima dengan susah payah. Kugeletakkan di hadapannya, “Puas? Puas sudah membunuh ayahku? Menghancurkan masa depan kami?”

Dia muntab. Dipukulnya wajah dan kepalaku dengan gagang senjata laras panjangnya. Aku terempas dengan kepala membentur tembok. Pelipis dan bibir berdarah. Kerudung berubah warna. Aku mengelapnya dengan ujung lengan seragam putih biru. Dalam situasi seperti itu, Pak Ahmad menghampiri menjadi tameng. Dia bersaksi bahwa almarhum ayah adalah orang baik. Akan tetapi, apalah arti kesaksian seorang Pak Ahmad. Laki-laki bijaksana itu pun mendapat perlakuan sepertiku. Di kemudian hari, dia disangkutpautkan dengan “jaringan” ayah. Astagfirullah.

Dari arah kamar, tampak seorang aparat membanting buku-buku pelajaran kelas 4 dan 7. Seorang lainnya membawa beberapa buku bersampul kaligrafi keemasan. Aku telat.

“Itu Al-Qur’an! Al-Qur’an! Kembalikan!” pekikku di antara perih. Kupegang bagian kepala yang terluka.

Dengan langkah panjang-panjang mereka berlima meninggalkan ruang tamu. Penggeledahan itu berakhir setelah mereka membawa sebuah panci presto, ponsel milik bunda, empat Al-Qur’an, dan kitab-kitabku di madrasah diniyah: Matan Al Jurumiyah, Sullamut Taufiq, Safinatun Najah, Hadis Arbain Nawawi, dan Aqidatul Awwam. Mereka juga membawa speaker murottal Kavi.

“Tolong kembalikan! Saya belum hafal seluruh isinya!” seruku serak. Mereka mengabaikan permintaanku.

“Mainan adik saya, mainan adik saya! Tolong kembalikan! Saya mohon,” kejarku sepenuh pinta.

Air mataku tumpah ruah. Usahaku sia-sia. Dengan jemawa mereka naik ke atas Land Cruiser hitam. Tanpa perlu menoleh pada anak kecil yang berlari mengharap Al-Qur’annya kembali, mereka melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Meninggalkan debu yang beterbangan dan luka hati yang menganga.

Kehilanganku semakin sempurna.
Ya, Allah.
Aku ingat, siang itu langit sesuram hari ini. Matahari tersaput awan serupa jelaga. Jelang senja, langit menghabiskan persediaan airnya hingga keesokan hari. Beberapa wilayah dihantam banjir, tetapi berita itu kalah panas dengan kabar serangan teroris dan geliat jaringannya. Media menggorengnya sampai pergantian tahun.

**

Aku beranjak dari pusara ayah. Menjauh dari deretan nisan yang membisu. Mengayun langkah mengikuti setapak samar. Diiringi hujan luruh bersama rintik rinduku pada ayah.[]

Menyambangi Sahabat NP, Meyakinkan Diri untuk Pede

"Ingat beberapa kata-kata para sahabat dan para salafus saleh di antaranya dari Sayyidina Ali r.a., “Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakanmu di akhirat kelak”.(Challenge True Story )

Oleh. Heni Ummufaiz
(Kontributor NarasiPost.Com dan Ibu Pemerhati Umat)

NarasiPost.Com-Menulis merupakan salah satu aktivitas penghantar ke surga. Aktivitas ini merupakan bagian dari dakwah yang oleh sebagian orang dianggap hal biasa. Padahal, sesungguhnya dari menulis kita akan mendapat limpahan pahala yang berlipat ganda. Bahkan saat nyawa terlepas dari raga, jejak digital itu akan terus mengalirkan pahala jariah yang tak pernah disangka-sangka. Oleh karena itu, sudah seharusnya bagi kita yang menggeluti dunia tulis-menulis, meresapi hal tersebut, dan menjadi penyemangat saat kondisi enggan menorehkan rangkaian aksara.

Ingat beberapa kata-kata para sahabat dan para salafus saleh di antaranya dari Sayyidina Ali r.a., “Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakanmu di akhirat kelak”. Bahkan, menurut Imam Al-Ghazali, "Kalau kamu bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis."

Hal itu pula yang menjadi acuan untuk terus melecut diri agar bersemangat dalam menekuni dunia literasi. Bermula dari hobi mencurahkan isi hati dalam diari, lambat laun mencoba membuat berbagai genre tulisan. Puisi, story telling, cerpen, hingga opini terus ditekuni. Pada akhirnya diri ini mulai menyukai sekalipun masih newbie di dunia literasi.

Menulis laksana obat saat hati gundah gulana, kecewa, marah, bahkan geram terhadap kebijakan penguasa. Dituangkan dalam bentuk tulisan opini dengan berupaya memberi solusi islami. Tentu tulisan itu tak hanya bersemayam di colournote atau WPS, tetapi ingin disebarkan di berbagai media. Bukan mencari ketenaran, apalagi mengharapkan banyak pujian, tetapi karena dorongan dakwah di media. Mulailah diri ini mengenal berbagai media yang mewadahi tulisan para penulis, termasuk diri ini yang masih newbie.

Memegang amanah menulis opini mengharuskan diri banyak belajar literasi terkait EYD, kosakata, dan yang lainnya. Ada rasa senang, sedih, dan kecewa yang kadang kualami saat menjalani tugas sebagai seorang penulis opini. Namun, tak membuat diri putus asa apalagi berhenti dari dunia literasi. Bersemangat dan selalu mengingat pesan kedua orang tua yang sudah tiada, agar selalu memberikan manfaat kepada umat sekalipun amal saleh kita tidak diingat.

NP adalah media yang banyak memberi inspirasi bagi diri ini. Walaupun belum bisa optimal memberikan rangkaian aksara di media yang jangkauannya seluruh dunia ini. Hanya beberapa kali mengirimkan tulisan, sisanya fokus menjadi penulis tetap di sebuah media khusus muslimah di Jakarta.

Sekalipun begitu, jika ada ujian EYD, selalu meluangkan waktu dan ber-chat ria secara pribadi dengan para senior yang luar biasa di NP. Mereka orang-orang baik dan hebat menurutku. Tak pernah bertemu muka, tetapi justru kebaikan mereka luar biasa. Bahasa yang renyah, curhatan di grup yang selalu memberikan inspirasi membuat diri ini termotivasi.

Bukan hanya itu, pemrednya yang tangguh dan begitu bersemangat memberikan pelayanan bagi umat, membuat diri ini sering terharu atas jasa-jasanya. Jujur, diri ini jarang nimbrung di grup karena malu belum bisa memberi tulisan di media NP secara optimal. Namun, berupaya menguatkan agar suatu saat bisa memberi yang terbaik buat umat melalui berbagai tulisan.

Ada salah satu momen yang tak bisa dilupakan terhadap kepedulian NP. Ya, saat diri terkena imbas gempa tahun 2022 lalu. Tak menyangka Sahabat KONApost begitu perhatian memberikan bantuan. Padahal, saat mengunggah tidak bermaksud meminta belas kasihan, hanya pemberitahuan semata. Namun, itulah ikatan persaudaraan satu akidah ternyata telah menggerakkan tangan-tangan indah untuk berbagi. Hingga saat ini peristiwa itu tetap terkenang dan terus mendoakan agar siapa pun yang berbagi saat itu Allah Swt. memberi berjuta balasan kebaikan.

Terima kasih NP yang sudah banyak menyentil diri untuk meluruskan niat menulis, memotivasi saat jiwa futur, memberi oase ilmu di tengah kegersangan hati, menabur pahala melalui rangkaian aksara yang penuh makna dari para Sobat KONApost. Doakan diri ini agar mampu mengatur waktu agar tetap bisa berkontribusi di tengah berbagai keterbatasan. Meyakinkan diri untuk percaya diri sekalipun masih newbie dunia literasi.

Wallahu a’lam bish shawwab.[]