Suara yang Selalu Dirindukan

"Keharmonisan kehidupan bermasyarakat yang beragam justru hanya akan tercipta jika syariat Islam dijelaskan secara benar dan terperinci, diterapkan secara utuh dan menyeluruh. Jangan dibikin gaduh oleh suara pejabat yang mengajak masyarakatnya membayangkan suara azan dengan metafora yang menjijikkan karena dipahami sebagai bentuk penistaan agama. Azan harusnya dibayangkan sebagai suara Bilal yang selalu dirindukan."


Oleh: Maman El Hakiem

NarasiPost.Com-Suatu hari Bilal beranjak menemui Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq hendak menyampaikan isi hatinya. Bilal mengungkapkan, "Wahai Khalifah Rasulullah, aku mendengar Rasululullah saw. mengatakan bahwa amaliah mukmin itu yang paling utama adalah jihad fi sabilillah.”

Khalifah Abu Bakar terheran, lalu menanyakan, "Lantas apa yang kau inginkan, wahai Bilal?”

Bilal menjawabnya, "Biarkan aku pergi berjuang di jalan Allah sampai akhir hayatku.”

Tentu, Abu Bakar mulai cemas jika Bilal akan meninggalkan dirinya, “Nanti siapa lagi yang akan mengumandangkan azan untuk kami?”

Dengan dua mata yang berlinang air mata, Bilal menjawab, “Sungguh aku tidak akan lagi mengumandangkan azan untuk siapa pun sesudah wafatnya Rasulullah.”

Abu Bakar dengan nada merajuk mengatakan, "Wahai Bilal, tetaplah di sini dan kumandangkanlah azan untuk kami!”

Namun, Bilal tetap pada keinginannya, “Seandainya dahulu engkau memerdekakanku adalah demi kepentinganmu, aku terima kehendakmu itu. Tetapi, bila engkau memerdekakan aku karena Allah, biarkanlah diriku ini untuk Allah, sebagaimana maksud baikmu itu.”

Dengan terharu, Abu Bakar mengatakan bahwa Bilal dimerdekakan semata-mata karena Allah Swt.

Percakapan tersebut dikutip dari buku “Biografi 60 Sahabat Rasulullah saw.” karya Khalid Muhammad Khalid, gambaran betapa Khalifah Abu Bakar sangat merindukan suara azan dari sahabat Bilal bin Rabah. Seorang mantan budak yang dibebaskannya dari Umayah bin Khalaf, salah seorang sesepuh Bani Jumah, kabilah yang berpengaruh di Habsyah. Bilal ditebus Abu Bakar dengan harga tinggi, namun tidak akan pernah senilai dengan keteguhan imannya saat dibebaskan dari tuannya.

Perawakan Bilal tampak kurus dan berkulit hitam legam, namun mutiara iman yang bersinar dari hatinya menjadikan cahaya yang menerangi kehidupan para sahabat Rasulullah, terlebih kemerduan suaranya. Saat Bilal mengumandangkan azan, siapa pun yang mendengarnya akan berhenti dari berkata-kata. Sangat menggetarkan hati, menyeruak ke relung jiwa untuk selalu mengagungkan nama Allah Swt., panggilan-Nya untuk segera menunaikan kewajiban salat untuk hamba-hamba yang telah beriman.

Kemerduan suara Bilal bukan karena latihan vokal ataupun hasil olah suara, melainkan karena keluar dari kekuatan iman yang telah teruji. Ditempa dari segala kesulitan hidup yang membuatnya tegar karena sebagai budak tak ubahnya barang yang diperjualbelikan oleh tuannya. Namun, pilihan hatinya untuk tetap mengimani Allah Swt. dan kerasulan Muhammad saw. menggetarkan para pemuja berhala Quraisy yang dengan segala cara menyiksa Bilal. Mereka tak mampu melumpuhkan keimanan Bilal sekalipun dipanggang di atas batuan padang pasir yang panas.

Romantisme Azan dan Kebisingan

Azan sebagai panggilan suci telah membuat Bilal tidak bisa dipisahkan dari kehidupan Rasulullah saw. Bilal sangat bersedih saat mendengar wafatnya Rasulullah saw., seperti kehilangan separuh jiwanya karena tidak bisa lagi menyaksikan Rasul saw. menyahut suara azannya. Sungguh romantisme kemerduan suara azan Bilal amat berkesan di hati para Sahabat Rasulullah saw. Dalam perjalanan hidupnya, Bilal menghabiskan masa tuanya di Syam. Azan terakhir yang dikumandangkan Bilal adalah saat Amirul Mukminin Umar bin Khattab berkunjung ke Syam. Saat Bilal mengumandangkan azan, para Sahabat yang pernah melihat Rasulullah ketika Bilal menjadi muazinnya turut menangis, mencucurkan air mata. Dan Umar adalah orang yang paling keras tangisannya karena memori bersama Rasulullah membuncah saat mendengar suara azan Bilal.

Sungguh teramat aneh jika di masa kini ada seorang muslim, terlebih sekelas pejabat negara yang malah terusik dengan suara azan. Bahkan menganalogikan suara azan dengan suara lolongan anjing. Sekalipun tidak bermaksud menistakan agama dan konteksnya mengenai pengaturan suara di masjid atau musala agar tidak bising. Namun, patut disesalkan karena pemilihan diksi atau metafora yang tidak pantas dan membuat kegaduhan di masyarakat.

Sebagaimana ramai diberitakan, Menteri Agama RI membuat kegaduhan yang dibahasamediakan seakan membandingkan suara azan dengan lolongan anjing. Tentu, bahasa media tersebut membuat kementerian Agama gerah dan langsung memberikan sanggahan terhadap media bersangkutan dengan beberapa poin klarifikasi, diantaranya: Pertama, yang dimaksud ucapan menteri tersebut adalah penjelasan tentang kondisi kebisingan, bukan membandingkan satu dengan lainnya, dan hal itu disebut dengan awalan kata "bayangkan." Dijelaskan bahwa dalam bayangan seorang menteri terdapat beberapa hal yang dianggap kebisingan, semisal di daerah yang mayoritas muslim, hampir setiap 100-200 meter terdapat musala-masjid. Kemudian, dalam waktu bersamaan mereka semua menyalakan Toa-nya di atas atap, kayak apa bisingnya? Menurutnya, ini bukan lagi syiar tapi menjadi gangguan buat sekitarnya.

Kedua, bayangkan lagi, ujar seorang menteri, bagi seorang muslim yang hidup di lingkungan nonmuslim, lalu rumah ibadah saudara-saudara yang nonmuslim membunyikan Toa sehari lima kali dengan kencang secara bersamaan. Itu rasanya bagaimana?

Ketiga, membayangkan kembali, kalau kita hidup dalam satu kompleks, misalnya kiri, kanan, depan dan belakang pelihara anjing semua, Misalnya, menggonggong dalam waktu yang bersamaan. Kita ini terganggu nggak? (detik.com, 25/2/2022).

Jika mencermati beberapa sanggahan tersebut, tentu menjadi haknya untuk menyampaikan klarifikasi.Namun, kebiasaan yang tidak wajar diucapkan seorang pejabat yang harusnya memiliki kepekaan terhadap nilai-nilai syariat Islam di negeri mayoritas muslim ini. Membayangkan sesuatu dengan mengambil pilihan metaforis yang dari sudut pandang masyarakat dianggap keliru, akan memancing kegaduhan dan disharmoni kehidupan beragama itu sendiri. Keharmonisan kehidupan bermasyarakat yang beragam justru hanya akan tercipta jika syariat Islam dijelaskan secara benar dan terperinci, diterapkan secara utuh dan menyeluruh. Jangan dibikin gaduh oleh suara pejabat yang mengajak masyarakatnya membayangkan suara azan dengan metafora yang menjijikkan karena dipahami sebagai bentuk penistaan agama. Azan harusnya dibayangkan sebagai suara Bilal yang selalu dirindukan.

Wallahu’alam bish Shawwab.[]


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirm tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Adang Virus Valentine's Day

"Nak, jangan biarkan teman-temanmu terlena. Valentine day bagaikan virus yang bisa menyerang siapa saja. Adang virus Valentine day. Kuatkan imanmu, ajak teman-temanmu kembali ke jalan takwa. Semoga Allah membimbingmu agar selalu berada dalam lindungan-Nya."


Oleh. Lilik Yani

NarasiPost.Com-Nak, lima belas tahun kau diizinkan Allah menikmati indahnya alam ini. Apa saja yang kau inginkan, Allah berikan. Allah begitu sayang padamu. Bersyukurlah agar karunia Allah ditambah.

Nak, betapa bersyukurnya kita diberikan nikmat iman, Islam, juga nikmat sehat. Hingga kita bisa menjalankan ibadah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Cukuplah Islam sebagai pedoman hidup agar perjalanan kita tak salah arah.

Ketika hatimu sudah terpaut dengan ajaran Islam, masihkah engkau selingkuh dengan mengambil aturan Barat yang bertentangan dengan Islam. Seperti tradisi Valentine day yang sangat digaungkan oleh remaja masa kini. Remaja yang tak gaul dan menolak Valentine day dianggap remaja kolot, kuno, kuper, bahkan dianggap tak mengikuti perkembangan zaman.

Kemudian hatimu terpaut, ikut bujuk rayu teman-temanmu yang kau anggap benar. Padahal Valentine day bukan ajaran Islam. Justru sangat bertolak belakang dengan aturan Allah. Islam sangat melarang terjadinya ikhtilat atau campur baur antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan di acara Valentine day, akan berkumpul pasangan muda mudi dengan pakaian yang minimalis.

Pergaulan bebas yang melanggar aturan Islam sengaja ditonjolkan untuk menarik perhatian. Ada hadiah-hadiah yang disiapkan dengan aksesoris dominan warna pink dan tanda cinta bentuk hati. Acara dikemas menawan agar remaja-remaja muslim pun akan teperdaya untuk ikut terlibat.

Sungguh, acara yang sangat merusak itu harus dijauhkan dari remaja muslimah yang harus istikamah di jalan kebenaran. Tugas yang sudah paham, untuk menjelaskan. Tugas guru, ustazah, tokoh masyarakat, pemimpin umat untuk meluruskan, menasihati, mengarahkan agar tidak ikut alur.

Bahkan harus mencegah jangan sampai acara Valentine day diadakan. Karena akan merusak generasi umat. Sebagai pemimpin yang bertanggung jawab untuk meriayah umat harus berani menghalangi agenda jahat itu.

Umat harus diselamatkan. Para muslimah muda calon pemimpin umat harus diamankan. Jangan sampai tertulari virus Valentine day yang penularannya sangat cepat dan masif itu. Tentu tak akan tega jika melihat generasi umat jadi loyo karena tertular virus Valentine day.

Nak, tentukan sikap terbaikmu. Katakan No pada Valentine day. Karena bukan ajaran Islam jadi harus dibasmi sampai ke akar-akarnya. Valentine day ajaran terlarang maka harus berani lakukan penolakan.

Bagaimana, apakah bisa dipahami? Semoga virus Valentine day tak berani menyerang muslim. Muslimah harus menghindari penyebaran virus agar tak melenakan para muslimah yang baru hijrah, baru berbenah, maupun yang sudah lama.

Nak, tugas yang sudah paham untuk mengingatkan. Bagi yang diingatkan hendaklah menurut. Bagi yang belum paham jangan dipaksakan. Terus belajar dan menambah tsaqafah Islam. Yang tersisa hanyalah keberkahan dan cinta suci.

Cinta kepada siapa? Cinta kepada Allah Pemilik seluruh alam semesta. Cinta kepada Allah Pemilik dan Pengatur seluruh jagat raya. Cinta kepada Allah semata, tanpa diduakan dengan apa pun juga.

Saatnya kembali ke jalan Allah dengan menerapkan seluruh aturan terbaik milik Allah. Siap ya, Nak. Jalankan peranmu sebagai hamba Allah yang peduli sesama.

Mereka teman-temanmu yang terlena. Sentuhlah dengan cinta yang dilandasi keimanan dan takwa. Ajak kembali ke jalan Allah yang benar dan membawa keselamatan.

Sulit? Iya. Tapi lakukan saja sebagai bukti cintamu padanya. Ditolak? Bisa saja. Rasulullah pun tak sekali dakwah langsung diterima. Bertahun-tahun jalankan dakwah, menyampaikan ajaran Islam hingga satu per satu sahabat masuk dan menjadi pendukung setia.

Nak, jangan biarkan teman-temanmu terlena. Valentine day bagaikan virus yang bisa menyerang siapa saja. Adang virus Valentine day. Kuatkan imanmu, ajak teman-temanmu kembali ke jalan takwa. Semoga Allah membimbingmu agar selalu berada dalam lindungan-Nya.

Wallahu a'lam bish shawwab[]


Photo : Unsplash
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirm tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Melesatnya Kepopuleran Bitcoin di Tengah Fatwa Haram MUI

Kemunculan kripto termasuk Bitcoin bukanlah suatu kebetulan semata, ada motif ideologi yang tajam terendus dari transaksi kontemporer ini. Melihat sepak terjang para pendiri cryptocurrency adalah para penganut ideologi kapitalis murni.


Oleh. Nurjamilah, S.Pd.I.
(Tim Redaksi NarasiPost. Com)

NarasiPost.Com-Perkembangan teknologi berpadu dengan kemajuan ekonomi meniscayakan munculnya gebrakan baru dalam transaksi jual beli. Berawal dari penggunaan emas dan perak, kemudian uang kertas, dan kini menjadi uang elektronik. Melimpahnya kekayaan para kapitalis dan ambisi mereka yang tak bertepi menginisiasi munculnya mata uang digital yang dinamakan cryptocurrrency, yang nihil regulasi oleh pemerintah mana pun dan tidak digolongkan sebagai mata uang resmi. Bitcoin menjadi salah satu produknya yang melesat bak primadona.

Kepala Bappebti Indrasari Wisnu Wardhana dalam program d’Mentor detikcom, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan menegaskan rencana bursa kripto di tanah air tetap berjalan dan akan diluncurkan akhir tahun ini alias bulan depan. Meskipun, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram untuk kripto (detikFinance.com, 18/11/2021).

Lantas, seperti apa mekanisme transaksi kripto termasuk di dalamnya Bitcoin? Ada motif apa di balik peluncuran kripto? Bagaimana pandangan Islam terhadap transaksi kontemporer ini?

Serba-serbi Kripto

Cryptocurrency atau kripto adalah mata uang digital yang berbasis cryptography (kode rahasia). Transaksi mata uang kripto dilakukan tanpa perantara, maksudnya pembayaran digital langsung dari pengirim kepada penerima. Uang kripto terdiri dari beberapa jenis yakni Bitcoin, Etherium, Tether, XRP, sampai Dogecoin. Semua jenis kripto itu memiliki karakteristiknya masing-masing. Namun, mata uang kripto sampai saat ini belum masuk regulasi bank mana pun, termasuk Bank Indonesia.

Seiring dengan pesatnya perekonomian modern yang bernapaskan kapitalis, uang tak lagi hanya memiliki satu fungsi. Namun, berkembang menjadi beberapa fungsi lain yakni sebagai penghitung nilai (unit of accounts), standar pembayaran tundaan (standard of deferred payments), alat penimbun kekayaan (store of value), bahkan sebagai komoditas. Oleh karena itu, kemunculan kripto merupakan respons dari perkembangan ini.

Cryptocurrency pertama kali dirintis oleh seorang cryptographer dari AS David Chain pada 1983 yang memakai uang digital cryptography (e-cash). Kemudian dikembangkan lagi pada 1995 menjadi digicash. Teknologi ini memungkinkan mata uang digital tak terlacak oleh penerbit, pemerintah, atau pihak mana pun.

Salah satu jenis kripto yang paling populer adalah Bitcoin. Mata uang digital ini muncul pertama kali pada tahun 2009, diinisiasi oleh Satoshi Nakamoto (nama samaran, sosoknya masih misteri). Metode pembayarannya menggunakan teknologi peer-to-peer (tidak ada pihak ketiga yang terlibat, sehingga tidak ada penjamin) dan open source (tidak memiliki penerbit, baik itu bank atau pemerintah). Setiap transaksinya akan disimpan dalam database jaringan Bitcoin.

Pro kontra terkait penggunaan Bitcoin tak terelakkan, baik itu di Indonesia maupun negara lain. Faktanya, Bitcoin memang belum memenuhi unsur dan kriteria sebagai mata uang. Sehingga mata uang ini tidak dikeluarkan oleh negara mana pun, tapi melalui sistem cryptography jaringan komputer. Oleh karena itu, Bitcoin tak berwujud emas, perak, koin, dan kertas.

Inilah yang menjadi kelemahan Bitcoin, peredarannya sebagai mata uang tak dilindungi payung hukum. Bahkan, tak ada satu pun lembaga yang bertanggung jawab jika terjadi penyalahgunaan Bitcoin seperti money laundry, pencurian, dan tindak pidana lainnya. Ini sangat berbahaya dan berpotensi merugikan pengguna Bitcoin.

Namun, ada kelebihan yang membuat masyarakat tergiur untuk menggunakan Bitcoin yakni daya jangkaunya bersifat internasional (lintas negara), tak terpengaruh kondisi politik di pemerintahan, tak terimbas inflasi, dan model canggih tabungan masyarakat yang terbilang praktis dan jauh dari segala kerepotan karena peran bank sebagai perantara benar-benar dienyahkan.

Naskah selengkapnya: https://narasipost.com/2021/11/25/melesatnya-kepopuleran-bitcoin-di-tengah-fatwa-haram-mui/


Photo: Google
Video: Koleksi Channel Youtube NarasiPostMedia

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

BPJS: Jerat Kapitalis Menyengsarakan Rakyat

Rakyat yang seharusnya mendapat kesejahteraan dan kenyamanan, dalam sistem kapitalisme sekuler malah menjadi sapi perahan. Pejabatnya saja yang sejahtera dan memperkaya diri, sementara rakyat terus menderita. Maka, berharap negeri ini bebas dari pemalakan atau terlepas dari kebijakan zalim hanya utopis belaka, selama sistem yang diterapkan tetap sama, meski pemimpinnya berbeda. Karena tujuan pelayanan kesehatan sekarang ini adalah mengejar profit dunia yang meminggirkan faktor “kemanusiaan.”


Oleh. Uqie Nai
(Member AMK4)

NarasiPost.Com-Di tengah keterpurukan negeri akibat pandemi, muncul wacana dan aturan tak punya hati dari Intruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2022 tentang Optimalisasi Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Kesehatan Nasional. Instruksi yang dikeluarkan pada 6 Januari 2022 ini berisi tentang permintaan presiden kepada Kepala Kepolisian Negara RI agar menyempurnakan regulasi untuk pemohon SIM, STNK, dan SKCK menyertakan syarat kartu BPJS Kesehatan.

Tidak hanya itu, Inpres Nomor 1/2022 dikabarkan pula berlaku untuk penyelenggaraan haji dan umrah. Presiden meminta Menteri Agama agar kartu BPJS Kesehatan dijadikan syarat bagi calon jemaah haji dan umrah, berikut pelaku usaha dan pekerja pada penyelenggara perjalanan ibadah umrah dan penyelenggara ibadah haji khusus menjadi peserta aktif dalam program JKN. (cnnindonesia.com, Senin, 21/2/2022)

Keputusan tersebut tentu saja membuat masyarakat gusar. Selain karena merepotkan, Umar seorang mahasiswa Bandung menyebut langkah ini bisa menghambat pengurusan SIM, SKCK dan lain lain yang dibutuhkan segera. Sementara warga lainnya, Ical (23) menuturkan kebijakan menjadikan kartu BPJS Kesehatan untuk mengurus SIM, STNK, dan SKCK tidak berkorelasi dan kurang tepat. Ia menduga aturan ini adalah bisnis para petinggi agar banyak masyarakat menjadi peserta BPJS. (cnnindonesia.com, Sabtu, 19/2/2022)

Kapitalisme, Akar Kebijakan Batil dan Zalim

Keputusan pemerintah dengan Inpresnya merupakan bentuk pemaksaan kepada rakyat. Rakyat yang sudah lama tak mendapatkan kesejahteraan serta pelayanan dari pemerintah, kini akan bertambah lagi bebannya. Sebab, menjadi peserta BPJS tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Banyak prosedur yang harus dilalui masyarakat hingga menambah persoalan yang sebelumnya telah ada. BPJS yang digadang-gadang di awal kemunculannya akan memberikan pelayanan kesehatan murah, cepat, dan optimal, nyatanya hanya pengelola iuran rakyat dengan iming-iming jaminan kesehatan yang disebabkan sakit atau kecelakaan. Bahkan badan ini menjadikan hibah dan sedekah sebagai dalih pelegalan atas iuran warga yang dibayarkan, tetapi tidak pernah sakit.

Selain prosedur yang ribet, iuran yang kerap naik, pelayanan tak maksimal, dananya dikorupsi, pengelolaannya pun sarat dengan maisir (judi), riba, dan ghulul (penggelapan harta). Bahkan, BPJS tak ubahnya lembaga pemalak dalam bentuk asuransi sosial. Masyarakat baru bisa menikmati pelayanan BPJS kesehatan jika telah memenuhi syarat yang berlaku, seperti rutin membayar iuran kepesertaan; mendatangi FASKES 1 (puskesmas, klinik, atau dokter); membawa surat rujukan; membawa dokumen yang dibutuhkan seperti kartu BPJS, fotokopi kartu keluarga, KTP, dan atau surat rujukan dari FASKES 1. Prosedur ini tak sepenuhnya berjalan lancar, mengingat pasien BPJS kerap mendapat pelayanan tak menyenangkan. Antrean panjang, obat tak memadai, kamar perawatan terbatas, dan minimnya fasilitas ruang perawatan.

Kondisi ini akan terus dijumpai dan dirasakan masyarakat bila pengurusan hajat publik diserahkan pada lembaga swasta. Negara yang harusnya bertanggung jawab melayani hak dasar rakyat semisal kesehatan, justru menjadi pelayan kapital dengan program BPJS-nya atau program serupa yang datang dari pemilik kepentingan (swasta/asing).
Akar masalah bahwa negara telah berlepas tangan dari tanggung jawabnya adalah kapitalisme sekuler. Sebuah ideologi yang berasal dari Barat yang mengedepankan kepentingan kelompok, korporat, atau oligarki dengan beragam kebijakan yang sarat keuntungan. Rakyat dijadikan seolah kuda tunggangan bagi kaum kapitalis demi meraup materi. Sebut saja misalnya politisasi kesehatan seperti vaksinasi, kartu kesehatan, kartu ketenagakerjaan, atau program Jaminan Hari Tua (JHT).

Sistem kapitalisme telah menjadikan kesehatan dikomersialisasi dan diliberalisasi, sehingga pelayanan kesehatan bukan lagi sebagai sebuah gerakan kolektif untuk menyehatkan bangsa. Padahal pengembangan sistem kesehatan nasional berfungsi untuk menguatkan sumber daya manusia (SDM), yang tentunya berpengaruh terhadap laju perkembangan ekonomi suatu negara.
Rakyat yang seharusnya mendapat kesejahteraan dan kenyamanan, dalam sistem kapitalisme sekuler malah menjadi sapi perahan. Pejabatnya saja yang sejahtera dan memperkaya diri, sementara rakyat terus menderita. Maka, berharap negeri ini bebas dari pemalakan atau terlepas dari kebijakan zalim hanya utopis belaka, selama sistem yang diterapkan tetap sama, meski pemimpinnya berbeda. Karena tujuan pelayanan kesehatan sekarang ini adalah mengejar profit dunia yang meminggirkan faktor “kemanusiaan.”

Islam Kaffah Solusi Kesejahteraan

Dalam pandangan Islam, kesehatan adalah hak primer yang harus dipenuhi negara terhadap rakyat, di samping kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Negara yang menerapkan aturan Islam tak akan memberi celah bagi swasta untuk memperkaya diri dengan jalan curang dan zalim. Terlebih jika merampas hak umum, negara tidak akan segan menindak tegas pelakunya, karena negara adalah institusi yang berwenang mengurus rakyat serta melindungi mereka.

"Seorang imam itu adalah pengurus/pelayan. Ia bertanggung jawab atas apa yang menjadi tanggungannya (rakyat)." (HR Bukhari)

Dalam sistem pemerintahan Islam, hak masyarakat untuk mendapat pelayanan dan pengobatan akan dipenuhi negara dengan sebaik-baiknya. Ada berbagai pos keuangan negara yang bisa dialokasikan untuk memenuhi kesehatan masyarakat seperti pos zakat, fa'i, ghanimah, kharaj, dharibah, usyr, dan pengelolaan hasil alam (SDA) milik umum yang masuk dalam ri'ayah negara.

Begitu pula penipuan berkedok jaminan kesehatan, tak akan ditemukan dalam sistem Islam karena hak rakyat dijamin penuh oleh negara dari praktik kezaliman, termasuk hibah dan sedekah. Kedua amaliyah sunnah ini memiliki mekanisme tersendiri yang telah ditetapkan syara' bagi kaum muslim, negara tidak akan membiarkan keduanya dijadikan alat pemalakan serta penipuan seperti praktik jaminan kesehatan dalam sistem kapitalisme saat ini.

Dalam hadis Ubadah bin Shamit ra., bahwa Nabi saw. bersabda: “…sesungguhnya ghulul (penggelapan harta)) itu adalah kehinaan, aib dan api neraka bagi pelakunya." (HR Ibnu Majah no. 2850, disahihkan oleh Syaikh al Albani)

Perhatian pemimpin dalam tanggung jawab dan kewajibannya, telah dicontohkan Rasulullah saw. saat beliau mendapat hadiah dokter pribadi dari Raja Muqauqis (Mesir), akan tetapi Rasulullah saw justru memberikan dokter tersebut untuk melayani kesehatan umat. Rasulullah saw adalah teladan terbaik serta negarawan sejati dalam ri'ayah su'unil ummah yang menjadi rujukan para khalifah setelahnya.

Negara yang menerapkan aturan Islam secara kaffah, menjadikan kemaslahatan publik yang dikelola negara semata untuk tujuan pelayanan, bukan mengejar untung (profit). Negara (Khilafah) model ini tampil sebagai perisai dan pengurus umat. Sehingga tak mengherankan jika di masa keemasan Islam, lahir para dokter muslim seperti Ibnu Sina (Avicenna) dan Ar-Razi, diiringi berdirinya rumah-rumah sakit megah dan modern dengan pelayanan secara gratis untuk masyarakat umum. Rumah Sakit Nuri, misalnya.

Rumah Sakit Nuri dibangun pada abad ke-12 di Damaskus, merupakan rumah sakit terbesar setelah Baghdadi. Di sini pasien mendapatkan instruksi medis, ahli obat, tukang cukur, ahli ortopedi, serta ahli mata dan dokter. Rumah sakit ini juga dilengkapi bangsal khusus untuk merawat orang sakit jiwa. Berdirinya rumah sakit dengan pelayanan kesehatan maksimal ini merupakan salah satu kemajuan peradaban Islam di era kekhilafahan. Representasi amanah dan tanggung jawab pemimpin taat syariat.

Wallahu a'lam bi ash Shawwab.[]


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirm tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Perayaan V-Day Dilarang, kok Seks Bebas Masih Tetap Jalan?

"Pemutus rantai perilaku seks bebas cuma satu, Guys yaitu kembali kepada Islam kaffah melalui sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Sistem ini akan melahirkan generasi yang kokoh imannya, taat dan bertakwa kepada Allah Swt. Mereka juga memiliki standar perilaku, baik-buruk dan halal-haram yang didasarkan pada Al-Qur'an dan As-Sunah."


Oleh. Irma Sari Rahayu

NarasiPost.Com-"Mawar berwarna merah, violet berwarna biru, siapa yang butuh selai manis saat aku sudah mendapatkanmu?"

Duuhh, siapa sih yang nggak akan meleleh kalau dirayu kayak gini? Apalagi yang ngomong cowok keren atau bintang idola yang kamu idam-idamkan. Keju Mozarella aja kalah cepet lelehnya.

Guys, bulan Februari memang identik dengan perayaan Valentine day. Nuansa pink, cokelat, bunga mawar dan lagu-lagu romantis mendadak menghiasi ruang-ruang mini market, toko buku bahkan jagat maya. Semua jadi mendadak romantis. Tak ketinggalan, para idola remaja juga ikutan kasih ucapan romantis untuk merayakan Valentine day. Tuh, tambah baper, kan.

Di antara gegap gempita muda mudi yang merayakan, nggak sedikit juga lho yang mengingatkan dan melarang remaja muslim ikut-ikutan merayakan V-day. Slogan V-day bukan budaya kita atau V-day bukan dari Islam marak bertebaran di media sosial. Apa dan bagaimana sejarah gelap V-day juga terus digencarkan sebagai upaya membentengi remaja muslim dari virus jahat ini.

Di Jawa Barat, perayaan V-day sudah lama banget dilarang, Guys. Tahun 2015 Dinas Pendidikan Jawa Barat melarang siswa-siswa untuk merayakan V-day karena dinilai identik dengan seks bebas. Nah, pelarangan ini pun langsung disambut oleh Wakil Wali Kota Bekasi saat itu dengan mengeluarkan surat edaran ke sekolah-sekolah. Bapak Ahmad Syaikhu melarang perayaan V-day kepada seluruh siswa Bekasi karena nggak sesuai dengan budaya Bekasi yang religius (Merdeka.com, 14/2/2019).

Tapi sayang banget, Guys, pelarangan ini sepertinya nggak mempan menahan laju seks bebas di kalangan remaja Bekasi. Buktinya, angka pasien Orang dengan HIV/AIDS (Odha) di Bekasi cukup tinggi. Tahun 2017 tercatat 554 pasien, tahun 2018 360 pasien dan periode Januari-Mei 2019 sudah mencapai 109 pasien bahkan mendapat peringkat ketiga dengan jumlah pengidap HIV/AIDS. Menurut Pengelola Program HIV, Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Dadang Otrismo, penyebab dari penyebaran HIV/AIDS sekarang sudah bukan lagi karena pemakaian jarum suntik narkoba. Trennya sudah berubah, yaitu perilaku seks bebas di kalangan masyarakat Bekasi, khususnya remaja (Sindonews.com, 25/6/2019). Astaghfirullahaladzim. Ngeri banget ya, Guys.

Fix, Liberalisme dan Sekularisme Biang Keladi Perilaku Seks Bebas!

Sudah nggak bisa ditutup-tutupi lagi ya, Guys, pergaulan bebas di kalangan remaja sudah sangat parah. Seks bebas bahkan menjadi bagian dari gaya hidup dan dilakukan dengan penuh kesadaran, bukan lagi sekadar paksaan apalagi di bawah ancaman. Mantra bahwa melakukan hubungan seks sebagai tanda cinta dan kesetiaan, lebih membius daripada larangan agama agar terhindar dari perbuatan dosa. Na'udzubillah.

Gaya hidup hedonisme dan liberalisme yang diusung Barat mampu membius dan diadopsi oleh remaja muslim. Apalagi ide rusak ini dijajakan oleh para artis yang menjadi idola remaja. Kesannya belum jadi fans sungguhan kalau belum niru sang idola. Padahal, apa yang dilakukan idolanya jauh banget dari nilai-nilai Islam.

Guys, selain berisiko tertular HIV/AIDS, seks bebas juga menghasilkan kehamilan yang tak diinginkan. Muncul deh generasi "lempar batu sembunyi tangan" alias nggak mau tanggung jawab. Dengan alasan belum siap menjadi orang tua, akhirnya aborsi deh yang jadi pilihan.

Sebuah klinik aborsi ilegal di Pedurenan, Mustika Jaya Kota Bekasi, rata-rata dikunjungi oleh pasien remaja yang ingin menggugurkan kandungan yang tak diinginkan (Sindonews.com, 10/2/2021). Padahal risiko kematian akibat aborsi juga sangat tinggi lho, Guys. Apalagi kalau yang melakukan aborsinya itu dokter atau tenaga kesehatan abal-abal. Bahaya, Guys!

Kembali Kepada Islam

Ternyata, larangan merayakan V-day saja belum cukup untuk mencegah seks bebas di kalangan remaja, Guys. Meskipun begitu, imbauan dari Pemkot tetap harus diapresiasi sebagai wujud kasih sayang, peduli dan tanggung jawab pemimpin kepada rakyatnya.

Di tengah kasus seks bebas yang semakin marak, Pemkot Bekasi mengajak masyarakat Bekasi untuk kembali kepada agama dan mengadakan Sosialisasi Bahaya Pergaulan Bebas Bagi Pemuda dan Remaja. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Diaspora) kota Bekasi dan diikuti oleh 60 peserta remaja. Dalam kegiatan ini, peserta sosialisasi disiapkan menjadi duta pencegah bahaya terhadap pergaulan bebas (Jagakampung.com, 14/6/2021).

Tapi, semua masih belum cukup. Pemutus rantai perilaku seks bebas cuma satu, Guys yaitu kembali kepada Islam kaffah melalui sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Sistem ini akan melahirkan generasi yang kokoh imannya, taat dan bertakwa kepada Allah Swt. Mereka juga memiliki standar perilaku, baik-buruk dan halal-haram yang didasarkan pada Al-Qur'an dan As-Sunah.

Sistem pendidikan berbasis akidah Islam hanya akan terselenggara secara maksimal kalau penyelenggaranya adalah negara yang juga menerapkan Islam dalam aturannya, bukan sistem bernegara yang memberikan porsi pelajaran agama sangat sedikit seperti sekarang, Guys. Dikotomi pendidikan, sekolah umum VS sekolah agama makin memperparah terpisahnya agama dari kehidupan.

Penjagaan Islam dari perilaku seks bebas juga tercermin dari diterapkan sistem pergaulan yang memisahkan interaksi laki-laki dan perempuan kecuali yang dibolehkan syariat oleh negara. Melarang khalwat dan ikhtilat, mewajibkan menutup aurat dengan sempurna di kehidupan umum dan menundukkan pandangan adalah bagian dari upaya pencegahan. Boro-boro melakukan zina, mendekatinya saja sudah dilarang seperti firman Allah Swt dalam surah Al-Isra ayat 32 yang artinya, "Dan jangganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk."

Penjagaan berlapis juga dilakukan melalui penerapan sanksi tegas bagi pelaku seks bebas yang masih remaja atau belum pernah menikah, yaitu dijilid/dicambuk sebanyak 100 kali. Nah, siapa juga yang mau dicambuk sebegitu banyak? Memangnya nggak sakit? Kamu mau, Guys? Aku sih, nggak!

Tuh, keren kan sistem Islam. Seharusnya kita sebagai generasi muslim ikut aturan Allah Swt., bukan ikut aturan rusak yang menyeret kita ke pintu neraka. Masih ngeyel ikut merayakan V-day? Atau kamu sudah siap bertemu malaikat Malik?[]


Photo : Pinterest
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirm tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Bahaya Kemunafikan

"Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka." (TQS An-Nisa[4]: 145).


Oleh. Dian Afianti Ilyas
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Dewasa ini, banyak di antara kaum muslimin yang mengaku cinta kepada Allah. Namun, tak sedikit kita mendapati di antara mereka yang justru rajin melakukan aktivitas yang Allah benci. Ia melakukan suatu ibadah, tapi di sisi lain ia menghancurkan ibadah tersebut tanpa ia sadari akibat dari ketidaktahuannya tentang apa yang dibenci oleh Allah Swt.

Padahal, Imam Ibnu Qayyim Al-Jauzi dalam kitabnya Raudhatul Muhibbin menjelaskan bahwa syarat-syarat untuk mencintai Allah haruslah memenuhi dua hal, yaitu mengetahui apa yang dicintai oleh Allah Swt. dan apa saja yang dibenci-Nya.

Adalah Abdullah bin Jud'an, seorang lelaki yang hidup di zaman Rasulullah saw. Ia adalah sosok yang tidak pernah memusuhi Nabi saw. dan para Sahabat. Abdullah bin Jud'an terkenal memiliki beberapa keistimewaan, di antaranya suka memuliakan tamu, sigap membantu orang yang membutuhkan dan suka menyambung silaturahmi bahkan kepada para Sahabat yang jelas-jelas berbeda akidah dengannya. Amalan-amalan kebaikan senantiasa ia jaga dalam bermuamalah.

Saat ia wafat, Aisyah radhiyallahu'anha bertanya kepada Rasulullah saw. tentang di mana tempat Abdulllah bin Jud'ah, surga ataukah neraka. Rasulullah saw. menjawab, "Semua amalan itu tidak memberinya manfaat sedikit pun sebab ia tidak pernah mengatakan 'Wahai Rabb-ku, berilah ampunan atas kesalahan-kesalahanku pada hari kiamat kelak'." (HR Muslim no.214).

Rasulullah saw. menegaskan bahwa Abdullah bin Jud'ah yang mati dalam keadaan syirik berakhir di neraka disebabkan satu hal, yaitu hatinya bercabang. Ia memohon kepada Allah dan selain Allah, yaitu Latta dan Uzza. Jutaan kebaikan yang senantiasa dikerjakannya akhirnya terhapuskan akibat satu perbuatan yang dibenci oleh Allah Swt., yaitu kesyirikan.

Dari sini kita bisa memetik sebuah hikmah bahwasanya tak cukup bagi seseorang untuk mengetahui perihal yang Allah Swt. cintai. Namun, mengetahui apa saja yang dibenci oleh Allah Swt. adalah perkara mutlak yang harus ditunaikan oleh seorang muslim agar amalannya tidaklah berujung pada kesia-siaan.

Di antara hal-hal yang sangat dibenci oleh Allah Swt. adalah kemunafikan. Kemunafikan bukanlah perkara yang ringan. Ibnu Abi Mulaika bahkan pernah mendatangi satu per satu Sahabat yang jumlahnya 30 orang untuk menanyakan hal apa yang mereka takutkan. Jawaban yang sama diperolehnya, yaitu takut menjadi pribadi muslim yang munafik.

Hal demikian juga disadari betul oleh Umar bin Khattab. Jika ada seseorang yang wafat, Umar bin Khattab tidak akan ikut menyalati jenazah tersebut hingga Hudzaifah Ibnul Yaman ikut serta menyalatinya. Mengapa demikian? Hal ini tidak lain disebabkan karena Hudzaifah Ibnul Yaman adalah sang Pemegang Rahasia Nabi saw.. Ia adalah Sahabat yang mengetahui siapa saja orang-orang yang tergolong munafik di masa Rasulullah.

Di zaman Nabi saw., salah satu tokoh yang tergolong munafik adalah Abdullah bin Ubay. Ia adalah seseorang yang diakui oleh suku Aus dan Khazraj yang digadang-gadang sebagai pemimpin Yatsrib sebelum kedatangan Rasulullah saw. Setelah Rasulullah saw. mendirikan Daulah Islam di Madinah (dulunya bernama Yatsrib), ia memilih masuk Islam. Namun, kebenciannya terhadap Islam tetap mendarah daging dalam dirinya sebab merasa Rasulullah saw. telah merampas kesempatannya untuk menjadi penguasa Madinah.

Lain halnya dengan Abu Lahab yang secara terang-terangan menunjukkan kebenciannya terhadap Rasulullah saw., Abdullah bin Ubay memilih untuk terlihat seperti orang yang beriman. Ia selalu berada di barisan belakang Nabi saw. ketika salat berjemaah. Namun, di balik itu ia sering kali mengadu domba agar kaum muslimin berpaling dari Islam. Puncak pengkhianatannya adalah ketika ia berhasil mengajak 300 pasukan muslim untuk membelot dan bergabung dengan pasukan kafir Quraisy pada saat perang Uhud.

Lantas, apa sebenarnya makna dari kemunafikan?

Makna Kemunafikan

Secara bahasa, munafik berasal dari kata nifak. Nifak atau nafaq adalah dua lubang yang dijadikan tikus-tikus gurun pasir sebagai akses, satu lubangnya sebagai tempat masuk dan lubang lainnya dijadikan sebagai tempat keluar. Artinya, nifak adalah sesuatu yang sifatnya berbeda antara tempat masuk dan tempat keluarnya.

Secara istilah, nifak adalah sifat yang menampakkan keislaman, namun jauh di dalam lubuk hatinya ia cenderung kepada kekufuran bahkan membenci syariat yang Allah turunkan.

Dari pengertian di atas, dapat kita pahami bahwa orang yang munafik adalah ia yang berperilaku selayaknya muslim lainnya, hanya saja dalam hatinya menyimpan begitu banyak kebencian terhadap syariat hingga membuatnya cenderung kepada kekufuran. Jadi, orang munafik tidak melulu disematkan kepada mereka yang menampakkan kejahatan, sebab orang munafik pun banyak dari golongan muslim yang tetap mendirikan salat, berpuasa, dan melaksanakan amalan-amalan lainnya.

Munafik terbagi menjadi dua, pertama munafik 'amali yaitu munafik yang sifatnya 'amali (perbuatan) yang tidak sampai menjadikan pelakunya keluar dari Islam dan tidak membatalkan semua amalan kebaikannya.

Sifat-sifat munafik 'amali ada empat, yaitu ketika berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkari, bila dipercaya ia berkhianat, dan apabila ia bertengkar maka ia melampaui batas dengan menghadirkan dosa di setiap pertengkarannya, misal dengan mengucapkan sumpah serapah atau merencanakan aksi jahat untuk ditimpakan kepada orang yang sedang berselisih dengannya.

Kedua, munafik i'tiqadi yaitu munafik yang mengeluarkan seseorang dari agama Allah. Ia membenci syariat Allah yang agung di dalam hatinya. Munafik ini berujung pada batalnya seluruh amal kebaikan pelakunya.

Salah satu keahlian pelaku munafik i'tiqadi ini adalah lihai membesar-besarkan perkara yang sebenarnya kecil. Contohnya adalah ketika Aisyah radhiyallahu 'anha yang ketinggalan rombongan perjalanan Rasulullah saw. lalu dituduh berzina dengan seorang Sahabat yang menolong mengantarkan Aisyah pulang ke Madinah. Berita ini menjadi besar bahkan sampai menggunjang hati Rasulullah saw. sebab orang-orang munafik yang "menggorengnya".

Perlu kiranya bagi seorang muslim untuk mendeteksi apakah dirinya termasuk pelaku munafik ataukah tidak. Hasan Al-Basri rahimahullah pernah berkata ketika ditanya tentang bagaimana manusia bisa mengetahui hatinya nifak ataukah tidak. Ia kemudian menjawab, "Jika engkau sudah memiliki kekhawatiran yang sama seperti khawatirnya para sahabat tentang kemunafikan maka hatimu bersih. Namun, jika hatimu justru merasa aman dari kemunafikan maka yang demikian itu adalah tanda bahwa hatimu sedang tergorogoti nifak."

Dahsyatnya Kemunafikan

Rasulullah saw. menyebutkan bahwa hati orang-orang yang munafik seperti hati yang terbalik (qalbun mankuus). Ibarat cangkir yang terbalik, akan sangat sulit untuk mengisinya sebab isinya akan tumpah. Begitu pula dengan pelaku kemunafikan, sangatlah susah hidayah merasuk dalam jiwanya. Ia begitu suka bersumpah atas nama Allah. Perkataannya sering kali menyesakkan dada dan suka menghalangi manusia untuk kembali kepada Allah.

Allah Swt. berfirman:

اشحة عليكم ۖ فاذاجاء الخوف رايتهم ينظرون ايك تدور اعنهم كالذىيغش عليه من الموتِۚ فاذاذهب الخوف سلقوكم بالسنة حداد اشحة عل الخيرِۗ اولىك لم يؤ منوا فاخبط الله اعمالهمْۗ وكان ذلك علالله يسيرا

"Mereka kikir terhadapmu. Apalagi datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memangdang kepadamu dengan mata yang terbalik-baljk seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka kikir untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapus amalnya. Dan yang demikian itu mudah bagi Allah." (TQS Al-Ahzab[33]: 19).

Begitu berbahaya orang munafik bagi orang beriman dalam kehidupan ini. Kejahatannya tidak tampak dari perilakunya, namun ia tersimpan di dalam hati dan pikirannya. Pelaku munafik tersebut bisa jadi adalah korban atas ketidaktahuaannya terkait syariat, bisa pula ia adalah penyeru kemunafikan yang hatinya memang kotor dan menafikan syariat.

Hari ini bermunculan pihak-pihak yang berupaya untuk mengerdilkan peran agama dari kehidupan umat manusia, misalnya dengan upaya mengatur tata pelaksanaan peribadatan umat muslim, mulai dari sertifikasi penceramah hingga pengaturan volume suara azan. Mirisnya, pelakunya adalah muslim sendiri bahkan pejabat sekelas menteri.

Kemunduran yang tengah mendera umat muslim hari ini tak lepas dari peran para kaum munafik. Sejarah mencatat bahwa kemenangan orang-orang kafir atas umat muslim bukan karena kekuatan yang mereka miliki melainkan karena adanya orang-orang munafik di antara kaum muslimin.

Allah Swt. berfirman:

انالمنفقين فى الدرك الاسفل من النارِۚ ولن تجدلهم نصيراۙ

"Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka." (TQS An-Nisa[4]: 145).

Maka dari itu, sangatlah penting untuk paham tentang konsekuensi dari kemunafikan. Allah Swt. telah menyiapkan tempat bagi orang-orang munafik, yaitu neraka yang paling dasar. Bahkan jika menjadi pembenci syariat Allah, bisa dikategorikan sebagai orang yang keluar dari agama Allah. Na'udzubillahi min dzalik.

Wallahu a'lam bis showab[]


Photo : google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirm tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Merindu Berhaji dalam Peradaban Islam

Muslim dari belahan dunia manapun berhak menjadi tamu Allah tanpa dibeda-bedakan derajat, suku, atau bangsa. Mudah dan murah, karena berbagai persyaratan yang menyulitkan akan dipermudah. Seperti misalnya tidak ada visa karena seluruh muslim di dunia tercatat sebagai satu warga negara. Apalagi persyaratan kepesertaan BPJS tentu tidak akan ada. Jaminan sosial dalam sistem Islam adalah kewajiban negara yang dipenuhi biayanya oleh negara. Bukan berasal dari iuran yang dibayarkan oleh rakyat.


Oleh. Rery Kurniawati Danu Iswanto
(Praktisi Pendidikan)

NarasiPost.Com-Di sudut ruang tamu, bapak duduk termangu menatap dokumen di tangannya. Selembar kertas yang menjadi bukti beliau telah terdaftar sebagai calon jemaah haji Indonesia. Sudah lama rasanya bapak bersabar sejak enam tahun lalu mendaftar haji ke Kemenag.

Akan tetapi, kesabaran dalam penantian rupanya masih harus ditambah. Jadwal keberangkatan berdasarkan informasi perkiraan keberangkatan di situs haji adalah tahun 2030. Penantian ini masih sekitar 8 tahun lamanya. Belum lagi, dalam dua tahun belakangan keberangkatan haji tertunda karena alasan pandemi. Ah, akankah tahun ini akan tertunda lagi? Bapak meletakkan dokumen di tangannya, beliau beralih menyeruput kopi hitam yang tersaji di meja.

Tabungan haji milik bapak bertambah sedikit demi sedikit meski masih jauh dari cukup. Gaji pensiunan pegawai biasa, seringkali hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tidak menyisakan lagi rupiah untuk menambah saldo tabungan. Tapi bapak tidak risau. Beberapa tahun lagi mungkin sudah cukup untuk menutup biaya haji. Akan tetapi, biaya haji terus bertambah setiap tahunnya. Terlebih dampak pandemi pun menambah kenaikan yang signifikan. Kemenag mengusulkan ke DPR sebesar 45 juta untuk biaya haji tahun ini. Bukan jumlah yang sedikit untuk pensiunan seperti bapak. Meski demikian, bapak tidak khawatir, karena jika harus melepas rumah satu-satunya dan sebidang kebun di kampung, bapak sudah rela. Kerinduan untuk segera pergi berhaji, jauh lebih beliau harapkan dari sekadar kepemilikan rumah dan kebun.
Selain pandemi yang menambah daftar panjang penantian keberangkatan haji, kini ada lagi tambahan persyaratan yang harus dipenuhi calon jemaah haji. Ada keharusan bagi semua calon jemaah haji untuk menjadi peserta BPJS. Kabarnya kebijakan ini diambil pemerintah agar semua warga negara terdaftar dan mempunyai jaminan sosial. Haji dan keanggotaan BPJS tentu bukan sesuatu yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Tanpa menjadi peserta BPJS pun, berhaji harusnya tetap dapat dilakukan. Jika demikian, bukankah ini terkategori sebagai pemaksaan negara pada warganya?

Sebagai pensiunan guru bapak tentu sudah terdaftar sebagai peserta ASKES, nama program BPJS dulu. Jadi persyaratan kepemilikan kartu BPJS bukanlah masalah bagi bapak. Hanya saja, keprihatinan begitu tampak di raut wajahnya. Entah bagaimana nasib para calon jemaah haji lainnya yang untuk memenuhi biaya haji pun harus dengan susah payah. Sedang biaya iuran BPJS yang harus dibayar setiap bulannya juga tidak murah. Terlebih lagi jika harus menanggung beberapa anggota keluarga lainnya.

“Heeehhmm,” bapak menghela nafas dalam. Rasa keprihatinannya pada berbagai aturan berhaji semakin dalam. Bukankah seharusnya pemerintah mempermudah pelaksanaan haji. Pemerintah harusnya menyediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan bagi para calon jemaah haji. Memudahkan persyaratannya dan memberikan jaminan keamanan dan keselamatan. Bukannya memberatkan jemaah dengan persyaratan-persyaratan yang tidak relevan.

Jika saja telah tegak peradaban yang menerapkan syariat Islam dalam semua aspek pengelolaan kenegaraan, tentu akan berbeda ceritanya. Islam mempunyai aturan yang sempurna sejak diturunkannya. Pun syariat haji telah dituntunkan sempurna oleh Rasulullah saw. dalam haji wada beliau. Pengelolaan haji bagi semua muslim di dunia akan sama, mudah, dan juga murah.

Sama, karena bagi muslim dari belahan dunia manapun berhak menjadi tamu Allah tanpa dibeda-bedakan derajat, suku, atau bangsa. Mudah dan murah, karena berbagai persyaratan yang menyulitkan akan dipermudah. Seperti misalnya tidak ada visa karena seluruh muslim di dunia tercatat sebagai satu warga negara. Apalagi persyaratan kepesertaan BPJS tentu tidak akan ada. Jaminan sosial dalam sistem Islam adalah kewajiban negara yang dipenuhi biayanya oleh negara. Bukan berasal dari iuran yang dibayarkan oleh rakyat.

Begitulah seharusnya.
Sungguh melaksanakan ibadah haji adalah kerinduan setiap muslim. Karena dengan berhaji maka genap sudah perkara bagi seorang muslim. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Muttafaq’alaih, Rasulullah saw. bersabda “Islam itu didirikan atas lima perkara. Yaitu, bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya, mendirikan sholat, menunaikan zakat, puasa pada bulan Ramadan, menunaikan ibadah haji ke Baitullah bagi yang mampu melakukannya.”

Tentu yang bisa dilakukan saat ini adalah tetap bersabar menunggu antrean keberangkatan haji. Bersabar dengan segala persyaratan yang ditetapkan pemerintah. Dan untuk sempurnanya pengelolaan haji, setiap muslim harus berjuang mengembalikan peradaban Islam. Peradaban yang senantiasa diperjuangkan oleh barisan orang-orang yang melaksanakan syariat Islam secara kaffah. Membayangkan berhaji dalam gemilangnya peradaban Islam adalah mimpi yang berharap akan segera menjadi kenyataan.

Sisa kopi pahit di cangkir segera dihabiskan oleh bapak. Syukur alhamdulillah, bapak mengerti betul bahwa berhaji adalah panggilan illahi. Seberapa pun kita ingin dan berupaya meraihnya, jika Allah belum berkehendak maka tidak akan terlaksana. Pun jika ternyata Allah berkenan untuk menyegerakannya, pasti akan segera terlaksana. Ya Allah, meski diliputi kesabaran, tapi wajah menua bapak jelas menyiratkan keinginannya untuk segera memenuhi panggilan-Mu. Tubuhnya yang juga kian renta mungkin tak akan cukup tegar ketika tiba waktunya melakukan aktifitas ibadah haji nanti. Oleh karenanya ya Allah, segerakan panggilan-Mu untuknya. Segera penuhi kerinduannya pergi ke tanah suci-Mu. Dan berharap juga, perkenankan aku sebagai anaknya mendampingi beliau di sana. Ibu telah lama berpulang ke haribaan-Mu, jadi akulah kelak yang akan mendampingi bapak. Aamiin ya rabbal alamiin.[]


Photo : Pinterest
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirm tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Ketika Azan Dipersoalkan

"Siapakah yang paling baik perkataanya daripada orang yang menyeru pada Allah, mengerjakan amal saleh dan berkata, sesungguhnya aku termasuk orang yang berserah diri." (TQS Fushshillat[41]: 33 )


Oleh. Yuli Juharini

NarasiPost.Com-Ada berita yang lagi viral beberapa hari ini menyangkut soal megafon musala atau masjid. Berita itu sebenarnya biasa saja bila tidak ada kata-kata yang menyamakan bahwa suara azan dari masjid atau musala sama dengan suara gonggongan anjing. Bagaimana mungkin seruan untuk menyembah Allah Swt. untuk salat diserupakan dengan suara gonggongan anjing?

Suara azan berkumandang berarti waktu untuk melaksanakan salat fardu telah tiba. Sebagai muslim, sudah seharusnya berbondong-bondong ke musala atau masjid untuk melaksanakan kewajiban tersebut. Dan itu berlaku bagi kaum pria. Hal itu sesuai dengan hadis riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah, Rasul saw. bersabda, "Barang siapa mendengar azan, lalu tidak mendatanginya maka tidak ada salat baginya, kecuali ada uzur."

Azan pertama kali dikumandangkan oleh Bilal bin Rabah, seorang budak berkulit hitam yang dimerdekakan oleh Abu Bakar Ashiddiq. Itulah azan pertama di dunia. Bahkan Bilal pula yang mengumandangkan azan pertama kali saat penaklukan Kota Makkah.

Hukum azan menurut kesepakatan para ulama adalah fardu kifayah, yaitu menjadi dosa apabila tidak ada satu orang pun di suatu komunitas muslim yang mengumandangkan azan di saat waktu salat tiba.

Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan Malik bin al- Huwairisi, Rasul saw. bersabda, "Jika waktu salat telah tiba, salah satu dari kalian umat muslim, hendaknya mengumandangkan azan untuk kalian dan yang paling tua di antara kalian menjadi imam salat."

Sejak itulah, azan selalu dikumandangkan jika salat fardu akan dilaksanakan. Orang yang mengumandangkannya disebut muazin. Sebagai penyeru salat, muazin dipuji oleh Allah Swt. sebagai orang yang paling baik perkataanya.

"Siapakah yang paling baik perkataanya daripada orang yang menyeru pada Allah, mengerjakan amal saleh dan berkata, sesungguhnya aku termasuk orang yang berserah diri." (TQS Fushshillat[41]: 33 )

Terkait berita yang sedang viral yang menyamakan suara azan dengan gonggongan anjing, sebagai muslim harus bijak dalam menyikapinya. Kita boleh marah bahkan harus marah. Namun, jangan mengedepankan emosi yang membabi buta hingga terkesan kita sedang diadu domba oleh pihak yang tidak suka dengan Islam.

Walaupun dari pihak yang mengeluarkan statement sudah mengklarifikasi mengenai hal itu, seharusnya proses hukum tetap harus dijalankan karena itu sudah termasuk penistaan agama. Bahkan untuk sekadar berbicara tentang pulau Kalimantan sebagai "tempat jin buang anak" saja bisa dipidanakan, apalagi ini sudah menyangkut akidah umat Islam yang dilecehkan.

Indonesia dengan sistem demokrasinya memang tempat yang subur untuk bebas melakukan apa saja. Orang yang dipercaya menjabat sebagai menteri sekalipun bebas membuat peraturan yang kadang tidak masuk akal. Termasuk membuat peraturan tentang suara megafon di musala atau pun masjid. Padahal beliau juga seorang muslim.

Berharap keadilan pada sistem yang ada saat ini mustahil. Karena itu jangan fokus pada masalah itu saja. Masih banyak masalah lain yang tidak kalah pentingnya. Bagaimana keadaan saudara-saudara kita di Rohingya, Suriah, Palestina, India, dll? Mereka sungguh sangat berharap akan ada yang membelanya dan mengeluarkan dari kekejaman yang menimpa mereka.

Keadaan akan berbalik ketika Islam diterapkan dalam sebuah institusi negara yaitu Daulah Khilafah. Semua permasalahan yang terjadi di Indonesia khususnya dan di dunia umumnya, hanya satu solusinya, yaitu Daulah Khilafah ala minhajjinnubuwwah.

Orang-orang akan berpikir ulang untuk melakukan tindakan keji terhadap umat Islam, dan semua peraturan yang ada bersumber pada Al-Qur'an dan As-Sunah. Itu peraturan yang baku yang tidak bisa dirubah oleh siapa pun.

Tidak hanya muslim yang akan merasakan kedamaian dan keadilan di dalam Daulah Khilafah, namun non muslim pun akan merasakan hal yang sama.

Kembali pada masalah megafon musala dan masjid. Bila ada yang tidak suka atau merasa terganggu dengan hal itu, berarti ia sama saja dengan "setan." Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, dia berkata Rasulullah saw. bersabda, "Apabila azan dikumandangkan, setan akan lari terkentut-kentut supaya dia tidak mendengar azan itu. Setelah azan selesai dia datang lagi. Dan ketika ikamah dikumandangkan, dia lari lagi. Setelah ikamah selesai dia datang lagi."

Dari hadis ini dapat diambil kesimpulan, siapa sebenarnya yang tidak menyukai suara azan yang dikumandangkan. Semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang tidak menyukai suara azan, aamiin.

Wallahu a'lam bishowwab[]


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirm tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Islamofobia India Bukti Absurd Hak Asasi Manusia : Saatnya Wujudkan Islam Rahmatan Lil' alamiin

"Sejatinya hak asasi manusia hanyalah semboyan, manakala objek deritanya adalah muslim, maka tidak akan berlaku. Sama halnya dengan nasib muslim Uyghur, Rohingya, atau pelarangan hijab di beberapa negara Barat seperti Prancis dan Inggris, ataupun sekarang di India. Maka, tidak aneh jika demokrasi hanya sebagai alat untuk melegitimasi kepentingan mereka saja.


Oleh. Ummu Firda

NarasiPost.Com-“Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita salihah." Inilah penggalan hadis yang diriwayatkan Imam Muslim.
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, sebagaimana yang diriwayatkan Abu Hurairah radhiyallahu'anhu: “Jika seorang wanita (menjaga) salat lima waktu, puasa bulan Ramadan, menjaga kemaluannya, dan menaati suaminya, maka dia akan masuk melalui pintu surga mana saja yang dia kehendaki.” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahih-nya no. 4163. Syaikh Al-Albani menilai status hadis ini hasan lighairihi dalam Shahih At-Targhib no. 1931)

Setiap muslimah menghendaki agar dirinya bisa menjadi wanita salehah, sebagaimana dalam hadis ini. Hal ini tentu akan jadi motivasi agar setiap wanita yang benar-benar merindukan surga, akan senantiasa menaati suaminya, memperbaiki salatnya, menjaga kehormatan, juga iffahnya sebagai seorang muslimah. Dia pun akan berusaha untuk menutup aurat secara sempurna, baik dengan jilbab maupun khimarnya.

Jadi, jilbab bukanlah simbol keterbelakangan, bukan pula simbol kelemahan, tetapi jilbab adalah simbol ketakwaan sekaligus kehormatan yang mesti dijaga oleh setiap wanita muslimah. Lantas, bagaimana jika pemakaian jilbab ini dilarang?

Untuk ke sekian kalinya diskriminasi atas minoritas muslim India terjadi. Geliat islamofobia memang kian kentara, terlebih setelah didapuknya Narendra Modi sebagai Perdana Menteri dari partai sayap kanan Bhartiya Janata Party (BJP) sejak 2014. Seperti yang diberitakan Al Jazeera pada hari Selasa (15/2/2022), siswa muslimah dilarang mengenakan jilbab saat memasuki sekolah dan perguruan tinggi di seluruh negara bagian. Hal ini menimbulkan gelombang unjuk rasa dari para pelajar kaum muslim terhadap kesewenang-wenangan ini.

Apa yang terjadi di India saat ini tidak lepas dari sentimen anti-Islam yang digagas oleh BJP sendiri. Bahkan pada 2019 lalu telah disahkan undang-undang amandemen kewarganegaraan bagi imigran ilegal seperti agama Hindu, Sikh, Kristen, Jain, Parsis, dan Budha, tetapi mengecualikan bagi muslim. Inilah kebijakan yang mendiskriminasikan Islam di India dan bisa menyebabkan kehilangan kewarganegaraan bagi kaum muslim.

Sentimen anti-Islam terus menyeruak di India, lantas kebijakan yang ada justru semakin mendistorsikan Islam beserta ajarannya. Maka, tidak heran gelombang penolakan dan unjuk rasa dari warga muslim terus mengemuka. Tapi hal ini bisa jadi dimanfaatkan untuk memukul telak habis laju kekuatan kaum muslim, karena pihak-pihak yang anti-Islam beramai-ramai menyuarakan ide tandingan sebagai bentuk dukungan mereka terhadap pemerintah India. Bahkan kekhawatiran tertinggi kita adalah upaya genosida yang menghantui saudara-saudara kita kaum muslim India, karena sempat ada beberapa seruan dari pemimpin agama Hindu yang menyerukan genosida bagi kaum muslim. Na'udzubillahi mindzalik.

Absurdnya Hak Asasi bagi Kaum Muslim

Berharap terhadap hak asasi manusia ataupun demokrasi jelas bukan solusi. Keberhasilan BJP ditampuk kekuasaan telah menjadikan India tempat paling berbahaya bagi 12% entitas populasi muslim India. Mereka mulai mencampuri hukum perdata Islam setelah menghapus otonomi Kashmir, memberikan tanah masjid Babri (Babru) sebagai representatif dari Sultan Zahir ud-Din Babur (Sultan Muslim terbesar India) pada umat Hindu dan menggantinya dengan lahan alternatif. Mereka pula menghendaki adanya pemerintahan Hindu absolut di India dan menyulut kemarahan kaum muslim dengan mengobarkan api peperangan secara terus-menerus.

Berbagai kutukan pun dilontarkan, mulai dari negara-negara anggota OKI, bahkan negeri Paman Syam (AS) membuka suara, tapi sayang mata dan hati mereka benar-benar sudah tertutup dan tidak akan pernah menghiraukannya. Alih-alih melindungi kaum minoritas (umat Islam India), tapi BJP cenderung membiarkannya. Padahal ini jelas kejahatan kemanusiaan, lantas di manakah demokrasi dan hak asasi manusia yang dielu-elukan itu?

Sejatinya hak asasi manusia hanyalah semboyan, manakala objek deritanya adalah muslim, maka tidak akan berlaku. Sama halnya dengan nasib muslim Uyghur, Rohingya, atau pelarangan hijab di beberapa negara Barat seperti Prancis dan Inggris, ataupun sekarang di India. Maka, tidak aneh jika demokrasi hanya sebagai alat untuk melegitimasi kepentingan mereka saja.

Di manakah Marwah Kaum Muslim Saat Ini?

Miris rasanya, di tengah bulan Rajab ini kita masih mendengar adanya pelecehan dan penodaan, baik terhadap ajaran Islam sendiri ataupun terhadap kehormatan saudara muslim lainnya. Padahal sejatinya derita mereka adalah derita bagi kita juga. Rasulullah sendiri menyatakan bahwa sesama muslim kita ibaratnya satu tubuh, jika salah satu bagian merasa sakit, maka bagian lain pun merasakan sakit yang sama. Tapi sayang, marwah (kehormatan) Islam saat ini tidak kita rasakan karena tidak ada peranan negara yang tampil sebagai junnah (pelindung/perisai) umat.

Masih tergambar jelas dalam memori kita tentang sejarah panjang peradaban Islam nan mulia, manakala seorang wanita muslimah dilecehkan kehormatannya oleh seorang Yahudi di kota Amuriah dan berteriak meminta pertolongan sang Khalifah, lalu berita tadi sampai pada Khalifah Al-Mu'tashim Billah di masa Bani Abbasiyah, maka khalifah segera mengirimkan bala tentaranya dan menawan 9000 tentara musuh dan 9000 lainnya berhasil dibunuh. Itulah keberadaan negara sebagai junnah (perisai) mampu melindungi dan menjaga kehormatan wanita yang menjadi warga negaranya. Maka, tidak ada yang berani merongrong apalagi melecehkan.

Saatnya Kita Bangkit dan Bersatu Mewujudkan Islam Rahmatan Lil'alamiin

Marwah (kehormatan) kaum muslim saat ini cenderung dipermainkan karena kita tidak memiliki negara yang memerankan peranannya sebagai raa'in (pengatur) yang mengatur urusan rakyatnya. Islam sendiri telah memberikan jaminan bagi manusia untuk hidup secara mulia dalam naungan daulah islamiah. Syariat Islam manakala diterapkan oleh negara secara kaffah (menyeluruh), mampu memelihara jiwa manusia, harta, akalnya, kehormatan, keturunan, dan agamanya.

Selama 13 abad lamanya Islam diterapkan, semua warga negara baik muslim dan nonmuslim, mereka hidup berdampingan dengan damai, di mana keduanya memiliki hak yang sama dalam kehidupan umumnya, sementara negara pun memberikan jaminannya untuk masing-maisng beribadah sesuai keyakinannya. Islam telah memusnahkan berbagai ikatan kesukuan dan menggantikannya dengan ikatan akidah, yaitu ikatan ideologis bagi umat muslim. Adapun nonmuslim mereka tidak dipaksa untuk meninggalkan agama mereka, sebagaimana firman Allah Swt:
“Tidak ada paksaan dalam agama…” (QS Al-Baqarah [2]: 256)

Maka, hidup sejahtera, damai dan berdampingan adalah satu keniscayaan dalam sistem Islam. Wahai generasi penerus Al-Mu'tashim Billah, generasi penerus Shalahuddin Al-Ayyubi.. tampilah engkau kedepan, lindungilah para wanita muslimah yang berteriak mempertahankan kehormatannya. Perlihatkanlah bagaimana mulianya Islam, dan sumpalah mulut para pembenci Islam, dan yakinlah dengan pertolongan-Nya. Saatnya kita bangkit dan bersatu mewujudkan Islam rahmatan lil'alamiin. Wallohu'alam bi ash-showwab[]


Photo : counterfire
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirm tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Bekerja Mubah, Berjilbab Wajib

"Satu hal yang saya sadari dari proses panjang ini ialah ketakutan-ketakutan yang muncul itu bersumber dari kekurangsadaran kita akan kewajiban. Ketika kesadaran dibarengi dengan keyakinan yang kuat, dan disertai dengan ikhtiar maka pertolongan Allah itu sangat dekat."


Oleh : Ira Rahmatia
(Penulis Buku Poros Surga)

NarasiPost.Com-Aku adalah seorang muslimah yang baru saja hijrah ke salah satu kota terpencil. Sebelum hijrah ke tempat ini, beberapa bulan yang lalu, aku mulai aktif mengikuti kajian Islam yang ada di kota Makassar. Hingga aku memutuskan untuk menggunakan kerudung dan jilbab yang merupakan identitasku sebagai seorang muslimah.

Dua pekan sebelum wisuda, aku mendapatkan tawaran bekerja di perusahaan smelter nikel terbesar di Asia. Tepatnya di kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

Setelah meminta restu dari ibu dan ayah, kuayunkan langkahku menyelesaikan segala proses administrasi termasuk melakukan perjalanan ke sana yang kurang lebih dua hari lamanya. Mulai menggunakan bus, lalu menaiki kapal melewati Danau Towuti hingga menggunakan mobil lagi untuk sampai di tempat tersebut.

Awalnya aku ragu untuk bekerja di perusahaan tersebut yang notabene adalah smelter nikel, pasti menggunakan jilbab sangat sulit diizinkan. Namun, saat bertanya-tanya pada kakak dan orang yang telah bekerja lebih dulu, ia mengatakan bahwa di perusahan tersebut ada juga yang bekerja menggunakan rok juga bercadar. Seketika hatiku lega. Aku mengikuti proses rekrutmen dengan lancar dan tanpa kendala. Alhamdulillah.

Namun, perasaan takut menggunakan jilbab di awal masa kontrak kerja menahanku untuk menggunakannya, "Aku harus meminta izin terlebih dahulu," begitu ego menuntunku.

Aku bekerja sebagai operator control room, mengatur proses penyaluran batu bara dari jetty ke boiler pembangkit listrik. Kami diwajibkan menggunakan celana ke tempat kerja. Dari bulan pertama banyak kendala yang kami lalui dalam memperoleh izin tersebut.

Aku dan Celsia—sahabatku—beberapa kali pergi menghadap ke kantor utama departemen kami. Namun, saat itu manajernya sedang mengikuti pelatihan di Jakarta. Kami sempat memberi nomor handphone kami kepada adminnya agar dihubungi ketika manajer itu sudah berada di tempat. Namun, setelah kami menunggu beberapa pekan, tak ada juga penyampaian dari admin tersebut. Lalu, aku meminta kembali ke foreman kami untuk dipindahkan ke divisi yang membolehkan penggunaan jilbab. Lalu, ia pun menanyakan ke foreman admin, katanya ada di bagian cleaning service yang tugasnya bersih-bersih. Namun, belum pasti juga apakah diizinkan dari divisi. Setelah kami mengiyakan, ia pun menanyakan kepada kepala divisi kami, namun jawabannya tidak bisa.

Pada April 2019, aku pulang ke kampung untuk membeli motor, lalu setelah masuk kerja, tiba-tiba aku dipindahkan posisi kerja sebagai admin divisi.

Allah is the best planner. Saat itu, aku belum ngeh. Aku malah sangat sedih karena dipisahkan dari teman timku. Namun, setelah bercerita dengan admin departemenku yang telah lebih dulu menggunakan jilbab, ia berkata, “Itu bagus, itu adalah peluang bagi kamu untuk dimudahkan menggunakan rok atau jilbab." Tak lupa ia menyarankan aku bersabar hingga ditetapkan sebagai karyawan permanen atau menunggu saat yang tepat.

Pada bulan Juli 2019, aku sudah merasa tak tahan. Aku sudah sangat ingin menggunakan jilbab ke tempat kerja. Kata-kata seperti "Untuk apa aku kerja jika melanggar syariat?" Juga pernyataan "Bekerja mubah, berjilbab wajib” berkecamuk di pikiranku.

Pertanyaan itu sangat mengganggu ketenangan hidupku.
Gelisah bahkan sering kali aku harus menangis sendiri di sudut-sudut ruangan tanpa ada yang tahu. Lalu, aku mencoba meminta izin kembali karena posisiku sudah sebagai admin divisi yang wilayah kerjanya dalam ruangan, bukan lagi bagian dari operasional lapangan. Aku meminta bantuan kepada jubir (translator Indonesia-Tiongkok) untuk membantu meminta izin kepada kepala divisi, namun hasilnya sama saja.

Saat cuti, aku membeli kardigan yang panjang yang bisa menutup hingga lutut. Namun, tetap saja itu tak bisa menutup segala yang diperintahkan Allah Swt.

Beberapa bulan terus berlanjut hingga suatu hari di tengah kajian Islam berlangsung, begitu dalam dan menyentuh ucapan guru ngajiku hingga kesadaran itu masuk dan rasanya tembus ke tulang belulangku. Setelah ngaji, kira-kira pukul 21.30 WITA, kuarahkan motorku ke tukang jahit.

Tiba di sana sudah hampir pukul 22.00 WITA. Namun, alhamdulillah tokonya masih buka dan mulailah penjahit tersebut mengukur lingkar badanku. Oh iya, bajunya jadi hampir sebulan lamanya.

Lalu, setelah aku tahu masa kontrak setahunku sudah hampir berlalu, dan rekomendasi perpanjangan kontrak kerja juga sudah diisi lanjut, aku menguatkan tekad, aku berusaha melawan semua ketakutan-ketakutan yang selama ini ada dalam pikiranku. Dengan mengucapkan bismillah, aku ke kantor menggunakan jilbab. Aku pun berserah diri pada Allah Swt., apapun yang terjadi aku sudah harus menggunakannya walaupun konsekuensi yang akan aku terima ialah resign. Pada tanggal 15 Januari 2021, aku tiba di kantor, dan setelah kepala divisi melihat pakaianku, ia pun langsung memanggil translator, ia menyuruhku mencari divisi lain yang bisa menerimaku menggunakan jilbab, jika tidak ada maka konsekuensinya aku harus mengundurkan diri.

Sore harinya, aku melangkahkan kaki ke kantor departemen, di sana ditanya berbagai hal mengenai keyakinanku, mengapa aku harus menggunakan jilbab di tempat kerja, aku pun menjawab semua pertanyaan tersebut.

Ternyata, saat itu foreman admin di departemenku sudah melobi ke Head Manager, dan alhamdulillah diberikan izin. Di saat bersamaan ternyata posisi di kantor tersebut adminnya memang kurang karena ada yang baru resign. Begitulah Allah Swt. mengatur sehingga mulai saat itu aku bisa menggunakan jilbab ke tempat kerja tanpa dihantui rasa was-was lagi.

Satu hal yang saya sadari dari proses panjang ini ialah ketakutan-ketakutan yang muncul itu bersumber dari kekurangsadaran kita akan kewajiban. Ketika kesadaran dibarengi dengan keyakinan yang kuat, dan disertai dengan ikhtiar maka pertolongan Allah itu sangat dekat.

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (TQS. Muhammad[47]: 7).[]


Photo : Pinterest
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirm tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Gue yang Hijrah, Kok Lo yang Gerah?

Salah satu naskah Challenge ke-4 NarasiPost.Com dalam rubrik Teenager yang menduduki peringkat ke-4 terbaik"


Oleh Irma Sari Rahayu

NarasiPost.Com-Sobat, kamu sudah tidak asing lagi dengan kata hijrah, kan? Yap. Hijrah sekarang sudah menjadi tren baru di kalangam anak muda yang mau mengubah dirinya menjadi lebih baik.

Hijrah dimaknai dengan berpindah dari satu tempat ke tempat lain atau dari satu keadaan ke keadaan lain. Secara umum, hijrah diartikan sebuah perubahan yang terjadi pada seseorang yang sebelumnya tidak baik menjadi baik, apakah penampilannya, perilaku, tutur kata, dan sebagainya.

Diawali dari fenomena maraknya artis-artis yang hijrah hingga terselenggaranya acara Hijrah Fest beberapa waktu lalu, sukses menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat tanah air khususnya anak muda. Hijrah wave atau gelombang hijrah begitu fenomenal. Bagaimana tidak, beberapa artis yang terkenal dengan gaya hidup glamor penuh gemerlap berubah 180 derajat menjadi sosok yang tawadhu. Hijab menghiasi artis wanita, sedangkan jenggot dibiarkan tumbuh di wajah beberapa artis pria.

Akhirnya, banyak lho, anak muda yang ikut hijrah demgan harapan akan menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Mungkin kamu termasuk salah satunya. Semoga sih, niat hijrahnya lillahita’ala, ya, bukan sekadar ikut tren atau ingin eksis saja. Nauzubillah!

Sobat, selain ada yang menyambut positif gelombang hijrah ini, ternyata ada juga lho, yang tidak suka. Para tukang nyiyir ini tidak pernah capek melagukan tembang sumbang mereka. Bilangnya, yang hijrah itu karena sudah tidak tenarlah, cari sensasilah, pansoslah, bakal tidak lamalah, dan lain-lain. Gemas tidak sih, dengar ocehan mereka? Mereka tuh, kayak gerah banget melihat anak-anak muda mulai meninggalkan maksiat dan lebih memilih untuk taat. Padahal, yang hijrah adem-adem saja kok. Stay cool.

Tidak usah heran, Sobat, karena memang sudah alamiahnya kebaikan akan dilawan oleh kejahatan (seperti di film superhero gitu, lho). Waktu Rasulullah saw. dan para sahabat hijrah ke Madinah, kaum Quraisy selalu menghalangi. Mereka akan menangkap siapa saja yang akan hijrah dan mengembalikan lagi ke Mekah. Nah, di sinilah keteguhan, kesungguhan, dan keimanan kita diuji, Sobat. Apa kita siap menghadapi tantangan dan tentangan proses hijrah?

Naskah selengkapnya: https://narasipost.com/2021/10/08/gue-yang-hijrah-kok-lo-yang-gerah/


Photo: pinterest
Video: Koleksi Channel Youtube NarasiPostMedia

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Ukraina, Pijakan Rusia dan Barat dalam Adu Pengaruh

"Amerika yang telah didukung Uni Eropa, tentu menganggap Rusia sebagai rival. Sayangnya, harga adu pengaruh mereka, harus ditanggung oleh negara-negara kecil seperti Ukraina. Yang berada di pusaran adu kekuatan negara-negara super power. Perang di mana pun akan memakan korban. Dan tentu korbannya tak lain adalah rakyat sipil yang tak tahu-menahu ambisi negara-negara ini."


Oleh. Dia Dwi Arista
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)

NarasiPost.Ukraina-Rusia kembali memanas, pada tanggal 24 Februari lalu, Rusia kembali menyerang Ukraina. Kedua negara ini sudah lama memiliki ketegangan yang dilandasi oleh hancurnya pemerintahan Uni Soviet pada tahun 1991 di bawah pimpinan Mikhail Gorbachev. Pecahnya Uni Soviet menjadi beberapa negara, yang kemudian meninggalkan Rusia menjadi negara dengan wilayah terbesar, menjadikan Rusia berambisi menjadi negara yang memiliki pengaruh pada negara bekas pecahan Uni Soviet. Dan Ukraina termasuk di dalamnya.

Romansa Rusia-Ukraina

Ukraina dan Rusia dahulu adalah negara kesatuan yang memiliki banyak kesamaan. Ratusan tahun yang lalu, Ukraina dan Rusia telah menyatu pada sebuah wilayah yang disebut Rus Kiev. Dari wilayah inilah diakui sejarah bangsa Rusia. Namun serangan Mongolia berhasil membuat cabang pada peradaban Rus, hingga membentuk Kekaisaran Rusia, banyak negara di Eropa Timur akhirnya bergabung dengan Kekaisaran Rusia, termasuk Ukraina.

Namun di awal tahun 1918, Ukraina mendeklarasikan kemerdekaan penuh dari Kekaisaran Rusia. Selang beberapa tahun, dengan banyak konflik dan perjanjian, akhirnya Rusia dan Ukraina satu kata dalam pendirian negara kesatuan Uni Republik Sosialis Soviet pada tahun 1922. Keduanya pun juga turut menandatangani pembubaran Uni Soviet pada tahun 1991.

Pecahnya Uni Soviet membuat Ukraina menjadi pewaris satu per tiga senjata nuklir Uni Soviet. Hingga pada saat itu, Ukraina menjadi negara nomor tiga di dunia dalam kepemilikan nuklir. Sayangnya, meski secara fisik nuklir tersebut milik Ukraina. Namun, izin penggunaannya berada di tangan Rusia, yang akhirnya Ukraina setuju dalam menandatangani perjanjian Nonploriferasi Nuklir (NPT).

Sengketa dua negara ini tak hanya masalah nuklir, namun wilayah Krimea yang telah setuju bergabung dengan Ukraina meski dengan status Republik Otonomi, juga menjadi incaran Rusia. Sebab, Krimea menjadi pintu gerbang bagi wilayah Rusia menuju Laut Hitam. Begitu pula dengan kota Sevastopol yang merupakan markas Armada Laut Hitam. Menjadi sengketa antara Ukraina dan Rusia. Berakhir dengan pembagian Armada Laut Hitam, sedangkan pelabuhan Sevastopol disewakan pada Rusia, setelah tarik-menarik kekuasaan antara Rusia dan Ukraina.

Sengketa lain yang mendalangi ketegangan kedua negara adalah masalah pasokan energi. Terdapat beberapa jalur migas Soviet-Eropa Barat yang berada di wilayah Ukraina. Lagi-lagi terjadi perjanjian damai dengan syarat, hingga hubungan keduanya lebih baik dari sebelumnya.

Romansa sengketa antara kedua negara, nyatanya terus terjadi. Hingga pada tahun 2014, terjadi demo besar-besaran terhadap Presiden Ukraina Viktor Yanukovych, yang dianggap sebagai presiden Ukraina yang paling pro-Rusia. Di saat yang sama, Rusia telah menganeksasi Krimea dibantu oleh militansi pro-Rusia di Krimea. Demo yang terjadi, sebagai tuntutan rakyat agar Ukraina lebih condong kepada Uni Eropa daripada Rusia. Akhirnya demo ini berhasil melengserkan Viktor Yanukovych dari jabatannya.

Adu Pengaruh Barat dan Rusia

Perang Rusia-Ukraina kali ini, disinyalir akibat dari ambisi Ukraina untuk bergabung dengan Barat melalui keanggotaan Ukraina di NATO, juga Ukraina yang berniat lebih mesra dengan Barat melalui perjanjian perdagangan dengan Barat.

Rusia yang merasa tidak aman dengan perbatasan yang hampir semuanya pro-Barat, akhirnya mulai menyerang Ukraina, dan berniat menjadikannya tetap sebagai teras perlawanan kepada Barat. Bahkan sebelum itu, dua wilayah di Ukraina telah melepaskan diri dengan bantuan dari Rusia, yakni Luhansk dan Donetsk, menambah dinding benteng Rusia dari arah barat.

Wajar jika Rusia merasa terancam kedudukan pengaruhnya di kawasan Eropa Timur bekas Uni Soviet. Sebab negara-negara pecahan Uni Soviet tersebut, satu persatu mengadopsi ideologi Barat, yakni kapitalisme, dan tak lagi menjadikan Rusia sebagai kiblat. Rusia yang tak memercayai Barat (AS dan Uni Eropa) terus mendesak agar negara-negara sekitarnya tidak bekerja sama dengan Barat. Apalagi mengadopsi sistem pemerintahan Barat dalam pemerintahannya.

Rusia yang juga adalah negara besar dengan kekuatan militer nomor dua di dunia, tentu menjadi ancaman tersendiri bagi eksistensi Amerika yang menduduki nomor wahid. Sebab kedua negara ini adalah negara dengan ambisi penguasaan terhadap dunia. Maka adu pengaruh akan menentukan kemenangan berada di kubu mana.

Amerika yang telah didukung Uni Eropa, tentu menganggap Rusia sebagai rival. Sayangnya, harga adu pengaruh mereka, harus ditanggung oleh negara-negara kecil seperti Ukraina. Yang berada di pusaran dan berakhir menjadi pijakan adu kekuatan negara-negara super power. Perang di mana pun akan memakan korban. Dan tentu korbannya tak lain adalah rakyat sipil yang tak tahu menahu ambisi negara-negara ini.

Meneropong Nasib Ukraina

Kedudukan Ukraina yang mengenaskan, bagai sudah jatuh tertimpa anak tangga. Sudahlah di serang Rusia, Barat dengan NATOnya juga tak memberi bantuan secara nyata. Andai persoalan Ukraina dan Rusia dibawa pada Dewan Keamanan PBB pun, Rusia sebagai anggota Dewan Keamanan PBB dengan mudah memveto. Amerika yang biasanya sibuk memasukkan tentaranya pun juga harus berpikir dua kali. Sebab melawan Rusia tidaklah mudah. Kerugian baik fisik maupun finansial pasti akan terjadi. Lantas, bagaimanakah nasib Ukraina ke depannya?

Tak heran banyak pengamat mengatakan, Ukraina akan menjadi Afghanistannya Eropa. Menjadi negara penuh sengketa, dengan keamanan minim. Terbukti saat ini ribuan penduduk Ukraina telah meninggalkan negara mereka. Mereka lebih memilih mengungsi ke negara-negara aman, seperti Polandia dan Slovakia (cnnindonesia.com, 24/2/2022). Sedangkan yang tinggal, adalah orang-orang yang ingin mempertahankan ideologinya, dan terus melawan Rusia.

Pada akhirnya, nasib Ukraina akan bergantung sepenuhnya pada eskalasi adu pengaruh Barat dan Rusia.

Buramnya Pengaruh Kaum Muslimin

Di saat Barat yang dipimpin Amerika Serikat adu pengaruh dengan Rusia, umat dengan gelar umat terbaik malah tak memiliki secuil pengaruh dalam perkembangan dunia saat ini.

Buramnya pengaruh kaum muslimin di dunia menjadi pertanda, bahwa umat Muhammad telah tertidur lama, terninabobokan oleh racun pemikiran dan ideologi kapitalis yang memabukkan. Sungguh jumlah miliaran sangat rapuh bagaikan buih. Terkena ombak akan mudah pecah. Maka wajar kejumudan kaumf muslim, mengantarkan pada kemunduran dan hilangnya kewibawaan kaum muslim di hadapan dunia.

Kapankah kaum muslim akan sadar dan menunaikan bisyarah Nabi Muhammad saw. yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. "Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian. Ia ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Lalu Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Lalu Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Lalu akan ada kekuasaan yang zalim. Ia juga ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Kemudia Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Lalu akan ada kekuasaan diktator yang menyengsarakan. Ia juga ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian."

Jawabannya tergantung pada kesadaran kaum muslim akan nasib buram yang saat ini menimpanya.

Inilah bisyarah Rasulullah akan datangnya suatu masa, di mana kaum muslim memimpin dunia dengan institusi Khilafahnya. Maka kewajiban kita mengupayakan tegaknya Khilafah tersebut di tengah-tengah kaum muslim, yang akan menjadi tandingan bagi kekuasaan ideologi-ideologi rusak yang ada. Allahu a'lam bis-showwab[]


Photo : Republic world
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirm tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kala Ketakwaan Tersanding pada Remaja

"Kala cahaya Islam menerangi seluruh dunia. Aturan Islam dilaksanakan oleh seluruh kaum muslim dalam bingkai syariat Islam kaffah. Begitu pula dengan kaum remajanya. Mereka mampu berbuat lebih baik dengan standar Islam, berkarya untuk kemaslahatan umat. Tak ada dalam pikiran mereka sedikit pun untuk melanggar aturan Allah Swt."


Oleh. Mulyaningsih
(Pemerhati Keluarga, Anak dan Remaja)

NarasiPost.Com-Februari, bulan kedua setiap tahun yang selalu dinanti. Iya, dinanti oleh seluruh remaja yang ada di seluruh dunia. Bahkan bisa jadi mereka melakukan aktivitas menabung agar bisa memberikan sesuatu yang berharga di bulan tersebut. Wow, alangkah sesuatunya bulan Februari tersebut.

Usut punya usut, semua tentunya paham benar bahwa Februari erat kaitannya dengan hari kasih sayang alias V-day. Segala macam suasana, kado, dan yang mendukung lainnya sengaja disiapkan jauh-jauh hari. Mawar merah, berbagai macam cokelat, boneka, dan yang lainnya turut menemani di momen itu. Katanya, jika tak ikut momen tersebut maka biasanya disebut sebagai orang kuno dan muna (munafik). Innalillahi, ngeri juga ya ternyata.

Sebagai seorang ibu, melihat salah satu kondisi remaja saat ini benar-benar cukup mengerikan. Sedih dan miris mengiringinya. Ternyata mereka tak kenal lagi apa itu halal dan haram yang berbasis pada Islam. Yang penting bagi mereka adalah bisa bersikap dan berkata moderen ala-ala masa kini. Ya, dengan bergaul tanpa batas dengan lawan jenis, melakukan aktivitas kasih sayang alias pacaran, bahkan yang lebih ngeri bin serem adalah mereka sudah ada yang berani melakukan aktivitas yang seharusnya hanya dilakukan oleh pasangan sah (suami istri).

Benar-benar memprihatinkan sekali remaja saat ini, ya. Hanya karena ingin dibilang trendi atau maju, mereka melakukan aktivitas di luar Islam. Merayakan dengan pasangan hari V-day menjadi contoh kecil yang biasa dilakukan oleh remaja saat ini. Ternyata hal itu sangat dipengaruhi oleh pemahaman yang terus saja diembuskan dan ditanamkan pada kaum muslim, apalagi remaja. Sekularisme dan liberalisme menjadi pemahaman yang mendasari aktivitas tersebut di atas. Dengan adanya pemisahan antara agama dan kehidupan membuat agama tak lagi dijadikan patokan dan sandaran dalam berbuat dan berkata. Ditambah lagi liberalisme, maka makin membebaskan mereka melakukan apa pun sekehendaknya. Bebas tanpa ada yang berani mengusik dan mencegahnya.

Penanaman ide sekularisme dan liberalisme membuat ketakwaan hanya sebatas wacana saja. Ketakwaan ada ketika berada di masjid atau musala. Di tempat lain maka nyaris hilang dan tak dipedulikan.

Sungguh berbeda kala cahaya Islam menerangi seluruh dunia. Aturan Islam dilaksanakan oleh seluruh kaum muslim dalam bingkai syariat Islam kaffah. Fakta sejarah menyebutkan bahwa Islam pernah berjaya selama 13 abad lamanya. Banyak dari kaum muslim yang berhasil menemukan karya-karya terbaik mereka dan dapat dimanfaatkan oleh manusia secara umum. Semua itu tak lepas dari adanya tiga dukungan yang kemudian juga menjadi perisai umat. Ketiga dukungan tadi adalah adanya negara, sistem, dan pemimpin yang mampu menjalankan Islam secara sempurna dan menyeluruh. Dengan begitu, maka sisi ketakwaan dari seluruh kaum muslim dapat terjaga dengan baik.

Begitu pula dengan kaum remajanya. Mereka tentunya mampu berbuat lebih baik dengan standar Islam. Mereka berkarya dan menciptakan sesuatu untuk kemaslahatan umat. Tak ada dalam pikiran mereka sedikit pun untuk melanggar aturan Allah Swt. Kepatuhan pasti akan tergambar secara pasti. Begitu pula dengan amar makruf, maka senantiasa menjadi kebiasaan yang terus dilakukan karena wujud rasa sayang serta kecintaan terhadap saudara. Tak mau saudaranya terjerumus dalam jurang kehinaan dan kesengsaraan.

Tokoh-tokoh muslim juga banyak yang menjadi penemu tersohor. Contohnya adalah Al-Khawarizmi beliau menemukan angka nol, Al-Haytsam penemu konsep optik. Dalam Islam, orang-orang yang berilmu pastilah dia juga akan menjadi seorang ulama yang mempunyai tingkat ketakwaan yang sungguh luar biasa. Sebagai contoh adalah sosok Imam al-Syafi’I, Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Hanafi, Al-Ghazali, Ibnu Taymiyah dan masih banyak yang lainnya. Mereka semua adalah sosok ulama yang dikagumi oleh umat dan menjadi teladan.

Dari gambaran di atas sudah seharusnya kita dapat mengembalikan kejayaan Islam. Remaja tak lagi mengumbar hawa nafsu semata. Yang lebih dipentingkan adalah menjalankan hukum syarak dalam kehidupan dunia. Karena remaja adalah sosok yang menjadi penerus serta estafet perjuangan dan menjadi penerus peradaban. Sekali lagi, jadikan pandangan Islam sebagai fondasi dalam melakukan semua hal agar ketakwaan terus ada dan makin membuncah pada remaja. Wallahu 'alam.[]


Photo : Pinterest
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Romansa Cinta Berbalut Dusta

"Banyak sekali hubungan laki-laki dan perempuan yang wara-wiri dalam kubangan ikatan tak halal. Betapa tidak, pemandangan hubungan layaknya suami istri terpampang di setiap sudut lingkungan. Seakan menjadi hal wajar, pacaran ataupun tunangan kebablasan diaminkan."


Oleh. Afiyah Rasyad
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Apa kabar cinta?
Saat hati tergelitik oleh rerimbunan rasa
Jiwa bergolak di atas pentas suka cita
Dikabarkan atau dipendam saja?

Guys, tentu kita pernah merasakan cinta. Ada yang belum? Tunggu saja waktunya. Cinta ini fitrah manusia, Guys. Kita tak mampu menghalau ataupun melenyapkannya. Setiap jiwa yang masih bisa menikmati tiap helaan napas, pasti akan merasakan cinta. Kehadirannya kadang tak terduga, kadang pula datang saat bertatapan muka.

Oh, tentu cinta di sini yang kita bahas adalah cinta pada lawan jenis, Guys. Naluri nau' atau kasih sayang untuk melestarikan keturunan merupakan salah satu potensi naluri yang Allah hadiahkan buat kita, manusia. Suka ataupun tidak, kala cinta datang, tak seorang pun mampu menghadang. Eits, tapi nih, Guys, ada rambu alias tata cara mengekspresikan cinta yang bergelora.

Apa yang kita saksikan pada hubungan muda mudi saat ini sungguh jauh dari rambu-rambu mendawamkan cinta. Guys, banyak sekali hubungan laki-laki dan perempuan yang wara-wiri dalam kubangan ikatan tak halal. Betapa tidak, pemandangan hubungan layaknya suami istri terpampang di setiap sudut lingkungan. Seakan menjadi hal wajar, pacaran ataupun tunangan kebablasan diaminkan. Romansa cinta para penikmat hubungan yang tak diridai Allah menghiasi pandangan dan benak kita.

Guys, saking dimakluminya aktivitas pacaran, sampai banyak pembenaran atas aktivitas haram tersebut. Banyak dalih yang beterbangan di antara petuah-petuah syar'i yang kian langka. Apalagi negara kita nih seakan menjeremuskan kaum milenial pada budaya hidup bebas ke mana suka. Pacaran bebas, pacaran sehat, pacaran islami, LDR, TTM, dan apa pun sebutannya itu semua bertentangan dengan syariat Islam. Sebab, hukum asal laki-laki dan perempuan ajnabi alias bukan mahram itu terpisah. Apalagi, jelas Surah Al-Isra ayat 32 melarang kita, kaum muslim untuk mendekati zina.

Kebayang, kan, Guys? Mendekati zina saja haram, apalagi berzina. Kita tahu betul, kebanyakan pintu gerbang zina itu adalah hubungan laki-laki dan perempuan yang berpacaran. Meski tak dimungkiri, tunangan juga menjadi salah satu celah setan untuk menjerumuskan dua insan dalam kubangan zina, namun pacaran mendominasi perbuatan laknat itu. Hampir di setiap sudut kota dan desa, aktivitas pacaran menjadi pemandangan yang membuat hati miris dan menyakitkan mata.

Alasan mereka pacaran adalah perasaan cinta. Motif terbanyak adalah dalih cinta yang timbul di dada. Memang sih, Guys, saat cinta itu menyapa, deg-deg serr tak bisa dihindari begitu saja. Meski yang tampak mata hanya punggung si dia, hati dan jantung lomba salto di dalam dada. Wajar saja, namun jangan sampai romansa cinta yang hadir begitu indahnya dinodai oleh kedustaan dan kepalsuan hubungan tanpa ikatan yang diridai Sang Maha Pemberi cinta.

Ingat, Guys! Dalam hubungan laki-laki dan perempuan ajnabi, hanya ikatan pernikahan semata yang Allah ridai. Kalau belum siap bagaimana? Jangan biarkan romansa cinta berbalut dusta dalam aktivitas maksiat. Hal itu pasti menimbulkan dosa. Pacaran itu pasti dosanya, tapi belum pasti jodohnya. Guys, jangan pernah iri pada mereka yang menebar racun maksiat. Kelak, kita dan mereka akan menuai apa yang telah dilakukan di dunia ini dengan rasa cinta itu.

Bagaimana jika belum mampu menikah, Guys? Tenang, Baginda Nabi Muhammad saw. telah memberikan nasihat indahnya pada kita dalam hadis sahih riwayat Imam Bukhari yang artinya:

"Wahai para Pemuda! Barang siapa di antara kalian yang telah mampu menikah, maka menikahlah! Dan barang siapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa karena puasa dapat menahan syahwatnya (sebagai tameng)."

Fenomena romansa cinta berbalut dusta tak terhitung lagi jumlahnya. Tahu kenapa, Guys? Hal itu bukan semata karena personalnya, tapi lebih pada tata aturan kehidupan yang meniadakan peran Allah Sang Maha Pemberi cinta. Yups, sekularisme merajalela dan membelenggu pemikiran kaum muslim, Guys. Para penguasa negeri muslim seakan berlomba menampilkan pemisahan agama dari kehidupan duniawi. Kita bisa lihat kan, Guys, betapa tak pedulinya mereka pada kemaksiatan para milenial.

Hamil di luar nikah, free sex, kumpul kebo dibiarkan menjamur tanpa sanksi tegas. Bahkan, jika hubungan jinsiah alias free sex dilakukan suka sama suka sangat dimaklumi. Padahal, Islam jelas melarang kita nih untuk mendekati zina. Sanksinya bagi pezina pun sangat tegas. Apabila pelaku zina belum menikah, mereka akan dijilid alias dicambuk. Jika pelaku zina telah menikah, maka mereka akan dirajam sampai meninggal. Sanksi itu tak dapat ditawar, siapa pun pelakunya akan disanksi di hadapan khalayak. Hukuman tersebut akan memberikan efek jera bagi yang lain agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan yang sama. Selain itu, hukuman tersebut juga sebagai penebus dosa para pelaku zina di akhirat, lho, Guys.

Siapa yang bisa melaksanakan sanksi itu? Ya, khalifah yang menerapkan syariat Islam secara kaffah dalam kehidupan bernegara. Kalau dalam negara saat ini, sangat tidak mungkin, Guys. Liberalisme saja dijunjung tinggi, bagaimana akan mencegah kemaksiatan. So, kita semua jangan sampai terjebak oleh romansa cinta berbalut dusta, Guys. Dosanya sudah pasti, sementara jodohnya belum pasti. Tak cukup hanya meninggalkan romansa cinta berbalut dusta, kita mesti turut berjuang melenyapkan aturan sekularisme dan kembali pada aturan Islam agar hidup bisa meraih keberkahan.[]


Photo :pinterest
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Meneropong Eksistensi SPBU di Era Electric Vehicle

"Fenomena munculnya kendaraan listrik tentu menghadirkan pertanyaan terkait Pertamina yang diprediksi mengalami kerugian. Sebab populasi pom bensin tergantikan dengan stasiun pengisian listrik. Tak tinggal diam, untuk mempertahankan eksistensinya Pertamina akan mengonversikan sebagian kilang BBM menjadi Petrokimia dalam mengatasi problematika ini."


Oleh. Witta Saptarini, S.E

NarasiPost.Com-Dunia hari ini tidak bisa dilepaskan dari perkembangan teknologi. Namun, hal ini tergantung ke mana teknologi itu diarahkan. Tentu ini berkaitan dengan visi ideologi dan politik yang dimiliki oleh negara yang membangun teknologi tersebut. Berbicara tentang mobil listrik, hingga kini masih banyak orang yang berasumsi bahwasanya hal ini merupakan inovasi teknologi terbaru. Faktanya, bukan hal yang benar-benar baru.

Sejarah penciptaan mobil listrik dimulai sekitar abad 19, dengan prototipe pertama yang berhasil diciptakan pada tahun 1830 oleh seorang insinyur berkebangsaan Skotlandia bernama Robert Anderson. Namun, kalah bersaing dengan melimpahnya BBM yang murah pada saat itu.

Seperti dilansir ringtimesbali.pikiran-rakyat.com (10/2/2022), belakangan ini tren Electric Vehicle (EV) atau mobil listrik kembali booming dan diprediksi menjadi tren kendaraan masa depan, terutama di negara yang dinilai aktif menggunakan mobil listrik, seperti Amerika, Tiongkok, Eropa, Korea Selatan, dan Jepang. Seperti yang kita ketahui bahwa kendaraan listrik mampu mengurangi emisi karbon yang menyebabkan krisis iklim. Selain itu, dianggap dapat mengatasi mahalnya biaya BBM. Benarkah demikian?

Berdasarkan hasil uji perjalanan yang dilakukan PT PLN (Persero) melalui akses tol dari Jakarta ke Bali, biaya yang dibutuhkan dalam penggunaan kendaraan mobil listrik jauh lebih murah dibandingkan kendaraan berbahan bakar minyak. Tentunya, hal ini menjadi momentum bagi negara menghemat devisa disebabkan impor BBM yang dikurangi. Oleh sebab itu, kehadirannya mulai dilirik pemerintah, sekaligus menjadi pendorong percepatan transformasi menuju era Green Technology.(BUMN.info, 21/5/2021)

Kini, pemerintah Indonesia telah menyiapkan banyak regulasi menyambut era Electric Vehicle. Salah satunya yakni, Perpres Nomor 55 tahun 2019 tentang percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai. Namun, menghadirkan kendaraan listrik di Indonesia bukan berarti tanpa tantangan. Pasalnya, mobil listrik berharga lebih mahal 40% dibandingkan mobil konvensional, disebabkan mayoritas komponen mobil masih bergantung pada impor. Pun permasalahan pajak yang dianggap menghambat penetrasi mobil listrik. Kendati pun demikian, pemerintah tetap menargetkan 2 juta unit mobil listrik dan 13 juta unit motor listrik akan beredar tahun 2030 di Indonesia. Sebab, bila dilihat dari sisi bisnis, siapa pun yang memulai, dia yang akan menjadi market leader.(CNBC Indonesia, 4/1/2021 )

Menurut para pengamat, Presiden Jokowi dinilai mampu mengikuti arah perkembangan dunia serta jeli memanfaatkan momentum membangun entitas politik. Sebab, arah dari otomotif di masa depan adalah kendaraan listrik. Lalu, bagaimana dengan eksistensi SPBU di era pemberlakuan Electric Vehicle secara masif di Indonesia?

Mekanisme Sistem Kapitalisme Menghadapi Era Electric Vehicle, SPBU Bertransformasi Menjadi SPKLU

PT Pertamina sebagai BUMN yang selama ini mengelola penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia, hingga tahun 2020 tercatat telah mengoperasikan SPBU sebanyak 7.026. Diketahui 65% pendapatan Pertamina berasal dari BBM. Fenomena munculnya kendaraan listrik tentu menghadirkan pertanyaan terkait Pertamina yang diprediksi mengalami kerugian. Sebab populasi pom bensin tergantikan dengan stasiun pengisian listrik. Tak tinggal diam, untuk mempertahankan eksistensinya Pertamina akan mengonversikan sebagian kilang BBM menjadi Petrokimia dalam mengatasi problematika ini. Dengan tujuan agar tidak berimbas pada bisnis kilang minyak, sehingga masih memiliki nilai ekonomi.
Selain itu, PT Pertamina juga bertransformasi menjadi perusahaan BUMN Energi yang memproduksi baterai untuk keperluan kendaraan listrik. Pertamina akan membangun pabrik baterai dengan memanfaatkan potensi Indonesia sebagai penghasil nikel yang memproduksi 15 juta ton per tahun. Sebab, Rencana hilirisasi industri kendaraan listrik tak lepas dari potensi nikel di Indonesia yang memiliki cadangan terbesar di dunia. Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, jumlah cadangan mineral terkira Indonesia mencapai 4,5 miliar ton, cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi selama 45 tahun. Tak ayal, dampak dinamika dunia atas perpindahan tren elektrifikasi kendaraan ini, saham tambang nikel menjadi buruan investor.
Sebagai tindak lanjutnya, Kementerian BUMN telah resmi membentuk holding untuk mengelola industri baterai kendaraan listrik dari hulu hingga hilir, yaitu Indonesia Battery Corporation (IBC) pada 26 Maret 2021, yang diprakarsai oleh beberapa BUMN dan investor asing, di antaranya Holding Pertambangan (MIND ID), PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), PT Aneka Tambang Tbk (Antam), Cina, Korea dan negara lainnya.

Pada 28 Juli 2021 lalu, Menteri Investasi mewakili pemerintah Indonesia resmi menandatangani nota kesepahaman dengan konsorsium PT Hyundai dan PT Industri Baterai Indonesia, sebagai salah satu langkah awal dari rencana proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi. Langkah selanjutnya, Pertamina bersinergi dengan PT PLN untuk turut menyiapkan ekosistem kendaraan listrik dengan membangun Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Hal ini telah dibuktikan saat peluncuran pilot project dari Green Energy Station, di SPBU Kuningan Jakarta pada 10 Desember 2018 lalu. Di mana unit Electric Vehicle Charging Station (EVCS) telah terpasang yang terdiri dari 2 tipe, yakni tipe pengisian cepat dan normal. Tak butuh waktu lama, sebagai wujud keseriusannya beberapa waktu lalu Kementerian Perindustrian pun melakukan kunjungan kerja ke Jepang untuk membahas pengembangan industri otomotif. Alhasil, sejumlah produsen mobil asal Jepang berkomitmen berinvestasi belasan hingga triliunan rupiah di Indonesia. Berikut sederet nama pabrik mobil listrik yang konvoi berinvestasi di Indonesia di antaranya, Honda, Mitsubishi dan Toyota.

Menurut analisis periset BNEF, Nathaniel Bullard, mengatakan bahwa, “Akan ada titik saat kendaraan listrik lebih murah dan menjadi momen penting bagi pasar Electric Vehicle." Alasan di balik laporan ini, disebabkan prediksi analisis terhadap kendaraan listrik yang akan mengalami penurunan harga yang cukup jauh dimulai tahun 2022. Namun, mungkinkah disertai penurunan tarif dasar listrik ?

Pembelajaran Apa yang Bisa Kita Dapatkan dari Transformasi Tren Elektrifikasi Kendaraan di Sistem Kapitalisme?

Sudah bisa tergambarkan, bagaimana rencana pemerintah membuka lebar keran investasi dengan menarik para investor asing dalam bisnis baterai dan hilirisasi industri kendaraan listrik, yakni hanya demi meraup keuntungan. Namun, kebijakan-kebijakan yang terkesan dipaksakan dan menjerat tetap diterapkan terhadap rakyat. Pasalnya, jika kebijakan ini diterapkan secara masif, tidak meniscayakan bila kenaikan tarif dasar listrik bukan lagi menjadi masalah di negeri yang setia membebek pada ideologi kapitalisme ini. Karena, setiap momentum yang membawa peruntungan negeri ini, bukan berarti memberi pertanda bagi kesejahteraan rakyat. Bahkan, hanya berpotensi semakin memperlebar jurang pemisah antara si kaya dan miskin. Bisa kita lihat, karut-marut kebijakan penggunaan Green Energy pun belum terselesaikan, yang berdampak pada tidak stabilnya harga energi, sehingga pada akhirnya terus memosisikan rakyat sebagai korban.

Indonesia negeri kaya akan sumber daya alam dan energi, namun bila berada dalam genggaman aturan kapitalis pasti menjadi krisis. Dimanjakan oleh kehadiran investor asing, sehingga tidak memiliki sikap untuk menentukan agendanya sendiri alias tidak mandiri. Sebab, negara manja tak mungkin memiliki peluang meraih posisi negara besar. Sistem kapitalisme yang merajai kehidupan dunia saat ini telah menancapkan paham bahwa materi adalah tolok ukur majunya peradaban. Pandangan inilah yang mendorong manusia untuk memanfaatkan teknologi demi meraup pundi-pundi uang. Tak heran, penggunaan teknologi acapkali tak terkendali dan semua diperuntukkan atas nama materi. Itulah gambaran bagaimana bila perkembangan teknologi disetir dalam pandangan kapitalisme yang memisahkan antara agama dan kehidupan.

Mekanisme Islam Menghadapi Perubahan Teknologi

Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hanya saja, ibarat pisau bermata dua. Kecanggihannya tak lepas dari aspek yang diusung dalam revolusi industri. Revolusi industri sebagai hasil dari kemajuan teknologi tak dimungkiri bisa menjadi jalan dalam meningkatkan kualitas hidup manusia di berbagai bidang. Namun, bisa juga menjadi alat menghancurkan peradaban manusia, sebab sangat erat dengan penjajahan modern. Bila kita cermati, revolusi industri itu sendiri pada awalnya digagas oleh negara-negara Barat yang berideologi materialistis sekuler, yang kemudian kita kenal sebagai ideologi kapitalisme. Sehingga, bukan hal yang mengagetkan lagi bila kita temukan dalam sejarah revolusi industri, apa yang mereka lakukan pasti menghasilkan imperialisme dan penderitaan luar biasa. Semakin berkembang industrialisasinya, maka semakin banyak pula korbannya. Tentu saja kekayaan yang mereka dapatkan semakin luar biasa.

Dalam pandangan Islam, kemajuan teknologi atau aspek-aspek fisik yang bisa memudahkan manusia dalam berinteraksi, mencapai kemaslahatan-kemaslahatan, memberi kemudahan manusia untuk taat kepada Allah, semua itu adalah hal yang diperintahkan untuk dikembangkan. Jadi, bukan sesuatu yang dilarang, namun yang perlu diperhatikan adalah ke mana teknologi tersebut diarahkan. Dalam naungan Islam, negara-negara lain tidak akan dibiarkan mengeliminasi kekuatan strategis teknologi dan industri. Dengan mekanisme pengelolaan kekayaan negeri yang melimpah secara mandiri akan berimplikasi pada kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan negara serta rakyatnya, sebagai bentuk penjagaannya terhadap SDA. Sebab, ekonomi dalam Islam adalah ekonomi berbasiskan pertahanan. Sehingga, negara meniscayakan mempersiapkan teknologi dan industri yang akan menopang pertahanan dan kedaulatan negara. Kemudian, menjadi salah satu jalan mendongkrak kebangkitan untuk meraih posisi strategis negara yang diperhitungkan dunia, untuk menyebarkan ideologi dan pengaruh politiknya.

Fakta yang berbeda hari ini, dunia teknologi dan industri begitu diandalkan untuk sebuah negara untuk mencapai tingkat ekonomi yang tinggi. Tetapi, tidak cukup disikapi dengan melihat adanya keuntungan. Namun, sisi mudarat yang cukup besar yang harus diantisipasi. Karena, teknologi dan industri saat ini berhasil membius manusia melupakan sang Pencipta yakni Allah Swt. Oleh sebab itu, tanpa iman segala bentuk kemajuan laksana fatamorgana tidak menghantarkan pada kebaikan dunia dan akhirat. Seperti firman Allah Swt., “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran [3]: 190-191)

Deindustrialisasi yang dilakukan negara Barat terhadap negeri-negeri Islam seiring sejalan dengan hilangnya visi politik para pemimpinnya, yakni visi untuk mandiri. Sehingga hanya sekadar pemenuhan kebutuhan jangka pendek dan keuntungan semata. Oleh karena itu, harus ada keseimbangan antara aspek kemajuannya dengan efek yang ditimbulkannya, sebab bilamana tidak terjadi maka akan menjauhkan dari visi besarnya, yakni agar umat manusia bertauhid. Sebab Islam bukan sekadar agama, melainkan sebuah ideologi yang memiliki aturan yang sempurna sekaligus merupakan solusi kehidupan. Islam akan memanfaatkan kemajuan teknologi untuk kemaslahatan masyarakat. Di mana dalam strategi pengembangannya dibutuhkan peran negara, yakni negara Khilafah. Negara yang melandaskan sistem pemerintahannya pada akidah Islam yang menerapkan syariat Islam secara kaffah. Jika pengembangan teknologi tidak dalam genggaman umat Islam, maka cenderung akan menjadi alat menjajah. Sementara itu, jika umat Islam tanpa teknologi akan cenderung terjajah. Jadi, hanya Islam yang mampu menghentikan segala bentuk penjajahan yang mengancam peradaban manusia. Maka, ketika umat Islam dapat merealisasikan sistem yang didesain oleh Allah Swt. Di saat itulah kita bisa membuktikan pada dunia bahwa Islam benar-benar rahmatan lil’alamin, yang mengantarkan pada posisi negara adidaya. Sehingga, mampu menunjukkan prestisenya sebagai leader bahkan menjadi role model dalam kehidupan yang penuh rahmat.

Wallahu a’lam bish-shawwab. []


Photo : Pinterest
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com