Manuver AS ‘Rangkul’ Formosa di Tengah Konflik Taiwan-Cina

Direktur Institute Muslimah Negarawan (IMuNe), Dr. Fika Komara, mengungkapkan AS sudah lama memosisikan Taiwan sebagai pressure tools bagi Cina. AS sebagai negara predator, mengendus peluang bisnisnya melalui konflik kedua negara ini.


Oleh.Renita
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Kemelut antara Cina dan Taiwan kian memanas. Beijing makin represif dan ngotot mengklaim Formosa atau Pulau Taiwan sebagai konstituen dari wilayahnya. Bahkan, Presiden Cina Xi Jinping bersuara lantang akan menjelmakan unifikasi antara Cina-Taiwan. Namun, Taiwan tak bergeming. Presiden Taiwan Tsai Ing-wen bersumpah tak akan membuat negaranya bertekuk lutut pada Cina.

Di tengah pertikaian tersebut, AS mulai mencari muka pada Taiwan. Presiden AS Joe Biden memastikan jajarannya bakal pasang badan untuk membela Taiwan dari agresi Cina. Biden yakin, pihaknya dapat bersaing dengan militer Cina lantaran posisinya sebagai punggawa militer dunia. Berkaca dari perjanjian lamanya dengan Presiden Xi Jinping, Biden menegaskan bahwa AS tak ingin menginisiasi Perang Dingin baru dengan Cina. Sehingga, pihaknya tak akan angkat kaki dari Pulau Formosa tersebut.

Menanggapi hal tersebut, Jubir Kemenlu Cina, Wang Wenbin mengultimatum AS untuk berhati-hati dalam merespons isu Taiwan, karena hal tersebut berisiko mematahkan hubungan Cina-AS. Menurutnya, AS tak seharusnya menyepelekan kekuatan militer Cina dalam menjaga kedaulatan negaranya dari ancaman separatis. Padahal, selama ini AS tidak mempunyai afiliasi yang sah dengan Taiwan, kecuali menyokong Taiwan dalam aspek pertahanan dari berbagai serangan seperti yang tertuang dalam perjanjian Taiwan Relation Act (TRA). Dalam TRA diketahui landasan AS merajut hubungan diplomatik dengan Cina atas dasar pertimbangan masa depan Taiwan yang akan diputuskan dengan jalan damai. (cnnindonesia.com, 23/10/2021)

Inkonsistensi AS dalam menyikapi kisruh Cina-Taiwan ini telah menodai kebijakan lama AS yang dikenal dengan “ambiguitas strategis”, di mana AS hanya mengulurkan tangan untuk menopang pertahanan Taiwan, namun tidak secara vulgar berniat melindungi pulau tersebut dari invasi Cina. Di tengah ketegangan Cina dan Taiwan, AS seolah sengaja mengail di air keruh dengan ‘merangkul’ pulau tersandera tersebut. Lantas, bagaimanakah sebenarnya konflik Cina-Taiwan ini bermula? Akankah kehadiran AS dapat ‘menyelamatkan’ Taiwan dari cengkraman Cina?

Sejarah Konflik Cina-Taiwan

Konflik panjang Cina-Taiwan diawali dengan terjadinya perang saudara antara keduanya pada tahun 1927-1949. Ketika itu Partai Komunis Cina berambisi untuk memegang tampuk kekuasaan Cina yang berada di bawah kendali Koumintang. Menyadari hal itu, Koumintang yang berideologi nasionalis berusaha mendepak kaum komunis. Sayang seribu sayang kubu Koumintang harus takluk di tangan Partai Komunis Cina, hingga akhirnya mereka melarikan diri ke Pulau Formosa atau Taiwan dan mendeklarasikan pemerintahan sendiri pada tahun 1949.

Namun, arogansi Komunis Cina tak pernah surut, mereka terus mengusik Taiwan dan melakukan klaim kedaulatan sepihak, meskipun tak pernah memerintah pulau tersebut. Hingga akhirnya, status quo muncul pasca terbitnya Konsensus 1992 yang mengukuhkan sikap 'Satu Cina' antara Beijing dan Nasionalis Taiwan. Sejak saat itu, terjadi penafsiran yang bertolak belakang antar kedua belah pihak. Presiden Taiwan beserta partainya sudah lama memveto konsensus tersebut dan mendesak Beijing untuk mengakui kedaulatan Taiwan. (cnnindonesia.com, 6/10/2021)

Berbeda dengan Cina, yang terus bernafsu mencaplok Taiwan. Pada tahun 2019 Presiden Cina Xi Jinping secara terang-terangan meminta Taiwan untuk kembali ke pangkuan Beijing. Cina juga semakin gencar melakukan tekanan militer, ekonomi, dan diplomatik untuk melemahkan kekuasaan Tsai dan mengancam akan menyatukan pulau itu di bawah kekangan Partai Komunis Cina. Bahkan, Pakar Hubungan Cina-Taiwan, Sung, mengungkapkan bahwa rakyat Taiwan sudah ‘akrab’ dengan berbagai provokasi militer dan diplomatik Cina sejak Taiwan melakukan pemilihan presiden pada 1996.

Ketegangan kedua negara semakin memanas dalam seminggu terakhir, menyusul serangan 150 pesawat militer Cina ke wilayah barat daya Taiwan pada awal bulan selama akhir pekan Hari Nasional. Situasi ini akhirnya memantik Taiwan untuk mengobrak-abrik senjata dan mengaktifkan sistem rudal pertahanan miliknya (cnbcindonesia.com, 11/10/2021)

Manuver AS ‘Bela’ Taiwan

Pasca berakhirnya perang saudara antara Cina-Taiwan pada 1949, AS resmi mengakhiri hubungan diplomatiknya dengan Taipei pada tahun 1979 demi mengukuhkan Bejing. Tak lama berselang AS merumuskan Taiwan Relation Act (TRA) demi mengakomodasi kepentingan AS dan Taiwan. Relasi AS-Cina merupakan relasi harmonis yang rentan konflik tersebab perbedaan sikap antara keduanya dalam merespon isu Taiwan. Pemerintah AS tidak secara vulgar menentang klaim sepihak Cina atas Taiwan, namun di sisi lain AS tetap berkomitmen untuk melindungi Taiwan berdasarkan amanat TRA. AS harus memastikan Taiwan dapat membentengi diri dari berbagai serangan yang dapat mengancam pulau tersebut. (detik.com, 23/10/2021)

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, AS makin telanjang membela Taiwan. Bahkan, pada Agustus lalu, Biden berkomitmen untuk melindungi sekutu utama AS, termasuk Taiwan. Komitmen tersebut makin menguat tatkala Cina meningkatkan serangannya di Selat Taiwan. AS begitu 'perhatian' pada Taiwan dan selalu mengecam setiap kali militer Cina melakukan manuvernya di selat itu. Tak hanya itu, setiap bulan kapal AS selalu berjaga di Selat Taiwan dan menyerukan negara lain untuk menggelar latihan di sana demi mendukung Taiwan di tengah provokasi China. (cnnindonesia.com, 23/10/2021)

Sebuah laporan yang dilansir dari AFP (8/10/2021), menguak manuver AS yang secara diam-diam telah mengirimkan pasukan militernya untuk melatih tentara Taiwan. Ada sekitar 24 pasukan operasi khusus dan sejumlah marinir yang tengah melatih tentara Taiwan. Hal ini diungkapkan oleh seorang pejabat Pentagon dan mengatakan pelatihan ini telah berjalan selama kurang lebih setahun. Merasa ditikam dari belakang, Cina pun berang dan langsung memperingatkan AS untuk mengakui sensitivitas terkait isu Taiwan. Negara 'Tirai Bambu' itu juga menekankan 'Negeri Paman Sam' untuk segera memutus perdagangan senjata dan hubungan militernya dengan Taiwan. Pihaknya juga bersikeras akan tetap mempertahankan integritas teritorial dan kedaulatannya. (kompas.com, 9/10/2021)

Di Mata AS : Taiwan, Pressure Tools bagi 'Negeri Panda'

Menanggapi manuver AS yang mengutus militernya secara sembunyi-sembunyi dalam rangka melatih pasukan Taiwan, Direktur Institute Muslimah Negarawan (IMuNe), Dr. Fika Komara, mengungkapkan AS sudah lama memosisikan Taiwan sebagai pressure tools bagi Cina. AS sebagai negara predator, mengendus peluang bisnisnya melalui konflik kedua negara ini. Relasi Cina-Taiwan yang kian memburuk ditangkap AS sebagai sinyal untuk melemahkan Cina dan meraup profit maksimal dari perseteruan dua negara Asia Timur tersebut.

Fika juga menambahkan, pelatihan militer 'Negeri Paman Sam' di Taiwan merupakan manifestasi dari bisnis industrial millitary complex yang diciptakan negara tersebut. Kapitalisasi perang memang menjadi mesin bisnis bagi industri militer AS. Dampak eskalasi konflik Cina-Taiwan juga diprediksi akan semakin meluas karena keterlibatan AS, termasuk menguatnya skenario perang dunia ke-3. Indikasinya, terlihat dari ketegangan yang kian memuncak akibat gertakan kapal selam nuklir AS di perairan Laut Cina Selatan yang merespon agresi Cina ke wilayah pertahanan udara Taiwan. Ditambah lagi dengan keterlibatan negara-negara AUKUS, seperti Australia yang secara terang-teramg diminta Taiwan untuk membantunya. Andaikan perang benar-benar meletus, imbasnya pasti akan semakin meluas. (mediaumat.id, 9/10/2021)

Dalam konstelasi geopolitik Asia Timur, dinamika relasi AS-Cina kerap dipengaruhi oleh perkembangan isu Taiwan beserta sikap kedua negara adidaya ini terhadap isu tersebut. Cina memiliki kepentingan untuk menyatukan Taiwan dalam wilayah teritorial demi menguatkan tali kekangnya, selalu dihadang oleh berbagai manuver AS. Keduanya saling berebut pengaruh di Taiwan. Taiwan menjadi arena pertarungan abadi bagi dua raksasa global yang sama-sama memiliki kepentingan strategis di Taiwan. Melihat letak geografis stategis Taiwan yang berada di antara Asia Timur dan Asia Tenggara, tak pelak lagi Taiwan akhirnya dimanfaatkan sebagai benteng pertahanan sekaligus basis ekonomi di Asia bagi AS juga Cina.

Lebih jauh lagi, dampak perseteruan AS-Cina ini juga mempersulit kaum muslimin yang kian terjepit antara dua adidaya tersebut. Sebab, kaum muslimin hari ini bukanlah negara mandiri yang memiliki ekonomi dan militer yang kokoh. Maka, jika kedua belah pihak meminta dukungan, kaum muslimin akan terombang-ambing di antara dua kubu. Alhasil, potensi derivat masalah juga akan mengancam domestik negeri muslim, seperti Indonesia dan Malaysia yang sudah tercengkram kuat dengan berbagai kerjasama, baik AS maupun Cina.

Dunia yang disetir oleh ideologi kapitalis memang selalu menghendaki adanya perebutan kepentingan dan kekuasaan. Asas manfaat dipertontonkan dalam hubungan luar negeri, nyatanya telah memasung kedaulatan negara-negara yang berada di bawah ketiak mereka. Alhasil, superioritas negara adidaya makin menghegemoni dunia dan membuat negara lemah kian bertekuk lutut pada mereka. Lantas bagaimanakah suprasistem Islam dalam menjalin hubungan dengan berbagai negara? Asas apakah yang mendasari hubungan luar negeri dalam Islam?

Berlepas Diri dari Belenggu Negara Adidaya

Di tengah ideologi kufur hari ini, posisi kaum muslim kian berada di ujung tanduk. Umat Islam bagaikan makanan yang siap dilahap kapan saja oleh negara-negara superior. Mereka tak kuasa melawan bahkan melepaskan diri dari jeratan negara kapitalis. Di tengah angkara murka negara predator, umat Islam semakin terpuruk mendekati kehancurannya. Hal ini tidak akan pernah terjadi ketika kaum muslimin memiliki perisai tangguh bernama Khilafah. Khilafah akan menyatukan seluruh negeri-negeri muslim di bawah komando seorang pemimpin bergelar Khalifah yang akan merealisasikan hukum-hukum Islam dan menyebarkan dakwah ke seluruh penjuru dunia.

Khilafah akan mengikat negeri-negeri muslim dengan ikatan akidah bukan ikatan nasionalis seperti hari ini. Di dalam negeri, Khilafah tak akan membiarkan asing dan aseng menguasai aset-aset strategis. Sehingga, Khilafah bisa menjadi negara yang berdaulat dengan memaksimalkan semua potensi negeri-negeri muslim berdasarkan pengaturan sistem Ilahi. Melepaskan semua belenggu penjajahan yang ditancapkan negara kapitalis di semua lini kehidupan.

Demikian pula, politik luar negeri Khilafah bertujuan untuk menyebarkan syiar Islam ke seluruh dunia. Khilafah melandasi hubungan luar negerinya berdasarkan akidah Islam, baik di bidang ekonomi, politik, budaya dan sebagainya. Penyebaran Islam sebagai prinsip politik luar negeri Khilafah ini sesuai dengan tujuan diutusnya Rasulullah saw. untuk seluruh umat manusia, dalam surah Saba ayat 28, Allah Swt. berfirman, “Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan kepada manusia seluruhnya, sebagai pembawa berita dan pemberi peringatan.”

Sedangkan, negara Barat dalam kiprahnya di dunia internasional hanya bervisi untuk menyebarkan ide-ide sesat mereka, seperti sekularisme, demokrasi, HAM dan sebagainya. Tampilnya kapitalis di panggung internasional adalah sebagai negara penjajah yang mengeruk kekayaan SDA dan memanfaatkan posisi strategis negeri muslim demi melanggengkan hegemoninya.

Selain itu, negara Khilafah akan menjalankan politik luar negerinya dengan dakwah dan juga jihad. Maka, Khilafah akan membekali para mujahid negara pelatihan dan senjata militer yang mumpuni demi merealisasikan tugasnya meratakan dunia dengan syariat Islam. Melumat segala kemungkaran dan keserakahan negara punggawa kapitalis. Sungguh, hanya dalam naungan Khilafah kaum muslimin akan kembali menggelari dirinya sebagai umat terbaik, menjadi mercusuar peradaban yang akan melahirkan keberkahan dari langit dan bumi.

Wallahu a’lam bish shawwab


Photo : Pinterest
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Upaya Liberalisasi dan Modernisasi Arab Saudi Melalui Pentas Riyadh Season

"AS akan berupaya sekuat tenaga untuk menggugurkan benih-benih kebangkitan Islam dengan mengubah tatanan hidup dunia Islam ke arah modernisasi serta menawarkan ide Islam moderat sebagai pilihan alternatif untuk memajukan negeri Islam."


Oleh. Miladiah al-Qibthiyah
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Arab Saudi kembali menggelar Riyadh season. Saudi melakukan upacara pembukaan perayaan musik, makanan, dan hiburan terbesar di Timur Tengah yang menampilkan parade dan pertunjukan kembang api pada Rabu 20 Oktober 2021 yang mengusung tema "Imaging More" yang digelar di Zona Boulevard.

Acara ini disiarkan langsung dengan lebih dari 2760 drone yang menangkap setiap momen pagelaran tersebut. Kurang lebih ada 7500 acara yang akan meramaikan Riyadh Season. Pertunjukan ini juga mencakup penampilan sepeda roda dua custom Harley Davidson, konser kembang api, dan konser akan dihadiri oleh rapper asal Kuba, Amerika, Pitbull (cnbcindonesia.com, 21/10/2021).

Ketua Dewan Direksi Otoritas Hiburan Umum Arab Saudi, Turki Al-Sheikh mengumumkan pembukaan acara ini dihadiri lebih dari 750.000 orang sementara jutaan orang mengikutinya secara live di banyak saluran TV, situs web, dan akun elektronik.

Masih di Arab Saudi, sebuah pantai bikini "Pure Beach" dibuka kembali berlokasi di dekat Jeddah. Pantai ini bagian dari Lagoon Preserve King Abdullan Economic City. Untuk bisa masuk ke Pure Beach, wisatawan harus membayar 300 rial atau sekitar 1,12 juta rupiah per orang. Tentu saja memancing para turis untuk berpesta di kawasan ini (travel.detik.com, 22/10/2021).

Hal ini tentu menjadi pemandangan yang tak biasa di Arab Saudi. Sebab, Arab Saudi pernah meregulasi musik dilarang dibunyikan di tempat umum pada 2017 silam. Bahkan, para wanita diperbolehkan main ke pantai dengan catatan areal pria dan wanita terpisah. Namun, seketika berubah dengan dilakukannya pentas seni budaya Riyadh Season. Riyadh season dengan terang-terangan membuka sekat budaya liberalisasi dan kapitalisasi di negeri Islam.

Upaya Modernisasi Saudi Arabia

Fenomena yang terjadi di Arab Saudi tidak lain adalah upaya liberalisasi dan kapitalisasi oleh pemilik kepentingan. Sebelumnya, Mohamed bin Salman sang putra mahkota pernah bervisi mewujudkan Islam moderat pada 2030 mendatang. Islam moderat dinilai sebuah kunci pokok untuk memodernisasi dan sekukarisasi Saudi. Dia berupaya menghapuskan sisa jejak ekstremisme di kawasan Asia Barat. Paham ekstremisme itu dia lukiskan ketika terjadi revolusi Islam di Iran, para militan menduduki Masjidil Haram.

Perkembangan Saudi dengan visinya tersebut telah disambut baik oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat di Washington. Bahkan ia menyebut hal itu sebagai langkah ke arah yang benar. Tak dimungkiri Arab Saudi adalah salah satu sekutu kunci propaganda busuk Amerika dengan berkomitmen melawan ekstremisme. Dari sini menunjukkan kesediaan Arab Saudi sebagai tuan rumah KTT Arab Islam-Amerika di Riyadh pada tanggal 20-21 Mei 2017 lalu. Jika flashback di masa Trump, Trump yang anti Islam inilah yang membuka KTT ini. Propaganda Barat telah berhasil mendorong Trump menawarkan kerjasama kepada negara-negara muslim untuk memerangi terorisme serta ekstremisme.

Barat tidak kehabisan ide untuk menyebar propaganda sesatnya. Mereka menempuh berbagai macam cara. Salah satunya yaitu dengan memaksa dunia Islam mengadopsi ide Islam moderat. Padahal, jauh sebelum itu, Amerika Serikat (AS) bersama dengan mitranya telah menyiapkan agenda global War on Terrorism (WoT) untuk menghadang kebangkitan Islam. Oleh karena itu, AS akan berupaya sekuat tenaga untuk menggugurkan benih-benih kebangkitan Islam dengan mengubah tatanan hidup dunia Islam ke arah modernisasi serta menawarkan ide Islam moderat sebagai pilihan alternatif untuk memajukan negeri Islam.

Nahas, predikat “ekstremis, radikal, dan teroris” justru disematkan kepada pihak-pihak yang berani menentang kepentingan dan kebijakan Barat, yaitu umat Islam yang berusaha mewujudkan ideologi Islam dalam naungan Khilafah. Barat akan terus mengaruskan narasi sesat moderasi dengan menjadikan kelompok moderat sebagai role model dan menyingkirkan kelompok ekstremis sebagai penghalang dan dalang kekerasan. Softly, Barat merancang strategi ini tidak hanya untuk kalangan elite, namun juga menyasar generasi untuk memengaruhi mindset milenial.

Islam Moderat Agenda Global

Salah satu agenda global yang diprogramkan di seluruh negeri-negeri Islam, tak terkecuali di Arab Saudi adalah Islam moderat. Ide Islam moderat ini telah berhasil merasuki tubuh umat Islam dengan menyerang berbagai faksi pemikiran yang membuat umat Islam terpecah belah dan jauh dari Islam yang sahih. Hal ini akan terus menjadi penghalang perjuangan menegakkan sistem Islam dan justru melanggengkan kebatilan.

Gagasan Islam moderat tampak jelas mengabaikan sebagian dari ajaran Islam yang benar dan sahih. Seperti dalam QS. Ali-Imran: 85, "Dan kewajiban berhukum dengan hukum syariat."
Dari ayat tersebut jelas bahwa tak ada hukum yang pantas dijadikan rujukan di setiap sendi-sendi kehidupan selain daripada hukum Islam. Ide Islam moderat diaruskan dengan masif tidak lain untuk membuat umat Islam ragu dan jauh dari pemahaman dan nilai-nilai Islam yang benar. Mereka bertekad mengeliminasi hal-hal yang berhubungan dengan Islam politik dan berbagai hukum-hukum Islam lainnya dan menggantinya dengan pemikiran dan budaya Barat.

Gagasan Islam moderat digunakan untuk melawan upaya penegakan syariat Islam dalam bingkai Khilafah. Barat akan menghalangi wujud dari kebangkitan Islam di atas dunia. Barat begitu menyadari bahwa ketika Khilafah tegak di tengah-tengah kaum muslim, maka sistem Islamlah yang akan memimpin dunia. Islam akan diterapkan secara kaffah untuk menyatukan umat Islam di berbagai belahan dunia. Tidak lain untuk melindungi dan membebaskan umat Islam yang tertindas di negeri minoritas dan menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia hingga rahmatan lil 'alamin terwujud serta menghapus dominasi kekufuran Barat.

Penerapan syariat Islam secara total dalam sistem pemerintahan Islam yakni Khilafah 'ala minhajinnubuwah yang hanya bisa membebaskan umat dan dunia Islam dari belenggu moderasi dan modernisasi. Umat Islam telah diperintahkan untuk mengamalkan Islam secara kaffah sebagaimana ajaran Islam yang dicontohkan oleh Baginda Rasulullah Muhammad saw. Rasulullah tidak pernah mengajarkan Islam moderat di setiap sendi-sendi kehidupan. Baik menyangkut kehidupan pribadi nabi, keluarga, maupun ketika nabi hidup bermasyarakat dan bernegara. Dengan kata lain, mengatur seluruh urusan kehidupan umat manusia haruslah dengan sistem Islam yang kaffah. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. Al-Baqarah: 208, "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu." Masihkah ingin menjadikan Barat pembawa kekufuran sebagai teladan dalam menjalani aktivitas di segala aspek kehidupan atau beralih pada Islam yang mampu membawa rahmat di seluruh alam semesta? Wallaahu a'lam bi ash-shawab.[]


Photo : pinterest
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Dunia Butuh Khilafah

"Khilafah merupakan salah satu dari sekian banyak ajaran Islam. Namun, Khilafah adalah kunci terlaksananya setiap aturan Islam, maka Khilafah dianggap sebagai "Taj al-furudh" atau mahkotanya kewajiban. Sebab, keberadaan Khilafah adalah jaminan terlaksananya ajaran Islam secara sempurna dan menyeluruh.


Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)


NarasIPost.Com-Saat ini dunia semakin karut-marut dengan segala problemnya, masyarakat dunia semakin sadar akan kebobrokan sistem kapitalis. Mereka mulai mencari sistem alternatif untuk menjadi solusi bagi keterpurukan dunia. Sejalan dengan itu, hari demi hari perbincangan tentang Khilafah sebagai sistem pengganti semakin meluas dan menggema. Terlepas dari pro dan kontra, Khilafah telah menjelma menjadi topik perbincangan yang menarik saat ini.

Perbincangan mencari sistem alternatif yakni sistem Khilafah Islam tak hanya disuarakan oleh masyarakat Indonesia. Pada tanggal 31 Oktober 2020, sukses terselenggara sebuah konferensi internasional yang berjudul Return of the Islamic World Order atau Kembalinya Tatanan Dunia Islam secara online. Acara tersebut mengupas tuntas segala kegagalan kapitalisme-sekularisme sebagai sistem kehidupan dalam mewujudkan kesejahteraan bagi dunia. Dalam konferensi tersebut, terjadi diskusi dalam mencari sistem alternatif lain yang mampu membawa kepada kesejahteraan. Sistem yang mampu menjawab berbagai permasalahan individu, masyarakat, maupun negara.

Sejak keruntuhan Khilafah pada 3 Maret 1924 di Turki, umat Islam laksana anak ayam yang kehilangan induknya. Mereka terpecah-belah tanpa pemersatu. Sekat-sekat nasionalisme telah menyayat-nyayat kesatuan tubuh mereka. Racun sekularisme telah mengerdilkan bangunan akidah mereka. Mereka dipaksa lupa bahwa ibu mereka telah dibunuh oleh kebiadaban demokrasi. Mereka tak berkutik dan akhirnya bertekuk lutut. Mereka tunduk menghirup opium kapitalisme dengan suka rela.

Maka lihatlah, sedikit demi sedikit tanah-tanah kaum muslimin dikerat-kerat oleh penjajah kafir. Syam lepas dan dibagi-bagi seolah ganimah. Hijaz lepas ke tangan pengkhianat. Sedang Turki sendiri menjadi rumah bagi sekularisme. Begitu pun negeri-negeri Islam lain seperti Aljazair, Tunisia, dan Indonesia menjadi sapi perah bagi bangsa penjajah Eropa. Jangan lupakan penderitaan saudara kita di Palestina, yang sampai detik ini semakin memburuk karena kebiadaban Israel.

Dunia tanpa Islam adalah kehancuran. Kebiadaban penjajah kolonial telah menghancurkan tatanan kehidupan di seluruh dunia. Kapitalisme memasuki setiap rumah muslim di seluruh dunia untuk merampok mereka. Dimulai dengan meracuni pemikiran-pemikiran mereka dengan virus-virus pemikiran yang sesat seperti: sekularisme, feminisme, hedonisme, dan lain sebagainya. Kemudian memaksa mereka untuk meninggalkan rumah mereka demi memburu kapital, meninggalkan agama, keluarga, dan norma-norma kemanusiaan.

Kapitalisme, sistem yang lahir dari keterbatasan manusia, sejatinya adalah racun berbisa yang disuntikkan barat ke negeri-negeri Islam. Dengan fakta yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin, kian menunjukkan kelemahan dan kerusakan kapitalisme. Sungguh, hari demi hari kapitalisme berjalan menuju kehancurannya sendiri. Dengan banyaknya korban pandemi selama dua tahun terakhir, baik korban yang terpapar maupun yang terdampak di seluruh dunia, seakan menambah bukti kegagalan kapitalisme sebagai sistem kehidupan. Semakin ambruknya ekonomi dunia, telah membawa kesengsaraan tak berkesudahan. Dengan semua kenestapaan ini, maka dunia benar-benar membutuhkan sistem kehidupan baru sebagai solusi setiap permasalahan yang terjadi.

Khilafah adalah Solusi

Kepercayaan umat terhadap kapitalisme perlahan luntur. Umat telah jengah dengan segala kerusakan dan kebiadaban yang terjadi. Jurang kemiskinan kian dalam, sementara segelintir korporat menguasai hajat orang banyak. Bercokolnya pemimpin boneka yang menerapkan peradilan laksana hukum rimba. Imperialisme gaya baru semakin merajalela terutama di negeri-negeri muslim. Inilah segelintir kehinaan yang menggerogoti tubuh umat. Ditambah dengan sekularisme yang semakin menjangkiti umat Islam, menjauhkan mereka dari aturan agamanya, generasi yang kian bobrok, serangan budaya dan pemikiran barat yang terus menggerus jati diri umat Islam.

Dengan bertumpuknya kesengsaraan ini, umat merindukan kehidupan sejahtera yang lebih baik, yang mampu mengubah keterpurukan menjadi kejayaan. Maka, solusi itu hanya ada dalam Islam. Islam dengan sistem Khilafahnya, yang telah terbukti selama kurang lebih 14 abad memayungi dunia dalam kedamaian dan kesejahteraan. Khilafah menerapkan seluruh hukum-hukum Islam secara sempurna, serta mampu melindungi rakyatnya ketika kezaliman menimpa mereka.

Khilafah merupakan salah satu dari sekian banyak ajaran Islam. Namun, Khilafah adalah kunci terlaksananya setiap aturan Islam. Maka, Khilafah dianggap sebagai_"Taj ul furudh"_ atau mahkotanya kewajiban. Sebab, keberadaan Khilafah adalah jaminan terlaksananya ajaran Islam secara sempurna dan menyeluruh. Khilafah merupakan sistem pemerintahan yang dicontohkan oleh Baginda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, dan dipraktikkan oleh para Khulafaur Rasyidin.

Membicarakan Khilafah maka tak bisa lepas dari sejarah kegemilangan Islam. Khilafah memimpin dua pertiga dunia selama kurang lebih 14 abad. Dalam rentang waktu yang panjang itu, Khilafah mampu membawa kesejahteraan bagi umat Islam di seluruh dunia, bahkan bagi mereka umat nonmuslim. Berbeda dengan kapitalisme yang lahir dari keterbatasan akal manusia, Khilafah adalah sistem kehidupan yang berasal dari Sang Pencipta. Sehingga sangat wajar, jika Khilafah mampu melingkupi dunia dengan kemakmuran dan ketenteraman. Timur hingga barat, umat Islam yang berbeda bangsa dan bahasa, budaya dan warna kulit, ras maupun agama, menembus batas-batas teritorial. Khilafah merupakan pengejawantahan dari Islam rahmatan lil alamiin.

Khilafah merupakan perisai yang mampu melindungi umat Islam dari setiap serangan musuh-musuhnya dan melindungi umat dari penindasan dan kezaliman. Khilafah menyatukan mereka dari badai perpecahan tersebab racun nasionalisme dan golongan. Khilafah mengembalikan umat 'on the track' ketika mereka mulai menyimpang dari jalan taat. Khilafah mampu merekatkan dan mengencangkan ikatan umat dengan tali ukhuwah Islamiyah.

Jika sekarang umat begitu mudahnya dipecah-belah dan diadu-domba, sehingga mudah untuk saling membenci. Maka, dengan Khilafah, umat akan menyadari betapa mereka adalah saudara. Begitu eratnya hubungan mereka laksana satu tubuh, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim bahwa,"Orang-orang beriman diumpamakan dalam saling mencintai, saling menyayangi dan saling mengasihi adalah laksana satu tubuh, jika ada salah satu anggota tubuh merasakan sakit, maka anggota tubuh yang lain akan merasakannya jua, dengan sulit tidur dan merasa demam" Begitu kuatnya tali ukhuwah di antara mereka. Sehingga, mereka begitu peka merasakan sakit ketika sebagian saudaranya merasa sakit. Sebab, kasih sayang yang mengikat mereka adalah kasih sayang yang didasarkan pada kesatuan akidah. Maka, adanya Khilafah adalah sebagai penjaga eksistensi akidah ini.

Namun, lihatlah apa yang terjadi dengan tiadanya Khilafah. Pisau perpecahan begitu mudahnya mengiris-iris tubuh kaum muslim. Mencabik dan menghancurkan tubuh itu hingga berkeping-keping. Mereka dipisahkan dan dipaksa untuk saling membenci dan bermusuhan. Mereka diracuni dengan racun berbisa nasionalisme dan sekularisme. Mereka disayat dengan silet kapitalisme, mereka dipaksa berkorban dengan mantra demokrasi, mereka dibunuhi atas nama hak asasi.

Maka benarlah sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, dalam hadis riwayat Ahmad, Ibn Hibban, Al-Hakim, dari Abu Umamah Al-Bahili Radhiallahu 'anhu ia berkata,“Ikatan-ikatan Islam akan terlepas satu demi satu, ketika satu ikatan terlepas orang-orang akan bergelantungan pada ikatan selanjutnya. Sungguh ikatan yang terlepas pertama kali adalah al-hukm (kekuasaan/pemerintahan), dan ikatan yang terakhir adalah salat"

Dan sungguh sabda Rasulullah dalam hadis di atas benar-benar terjadi sekarang. Begitu kuatnya racun sekularisme telah menancap dalam diri umat, sehingga mereka tak lagi mengenal agamanya. Bagi mereka Islam hanyalah agama ritual semata, membatasi keagungan dan kesempurnaan syariat Islam hanya sebatas ibadah mahdhah saja. Mereka enggan membicarakan Islam politik, mereka tak percaya Islam adalah sistem kehidupan mumpuni. Mereka telah mengebiri ajaran Islam itu sendiri dengan batasan yang malah menghinakan Islam.

Mereka seakan buta dengan sejarah kejayaan Islam dalam naungan Khilafah. Para tokoh pemimpin mereka adalah para antek barat. Yang menjadi penjaga eksistensi racun nasionalisme. Tugas mereka untuk terus melanggengkan keterpurukan dan kesengsaraan umat tanpa mereka sadari. Sehingga, walaupun mereka tahu bahwa mereka sakit, namun tak mau dan malas mencari obat, bahkan mereka membenci para pembawa solusi.

Sungguh, betapa dunia membutuhkan Khilafah. Maka wahai saudaraku jangan membenci Khilafah karena ia adalah solusi. Sambutlah Khilafah karena ia keniscayaan. Songsonglah Khilafah karena ia adalah kabar gembira, dengan Khilafah sejahteralah dunia. Menegakkannya adalah kewajiban dari Sang Pencipta.

Wallahu a'lam.

Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Waras

"Ketika suster bertanya pada Sa'adah, kenapa dia memotivasi Nilam begitu yakin? Sa'adah menjawab dengan senyum terukir indah, bahwa Allah bersama prasangka hamba-Nya. Sa'adah yakin akan luasnya karunia Allah bahwa Nilam memiliki kesempatan sembuh."


Oleh. Afiyah Rasyad
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Netra gadis berwajah ayu itu menangkup nilanya langit. Hatinya tercabik atas penolakan dari seorang ustaz kondang yang begitu dicintainya. Akalnya kusut masai dan surai bersurai dari jiwa yang murni. Lisannya meracau nama-nama yang turut membuat hatinya ditumbuk-tumbuk.

Tak ada kuah lagi yang mengaliri wajah ayunya. Kerontang sudah jiwa mulus yang terperangkap dalam angan yang terlalu sempurna. Di langit itu, ia gantungkan seluruh angan-angan. Namun, salah tempat rupanya, angan-angan itu terjun bebas dalam kenyataan yang begitu menyakitkan.

"Nilam, ayo makan dulu," seorang suster paruh baya membawa nampan.

Gadis yang sejak tadi meratapi akal dan hatinya yang telah surai bersurai menoleh. Mata penuh kebencian memindai wajah suster itu. Nilam bergeming. Dia menatap tajam pada suster yang membawakannya nampan berisi hidangan.

"Makanlah dulu, jika kau tak makan, nanti calon imammu siapa yang akan mengurusi, hm?" Dengan lembut suster itu membawa Nilam ke meja makan.

Sudah lima purnama Nilam dirawat di rumah sakit jiwa ini. Patah hati yang dahsyat menyapanya di saat angannya sedang membumbung tinggi ke angkasa. Segenap rasa percaya diri menyertainya dalam acara suntingan itu. Ya, dia hendak mempersunting seorang ustaz yang diidamkannya sebagai calon imam. Dirinya merenda khayalan begitu indah, hingga akhirnya porak-poranda atas penolakan sang ustaz. Dia pun tertekan dengan tekanan jiwa yang amat dahsyat.

"Dia sudah punya bini, Suster. Tak mau jadi calon imamku. Padahal, aku lebih cantik. Hahahaha," Raut muka Nilam begitu redup dalam tawanya.

Suster Marni tetap sabar menyuapi gadis tak waras di hadapannya. Dia selalu mendengarkan gadis itu dengan sungguh-sungguh agar Nilam merasa dihargai. Sudah berapa kali dia hendak mengakhiri hidupnya hanya karena merasa tak didengarkan. Suster itu sesekali mengelus kepala Nilam yang tertutup kerudung besar.

"Apa yang kau sukai dari ustaz itu, Nilam?" tanya suster.

"Apalagi yang disukai dari seorang ustaz kalau bukan ahli agama? Setiap aku berjumpa di majelisnya, dia menatapku seakan memuja. Dia begitu agam, Suster. Kautahu itu."

Percakapan berakhir saat Nilam telah selesai menyantap hidangannya dan meminum obat. Suster segera membereskan bekas makan Nilam, lalu bergegas keluar. Suster merasa tidak tega dengan kondisi Nilam yang begitu depresi. Selama lima bulan di sini, tak ada keluarga yang menjenguknya, hanya beberapa orang yang mengaku sebagai temannya.

Gadis 22 tahun itu menelan begitu banyak kekecewaan. Sejak kecil dia dituntut sempurna oleh keluarga besarnya. Dia selalu rangking pertama selama dua belas tahun sekolah. Dia pun berhasil kuliah di universitas pilihan ibunya jalur prestasi. Dia tak pernah memikirkan tentang cinta layaknya gadis seusianya. Hingga sidang skripsi, ia didesak oleh orang tuanya untuk menikah. Maka, dia enggan menerima pilihan orang tua, dia berjanji akan mencari sendiri calon imamnya.

Dia menjatuhkan pilihan hatinya pada seorang ustaz yang telah beristri. Ustaz yang berasal dari ibu kota itu sering hadir di kampusnya. Dia memang aktif di lembaga dakwah kampus, sehingga ia sering mengikuti ustaz muda itu berceramah.

Hingga dirinya wisuda, calon imam pilihannya belum memberikan respon atas surat-suratnya. Bahkan, dia pun mengirimi istrinya surat tentang angannya untuk menjadi yang kedua. Angannya terus dia gantung setinggi langit untuk menjadi istri kedua ustaz muda itu. Namun, bagai pungguk merindukan bulan, tak ada sepotong kabar yang ia dapatkan.

Nilam pulang kampung atas permintaan orang tuanya. Dia bekerja di tempat yang dipilihkan ayahnya, tentu saja langsung diterima mengingat sang ayah adalah seorang tokoh di kotanya. Meski ayahnya memperkenalkan dengan seorang ikhwan di tempat kerjanya, angan nilam tetap bergerilya untuk mendapat jawaban dari sang ustaz. Dengan segenap keberanian, dia menghubunginya secara langsung.

"Afwan, ya Ukhti! Saya tidak bisa menduakan Ummu Aqila," jawab ustaz itu tegas.

Sejak saat itu, seluruh angannya runtuh seketika. Akalnya berubah menjadi sumbu pendek. Kewarasannya telah menyingkir dari kehidupannya. Sejak itu, orang tuanya murka dan membuangnya di luar kota. Nasib baik memihaknya, Sa'adah menemukannya berjalan tak tentu arah. Sa'adah adalah teman sekaligus guru kesayangannya, tempat mencurahkan segala isi hatinya.

Segera Sa'adah membawanya pulang. Namun, Nilam ditolak oleh orang tua yang sengaja membuangnya. Sa'adah yang mengetahui duduk persoalan, langsung bermusyawarah dengan suaminya untuk mengantarkan Nilam ke RSJ di kota terdekat. Pihak RSJ menyarankan Nilam untuk rawat inap. Sejak itulah dia menjadi penghuni RSJ.

Sa'adah dan beberapa temannya yang sering mengunjungi Nilam. Selama lima bulan perkembangannya belum ada progres, belum ada tanda dia akan waras. Padahal, suster itu sering menguping Sa'adah dalam memotivasi Nilam agar kembali waras. Terngiang dalam benak suster ketika Sa'adah menjelaskan tentang hakikat hidup.

Manusia, kehidupan, dan alam semesta semua berasal dari proses penciptaan. Allah Swt. menciptakan manusia dengan misi yang jelas, yakni untuk beribadah pada-Nya. Kemudian, kelak jika sudah usai masanya, manusia akan pulang ke alam baka untuk mempertanggungjawabkan amalan. Sa'adah tak henti menyemangati Nilam bahwa ditolaknya dia oleh ustaz bukanlah akhir kehidupan. Nilam masih sangat layak mendapatkan predikat takwa.

Ketika suster bertanya pada Sa'adah, kenapa dia memotivasi Nilam begitu yakin? Sa'adah menjawab dengan senyum terukir indah, bahwa Allah bersama prasangka hamba-Nya. Sa'adah yakin akan luasnya karunia Allah bahwa Nilam memiliki kesempatan sembuh.

Baru kali ini suster menjumpai orang jauh, bukan handai taulan, namun begitu murni kasih sayangnya. Kasih Sa'adah pada Nilam tampak suci tak berharap balas budi. Porak-porandanya kewarasan Nilam tak menjadikan Sa'adah meninggalkannya. Justru, dia membawa kesabaran yang tak terbatas dalam memotivasi Nilam. Suter hanya berharap, Nilam si gadis berparas ayu segera waras.[]


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Mendamba Generasi Al-Kahfi Masa Kini

“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS. Al-Kahfi: 13)


Oleh. Rochma Ummu Arifah

NarasiPost.Com-Sebagai seorang muslim, kita tentu sangat familiar dengan kisah dari pemuda Al-Kahfi. Kisahnya diabadikan di dalam kalamullah dan menjadi kisah legendaris yang dikenang sepanjang masa serta mengandung pelajaran berharga bagi seluruh umat manusia.

Ashabul Kahfi

Dikisahkan dalam surat Al-Kahfi, ada sekelompok pemuda yang melarikan diri dari negerinya karena raja yang berkuasa tidak sejalan dengan akidah yang mereka imani. Sang raja tidak menyukai mereka yang beriman kepada Allah Swt. Tak hanya itu, sang raja memerintahkan untuk menangkap semua orang yang masih teguh dalam keimanan kepada Allah Swt.

Para pemuda tersebut tak gentar oleh ancaman dari sang raja. Mereka berusaha melarikan diri untuk menyelamatkan akidahnya. Al-Qur'an menyebut jumlah mereka sebanyak tiga, lima, atau tujuh orang ditambah dengan seekor anjing.

Semua pemuda tersebut lari dari negeri dan bersembunyi di dalam sebuah gua dan tertidur selama beberapa saat. Kemudian terbangun dan merasakan lapar, lalu keluar dari gua untuk mencari makanan. Mereka mengira hanya tertidur selama beberapa waktu saja di siang hari. Ternyata, Al-Qur'an menyebutkan bahwa mereka telah tertidur selama 309 tahun.

Kisah ini memberi pelajaran bagaimana sosok pemuda yang berjuang untuk mempertahankan keyakinan dan keimanannya kepada Allah azza wa jalla sebagai Pencipta alam semesta. Walaupun mendapatkan pertentangan dari penguasa, tak ada rasa gentar untuk tetap berada dalam keimanan yang kuat. Sampai Allah Swt. pada akhirnya memberikan pertolongan bagi mereka yaitu terjaganya hal yang paling berharga dalam hidup mereka, keimanan kepada Allah Sang Pencipta kehidupan.

Inilah yang dikabarkan Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 13 yang berbunyi, “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.”

Generasi Al-Kahfi Masa Kini

Al-Qur’an adalah satu kitab yang masih saja tetap relevan di zaman mana pun, bahkan sampai akhir zaman. Manusia saat ini juga masih tetap bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah yang disebutkan di dalam Al-Qur’an. Salah satunya mengenai kisah Al-Kahfi ini.

Kata yang disebutkan adalah kata ‘fatah’ yang bermakna pemuda. Sehingga yang dimaksudkan dari kata ini adalah pemuda atau remaja dalam istilah sekarang. Digambarkan di sana bahwa pemuda memiliki keimanan yang kuat, tak goyah oleh cobaan bahkan pertentangan dari penguasa.

Tentu, jika merujuk pada kondisi pemuda saat ini, kita bisa jadi akan kesulitan untuk menemukan kualitas pemuda seperti yang digambarkan. Pemuda saat ini sering kali dikaitkan dengan aneka ragam persoalan. Pemuda dianggap sebagai sosok yang masih labil sehingga dimaklumi untuk melakukan segala bentuk kesalahan dan kemaksiatan. Persoalan tersebut antara lain, pemuda dengan keimanan yang masih tipis, tak taat syariat, tak peduli saat agama dan simbol-simbolnya dihina atau dilecehkan dan hanya berkutat dalam persoalan remeh-temeh, seperti percintaan, kehidupan hedonisme, eksistensi diri serta tetap menjadi pribadi yang jauh dari pemahaman agama yang benar dan menyeluruh.

Membentuk Generasi Al-Kahfi

Sayang sekali, inilah gambaran pemuda masa kini yang sangat jauh dari kualitas pemuda Al-Kahfi. Lantas, untuk mewujudkan kualitas Al-Kahfi untuk generasi masa kini, apa yang bisa dilakukan?

Pertama adalah membangun akidah. Pemuda Al-Kahfi sampai rela berkorban demi agamanya disebabkan pembentukan akidah yang kuat. Demikian pula dengan pemuda saat ini. Setiap pihak memiliki kontribusi yang sama besar untuk mampu menghadirkan keimanan yang kokoh dalam diri setiap pemuda.

Keluarga memiliki tanggung jawab sebagai sekolah pertama bagi pemuda. Masyarakat ikut menjaga keimanan pemuda dengan menghilangkan aneka ragam gangguan dan godaan. Terlebih negara, inilah institusi terkuat yang memiliki kemampuan lebih dalam menggiring pemuda menuju pada pemahaman agama yang benar.

Negara menyediakan pendidikan berbasis akidah yang benar dan tepat serta accessible. Negara melindungi pemuda dari serangan perusak akidah seperti gempuran budaya asing yang tak sejalan dengan akidah, paparan pornografi serta kecanduan gadget yang saat ini sangat menggejala.

Kedua, pemuda disiapkan untuk membangun peradaban. Masa muda adalah masa kekuatan di antara dua kelemahan. Sehingga di masa inilah, pemuda bisa berdikari dan memberdayakan dirinya untuk agamanya. Sebagaimana hadis Nabi saw., “Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. Bukhari)

Dua hal ini sangat berkaitan erat. Dengan kuatnya akidah yang dimiliki oleh pemuda muslim akan mendorongnya untuk memberikan sumbangsih dan kontribusi terbaik untuk Islam dan peradaban Islam itu sendiri. Dengan ini, harapan mewujudkan generasi Al-Kahfi bagi pemuda masa kini akan lebih mudah untuk terealisasi. Insya Allah. []


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Murtad, Bukti Keberhasilan Pluralisme Melebur dalam Sendi Negara

"Pemahaman bahwa Islam adalah agama satu-satunya yang diridai Allah, menjadikan muslim sadar bahwa kata itu harus dibuang jauh dalam kamus kehidupan. Persoalannya, menjaga keimanan di tengah gempuran pemikiran Barat seperti sekularisme dan pluralisme, bagai memegang bara api. Maka murtad, menjadi bukti bahwa pluralisme telah berhasil melebur dalam sendi negara ini."


Oleh. Dia Dwi Arista
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Kemunduran dalam kehidupan tentu bukanlah suatu tujuan yang hendak dicapai siapa pun di dunia ini. Namun, terkadang manusia ‘tak sadar’ jika langkah yang ia tempuh adalah kemunduran yang dapat menjerumuskannya. Murtad, menjadi momok tersendiri bagi kaum muslim.

Pemahaman bahwa Islam adalah agama satu-satunya yang diridai Allah, menjadikan muslim sadar bahwa kata itu harus dibuang jauh dalam kamus kehidupan. Persoalannya, menjaga keimanan di tengah gempuran pemikiran Barat seperti sekularisme dan pluralisme, bagai memegang bara api. Maka murtad, menjadi bukti jika pluralisme telah berhasil melebur dalam sendi negara ini.

Tentu publik geger ketika mendapati seorang putri pendiri bangsa ini, dalam usia senjanya malah memunggungi agama yang sejak lahir dianutnya. Diwartakan dalam laman cnnindonesia.com (26/10/2021), Diah Mutiara Sukmawati Soekarno Putri diketahui melakukan proses perpindahan agama dari Islam ke Hindu dimulai pada Senin 25 Oktober 2021. Alasannya, profesi sebagai ahli di bidang seni budaya, membuat ia tertarik dengan Hindu yang berada di Pulau Bali. Apalagi semenjak suami dan ibunya meninggal, ia merasa jika orang terdekat yang mengajarkan Islam padanya sudah tak lagi ada. Maka, ia meneruskan percikan keinginan lamanya untuk masuk dalam agama Hindu. Kembali ke agama leluhur juga menjadi salah satu alasan kuat Soekmawati untuk memeluk Hindu.

Murtadnya Soekmawati, nyatanya telah mendapat restu dari orang-orang terdekatnya, baik dari pihak putra-putri, hingga saudara-saudarinya. Hal ini dikemukakan oleh Kepala Soekarno Center, Arya Wedakarna, saat ia didapuk menjadi juru bicara kepindahan Soekmawati ke dalam agama Hindu.

Peran Negara Jaga Akidah

Kenyataan banyaknya muslim yang pindah agama, mencuatkan pertanyaan besar, bagaimana peran negara dalam menjaga akidah? Pertanyaan ini terjawab dengan menilik kembali undang-undang Pasal 29 ayat 2, yang ternyata melindungi hak warganya dalam kebebasan memilih agama dan keyakinan. Tersiratnya, negara tak ikut campur dalam wilayah peribadahan rakyatnya, apalagi sekadar menjaga akidah pada masing-masing pemeluk agama. Karena keyakinan dianggap sebagai ranah privat yang tidak boleh dicampuri oleh negara.

Pembiaran ini dibuktikan lebih dalam dengan hadirnya berbagai pemikiran Barat. Negara malah terlihat sebagai fasilitator dalam masuknya produk pemikiran Barat tersebut. Digelarnya ajang Miss Queen di Bali beberapa waktu lalu, juga golnya peraturan moderasi menjadi salah dua gelagat kuat upaya negara dalam memasukkan pemikiran Barat pada benak masyarakat.

Hal ini diperparah dengan kebijakan pemerintah yang membatasi pelajaran agama di sekolah. Apalagi negara juga telah melabeli rakyatnya yang ingin memperdalam agama dengan sebutan ‘radikal’, yang akhirnya menjadi ketakutan tersendiri untuk lebih memahami agama. Namun, pelabelan ini tentu tak menggeneralisasi seluruh agama sebagai objeknya. Sebab hingga saat ini, sebutan radikal hanya diarahkan pada kaum muslim yang kukuh dengan ajaran syariat Islam. Hasilnya pendangkalan akidah dan keimanan secara struktural tak dapat dihindarkan.

Kaum muslim pun harus bertahan dengan bekal ilmu yang mereka peroleh secara mandiri, sebab berharap pada negara untuk mengajarkan Islam kaffah bagai pungguk merindukan bulan, takkan pernah sampai. Demikianlah betapa minim peran negara dalam hal jaga akidah dan keimanan warganya. Yang akhirnya dengan dalih pluralisme, negara abai terhadap kemurtadan warganya.

Meleburnya Pluralisme

Pluralitas beragama di Indonesia merupakan keniscayaan. Hal tersebut tidak menjadi masalah yang berarti. Namun berbeda jika pluralisme yang ditancapkan. Ide ini malah justru merusak nilai dari agama itu sendiri. Sayangnya, hal ini tidak dipahami dengan benar oleh negara berpenduduk muslim terbesar di dunia ini. Hingga para punggawa beserta influencernya terus menggaungkan pluralisme sebagai tunggangan bagi kebijakan moderasi beragama.

Gencarnya kebijakan memuluskan pluralisme dan moderasi tak lepas dari campur tangan negara adidaya Amerika Serikat. Pluralisme dianggap perlu untuk menyokong jaminan kebebasan berpendapat dan beragama. Hal ini termaktub dalam amandemen pertama Konstitusi AS, yang juga menjadi salah satu tujuan polugri AS.

Sebagai negara paling berpengaruh, tentu kebijakan polugri AS akan diambil sebagai kebijakan baru bagi negara-negara lain. Padahal jika dipikirkan lebih dalam, kebijakan AS hanyalah mekanisme yang dibuat untuk melanggengkan cengkeraman kekuasaan Amerika atas negara-negara di dunia. Itulah alasan mengapa pluralisme di Indonesia bagai berpacu di jalan tol, mulus tanpa hambatan, melebur dengan mudah dalam bingkai kebijakan. Sebab tak lain, tersistem secara struktural oleh negara besar dan diimplementasikan oleh negara pengikutnya.

Islam Agama yang Diridai

Tujuan utama disodorkannya pluralisme adalah untuk menakar kesamaan setiap agama. Dinarasikan jika tempat tujuannya sama, namun jalannya yang berbeda. Tentu sesuai logika jika diindra dengan kacamata manusia. Namun, berbeda jika ayat yang berbicara, Allah berfirman dalam surah Ali-Imran ayat 19, yang berarti, “Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam…” ayat ini menunjukkan jika mencari perbandingan setelah Nabi Muhammad saw. diutus dengan Islam maka akan tertolak. Karena Allah telah jelas menyatakan jika Islamlah satu-satunya agama yang diridai-Nya.

Pun dalam firman Allah lainnya, Ali-Imran ayat 85 yang berbunyi, “Barang siapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” Telah jelas peringatan Allah terpampang sebagai peringatan untuk manusia.

Kasus Murtad pada Era Khilafah

Akar pemurtadan tak hanya terjadi pada era ini. Bibit-bibit pemurtadan tumbuh dengan tujuan yang sama, yakni jauhnya umat dari Islam kaffah. Pada masa kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, terjadi pemurtadan sesaat setelah wafatnya Nabi saw. Keluar dari Islam dan enggan membayar zakat menjadi pilihan bagi kaum murtadin untuk menunjukkan pembangkangan mereka terhadap Khilafah. Mereka menganggap wafatnya Rasul saw. adalah momentum untuk melemahkan Islam dan kaum muslimin.

Tanpa terduga, Abu Bakar yang terkenal lembut perangainya, tak segan mengangkat pedang demi mengembalikan kehormatan Islam dan kaum muslim. Beliau merespons keras atas kemurtadan, dan mengambil langkah tegas untuk menyelesaikannya. Sebab, sebagai seorang Khalifah pundaknyalah yang akan menanggung beban tanggung jawab penjagaan akidah umat Muhammad. Ketegasan Abu Bakar menjadi acuan bagi kaum muslim lainnya, bahwa permasalahan kemurtadan adalah masalah vital yang harus segera mendapat penyelesaian. Karena fitnah dapat merebak jika tidak ditangani dengan benar.

Islam Jaga Akidah Umat

Akidah laksana jantung bagi umat Islam, yang dengannya kehidupan akan berlanjut. Begitu pentingnya akidah, hingga harus dengan sekuat tenaga menjaganya. Tugas ini tak hanya akan dilimpahkan kepada umat belaka. Namun Islam dan institusinya, yakni Khilafah juga mempunyai andil dalam menjaga akidah umat agar tetap sekokoh batu karang di lautan.Oleh karena itu, pertama, negara tidak akan memberi kesempatan hadirnya pemikiran, aliran atau aturan dari sisi mana pun baik dari media, perjanjian maupun yang lainnya. Sebab, semua hal tersebut dapat merusak kemurnian akidah umat. Seperti, sekularisme, pluralisme dan liberalisme. Aliran sesat seperti Ahmadiyah serta Baha’i. Hingga aturan kufur seperti kapitalis-demokrasi dan komunis-sosialis.

Kedua, Khilafah akan menanamkan akidah dengan diimplementasikan dalam dunia pendidikan. Kurikulum yang diambil pun akan menjadikan syariat Islam dan akidah Islam sebagai acuan.

Ketiga, negara berupaya membangun kesadaran politik bagi warganya, hingga ketika muncul paham, aliran atau kelompok yang bertentangan dengan akidah Islam dapat ditangkis lebih awal.

Keempat, Khilafah akan memberi sanksi tegas bagi pengusung ide-ide kufur. Bahkan pada taraf hukuman mati, jika dirasa perbuatannya memunculkan bahaya besar bagi kejernihan akidah umat Islam.

Demikianlah cara Khilafah dalam membentengi kaum muslim dari bahaya pendangkalan akidah yang dapat berujung pada pemurtadan. Tugas ini, tak akan pernah ada di negara yang menggunakan kapitalisme sebagai dasarnya. Karena pluralisme sendiri merupakan alat untuk memuluskan agenda negara-negara pengusung kapitalisme dalam memperdalam pengaruh di negeri-negeri kaum muslim. Allahu a’lam bis-showwab.[]


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Pujian yang Membawa Petaka

"Kita banyak berteman dengan orang yang tidak kita kenal di sosial media, dengan pemahaman dan kondisi hidup yang berbeda-beda, jangan sampai dengan satu postingan kita membuat orang lain merasa iri dan memuji kita terlalu berlebih-lebihan. Pada dasarnya memuji itu boleh saja, namun dahulukan memuji Dia (Allah Swt, red) yang telah memberikan segalanya kepada kita."


Oleh. Ira Rahmatia

NarasiPost.Com-Saya ingin berbagi cerita mengenai penyakit “Ain.
Salah satu junior saya, sebut saja Zara. Ia adalah anak yang ceria dan suka membagikan aktivitasnya di media sosial. Zara adalah salah satu mahasiswi teknik kimia yang baru saja lulus kuliah. Ia berasal dari salah satu daerah di Sulawesi Selatan. Setelah kuliah, ia kemudian magang di salah satu perusahaan besar di Jakarta. Perusahaannya berlantai tiga puluh.

Pada suatu hari, ia bertemu dengan teman sekampungnya di Jakarta. Lalu temannya itu mengantarnya pergi bekerja dan timbullah decak kagum pada Zara saat melihat tempat kerjanya semegah itu. Ditambah lagi dengan story-story keseharian Zara bekerja atau training yang dapat membuat iri teman sebayanya. Juga aktivitas-aktivitas lainnya yang tidak banyak dirasakan oleh teman seangkatannya.

Tak berapa lama, Zara kembali ke kampung halamannya. Ia pun menceritakan bagaimana tempat kerjanya di Jakarta kepada orang-orang sekampungnya. Walhasil, pada suatu hari, tepatnya tanggal 16 Oktober 2019, Zara pergi makan bersama kawan-kawannya di warung yang ada di Jakarta, pada saat itu ia memakan ikan tongkol. Di sinilah ia tiba-tiba tersedak tulang ikan.

Setelah beberapa hari, tenggorokannya timbul peradangan. Ia pun pergi berkonsultasi dengan dokter yang ada di Depok. Dokter menyarankan untuk mengangkat amandelnya agar tulang ikan yang tersangkut juga bisa ikut dikeluarkan. Beberapa hari meminum obat yang diberikan dokter, ia tak merasa ada perubahan bahkan sakit terus berlanjut. Ia pun sering batuk berdahakkan darah. Tak tahan dengan kondisi itu, ia pun meminta izin pulang kampung ke pengawas lapangannya. Akhirnya ia pulang untuk berobat di kampungnya.

Setiba di kampungnya, ia diberikan obat tradisional. Selain itu, ia pun mengikuti pengobatan di berbagai pelayanan kesehatan, namun pada saat di endoskopi tidak ditemukan penyakit apa-apa.

Setelah dua bulan di rumahnya, salah satu temannya juga memberikan Teh dari Cina yang katanya bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Sebelumnya, ibu temannya itu juga sakit kista, namun setelah meminumnya selama tiga hari Alhamdulillah sembuh. Namun, ternyata bagi Zara meminum teh itu tidak berpengaruh apa-apa.

Ia kemudian mendapat rujukan ke Rumah Sakit Wahidin yang ada di Makassar. Tibalah ia di sana dan dokter mendiagnosa penyakit radangnya ialah “tongsil faringitis kronis”!.

Lanjutlah ia diarahkan lagi untuk melakukan CT Scan. Ia pun menghubungi ayahnya, namun ternyata ayahnya memilih menyerah. Sang ayah menyuruh Zara untuk kembali ke kampung saja.

Pada suatu hari, salah satu kerabatnya yang sedang menuntut ilmu di salah satu pesantren menghubunginya dan menanyakan dirinya mengapa tak berada lagi di Jakarta. Zara pun menjelaskan segala hal yang terjadi, temannya pun menyarankan untuk melakukan ruqyah mandiri. Tak lupa, ia mengirimkan Zara sebuah kitab berbentuk file pdf berisi ayat-ayat ruqiah mandiri. Zara pun mengikutinya perlahan-lahan.

Di bulan ke delapan, Zara ingin berangkat kembali ke Jakarta karena ia merasa sudah baikan. Tiket dan segala persiapan sempurna. Walhasil, sakit itu kemudian kambuh lagi di malam keberangkatannya. Apalah daya, Zara tak jadi berangkat. Malam itu, ia ia dibawa pergi berobat lagi. Kejadian seperti ini pun terjadi dua kali. Ia pun mulai merasa putus asa. Ingin menyerah pada keadaan, ia ingin mengundurkan diri dari program Magang yang bekerja sama dengan salah satu BUMN itu. Hingga pada kesempatan ketiga ia diberikan motivasi oleh ayahnya. Ayahnya berkata ajal itu sudah ditentukan kapan dan di mana ia akan berakhir.

Zara lantas berpikir, ijazah yang ditahan di kampus karena mengikuti magang ini juga pasti akan bermasalah karena mengundurkan diri sama dengan membiarkan kampusnya diblacklist dari program kementrian itu. Akhirnya ia merenung kembali, mengapa semua itu bisa terjadi. Ia pun menghubungi kembali temannya yang memberikan minuman teh herbal yang berasal dari Cina tadi. Temannya pun kemudian mengirimkan artikel tentang sebuah penyakit yang bernama “Ain”.

‘Ain adalah sebuah penyakit yang biasa muncul akibat dipuji berlebihan oleh seseorang. Ia memuji tanpa mendahulukan memuji pencipta-Nya. Ia pun akhirnya sadar akan hal yang terjadi padanya. Sebab beberapa waktu sebelumnya, ayahnya juga sempat memujinya di hadapan rekan kerja ayahnya, lalu pada malam harinya ia demam. Alhasil ia beristirahat total di rumahnya, juga tidak lagi mempublikasikan hal-hal yang membuat orang lain berdecak kagum atas prestasi-prestasinya. Hingga pada pertengahan 2020 untuk keberangkatan ketiga ia harus menyemangati dirinya untuk ikut. Walau belum sembuh total ia harus berangkat dan menyelesaikan program tersebut.

Setelah menyelesaikan programnya magangnya ia telah sadar bahwa yang telah ia alami itu sebagian akibat ulahnya sendiri yang terlalu mempublikasikan segala aktivitasnya di media sosial. Postingan-postingan kerja dan wisata yang bisa jadi membuat iri orang lain. Ia memutuskan untuk rehat selama setahun dan tidak lagi mencari kerja. Ia fokus membangun hubungan kembali dengan keluarganya yang sebelumnya jarang akrab dengannya. Kemudian ketenangan kembali menghampirinya.


Semoga sedikit cerita ini bisa memberikan kesadaran kepada kita bahwa sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, mempublikasikan segala hal yang tak perlu orang lain ketahui juga harus kita hindari.

Kita banyak berteman dengan orang yang tidak kita kenal di sosial media, dengan pemahaman dan kondisi hidup yang berbeda-beda, jangan sampai dengan satu postingan kita membuat orang lain merasa iri dan memuji kita terlalu berlebih-lebihan. Pada dasarnya memuji itu boleh saja, namun dahulukan memuji Dia (Allah SWT, red) yang telah memberikan segalanya kepada kita.

*Note : Tulisan ini saya tulis atas izin yang berangkutan dan diminta dibagikan agar menjadi pelajaran bagi kita semua.[]


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Rasulullah saw Suka Minum Susu Kambing

"Bagi mereka yang sedang ada masalah dengan kesehatannya seperti tekanan darah tinggi, kencing manis, kanker, maka mereka aman mengonsumsi susu kambing, bahkan dianjurkan untuk rutin mengonsumsinya. Susu kambing juga dinilai andal untuk proses detoksifikasi atau mengeluarkan racun dalam tubuh manusia."


Oleh. Miladiah al-Qibthiyah
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Sahabat, tahukah Anda bahwa Rasulullah saw. sangat menyukai susu kambing. Sebagai umatnya, kita sepatutnya mengikuti setiap sunah beliau. Seperti minuman susu kambing ini. Jika masih ada di antara kita yang tidak menyukainya, maka saatnya mengubah kebiasaan kita untuk mulai mengonsumsi susu kambing.

Apa pun yang disunahkan oleh beliau pasti memberi ragam manfaat untuk umatnya. Sahabat harus tahu bahwa susu kambing ini mengandung banyak sekali khasiat dan manfaatnya. Lebih dari itu, minuman susu ini juga tercatat di dalam Al-Qur'an.

Banyak dari sahabat meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah mengonsumsi susu sapi, susu kambing, maupun susu unta. Namun, Rasulullah saw. paling menyukai susu kambing dibandingkan susu unta maupun susu sapi.

Bukti Rasulullah saw. Suka Susu Kambing

Para sahabat mengisahkan ketika Rasulullah melakukan perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah, beliau lebih mengutamakan mengonsumsi susu kambing. Saat itu di Gua Tsur, Rasulullah saw. dan Abu Bakar meminum dan menikmati susu kambing.

Begitu juga ketika beliau tiba di perkemahan Ummu Ma'bad, waktu itu menjelang tiba di Madinah. Rasulullah saw. kembali menikmati minuman susu kambing. Dalam riwayat lain dikisahkan bahwa Rasulullah memerah sendiri susunya sebab saat itu Ummu Ma'bad mengatakan kalau kambing itu tidak menghasilkan susu lagi. Namun, mukjizat dari Allah terjadi ketika Rasulullah saw. mengucap basmalah dan memerah susunya, akhirnya keluarlah susu segar dari kambing Ummu Ma'bad. Bahkan susu kambing yang diperah oleh Rasulullah begitu melimpah sehingga bisa dinikmati bersama dengan Abu Bakar dan sahabat yang sedang dalam perjalanan ke Madinah.

Dalam riwayat lain, Rasulullah saw. mengatakan bahwa jangan menolak jika seseorang memberikan minuman susu. Sebagaimana dalam sebuah hadis, "Tiga hal yang tidak boleh ditolak jika diberi: bantal, minyak wangi dan susu." (HR. At-Tirmidzi, 2734)

Rasulullah saw. juga mengingatkan umatnya untuk senantiasa membaca doa ketika hendak minum susu. Doa yang diajarkan beliau adalah "Allahumma baarik lana fiihi, wa zidna minhu (ya Allah berilah keberkahan kepada kami dalam susu ini dan karuniakan kami lebih banyak dari susu ini)" karena aku tidak tahu satu pun yang bisa menggantikan makanan dan minuman melebihi susu." (HR. Abu Daud 3245, Ibnu Majah 3321, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah).

Susu dalam Al-Qur'an

Makanan dan minuman yang disukai oleh Rasulullah tercatat di dalam Al-Qur'an. Di dalam surah An-Nahl ayat 66 tercantum bahwa susu adalah salah satu minuman yang baik. Para ulama pun sepakat bahwa susu yang dimaksud dalam surah An-Nahl tersebut adalah susu hewan.

"Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum daripada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara kotoran dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya. " (TQS. An -Nahl: 66)

Khasiat Susu Kambing

Minuman susu kambing ternyata mengandung banyak nutrisi bagi tubuh, seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan kalium yang sangat baik untuk menunjang kesehatan. Saat ini, banyak yang beralih mengonsumsi susu kambing sebagai pengganti susu sapi. Sebab, kandungan kalium dalam susu kambing lebih tinggi daripada susu sapi.

Kandungan kalium membantu menstabilkan tekanan darah serta menjaga kesehatan jantung. Selain itu, kandungan probiotik di dalam susu kambing memiliki khasiat menjaga kesehatan sistem pencernaan dalam tubuh manusia.

Bagi mereka yang sedang ada masalah dengan kesehatannya seperti tekanan darah tinggi, kencing manis, kanker, maka mereka aman mengonsumsi susu kambing, bahkan dianjurkan untuk rutin mengonsumsinya. Susu kambing juga dinilai andal untuk proses detoksifikasi atau mengeluarkan racun dalam tubuh manusia.

Khasiat dari susu kambing yang lain adalah mengandung lebih banyak kalsium yang dapat menjaga dan menguatkan gigi dan tulang. Selain itu, susu kambing juga mampu meningkatkan imunitas tubuh. Kandungan selenium di dalam susu kambing adalah salah satu komponen penting dalam menjalankan fungsi sistem imun. Kandungan selenium yang terdapat di dalam susu kambing dapat membantu imunitas tubuh bekerja dengan baik sehingga dapat mencegah seseorang terkena serangan berbagai penyakit.

Meskipun begitu banyak khasiat yang dimiliki oleh susu kambing ini, namun anda disarankan berhati-hati dengan risiko dari mengonsumsi susu kambing ini. Sebab, kandungan kalori dalam susu kambing cukup tinggi, sehingga Anda harus menjaga asupan agar tidak mengalami kenaikan berat badan berlebih.

Itulah beberapa khasiat dari mengonsumsi susu kambing, selain dianjurkan oleh Rasulullah dan para sahabat, anjuran meminum susu (termasuk susu kambing) juga tercatat di dalam Al-Qur'an. Selamat menikmati![]


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Apresiasi Tinggi bagi Kaum Pelangi, Ironi!

Inilah potret bangsa yang berpandangan sekularisme. Dimana agama dipisahkan dalam kehidupan. Aturan agama telah dicampakkan. Agama dianggap candu bagi kehidupan.


Oleh. Ummu Muti'ah Aisyah
(Pegiat Literasi Muslimah Papua)

NarasiPost.Com-Beberapa waktu lalu telah terjadi perhelatan bagi seorang trangender ysng diberi nama Miss Quenn. Beberapa kontestan pun ikut meramaikannya. Akhirnya sang ratu pun terpilih. Riuh gempita menyambut sang juara. Dialah sang primadona yang menuai pro dan kontra. Pasalnya ajang ini untuk para waria. Akan tetapi, mereka diterima dengan suka cita dengan alasan hak asasi manusia. Mereka tetap berkarya, bahkan negara ikut mengapresiasi keberadaanya.

Sangat disayangkan di negara yang mayoritas muslim terbesar di dunia ini, kaum transgender eksis dan menyuarakan hak-hak mereka. Bahkan negara ikut mengapresiasi dengan membiarkan keberadaan mereka yang mengadakan ajang Miss Queen ini. Begitu juga masyarakat yang sudah mulai terbuka menerima mereka, sehingga kaum transgender ini bebas berkarya tanpa merasa berdosa. Apakah kita sudah lupa dengan azab yang ditimpakan kepada kaum Nabi Luth di dunia karena menyukai sesama jenis?

Kebebasan yang Kebablasan

Keberadaan kaum L96T ini tidak terlepas dari paham liberalisme (kebebasan) yang terlahir dari sistem sekuler saat ini. Dalam paham ini manusia dibiarkan melakukan apa saja, tanpa adanya batasan selama tidak mengganggu kebebasan orang lain. Bahkan negara menjamin ini semua atas nama hak asasi manusia.

Selain itu, negara juga melindungi kebebasan ini dalam bentuk undang-undang yang disahkan bersama. Termasuk keberadaan kaum L96T ini pun dilindungi undang-undang. Karena mereka manusia yang mempunyai hak hidup yang sama dengan yang lainnya, sehingga keberadaan mereka diakui oleh negara. Bahkan mereka diapresiasi karena mengharumkan nama bangsa di tingkat internasional pada ajang kecantikan.

Inilah potret bangsa yang berpandangan sekularisme. Dimana agama dipisahkan dalam kehidupan. Aturan agama telah dicampakkan. Agama dianggap candu bagi kehidupan. Agama hanya ada di tempat ibadah saja, sedangkan dalam mengatur kehidupan yang lain diserahkan kepada manusia, yang berbeda pemikirannya, sehingga aturan yang dibuat hanya berdasarkan kepentingan dan nafsu semata, bukan wahyu dari yang Esa.

Jika ini dibiarkan maka akan berbahaya pada kelangsungan hidup manusia di dunia. Akibatnya akan terjadi pertentangan dimana-mana, bahkan peperangan yang mengakibatkan kesengsaraan bagi umat manusia.

Oleh karena itu, sudah saatnya kita bermuhasabah dan mencari solusi untuk menyelamatkan umat dari kesengsaraan ini. Agar akidah umat tidak habis terkikis karena kedangkalan berpikir. Solusi yang tuntas yang menyelesaikan permasalahan tanpa masalah.

Melanggar Fitrah Manusia

Tak ada satu pun agama di dunia ini yang membolehkan umatnya melakukan L96T, karena perbuatan ini melanggar fitrah manusia. Sejatinya hanya ada dua jenis kelamin yang diakui, yaitu laki-laki dan perempuan. Pernikahan yang diakui pun hanya pernikahan antarjenis bukan sesama jenis. Karena tujuan dari menikah adalah melestarikan keturunan.

Walaupun ada negara yang mengakui pernikahan sejenis ini, seperti Thailand, akan tetapi tetap saja keberadaan kaum transgender ini masih dianggap aib bagi kalangan masyarakat.

Tak dimungkiri walaupun kaum trangender ini telah mengubah dirinya, tetapi mereka mempunyai keinginan untuk memiliki momongan. Bahkan di antara mereka ada yang menyewa rahim perempuan untuk anak mereka. Tentu hal ini sangat berbahaya untuk status anaknya, terutama masalah nasab anak tersebut. Karena status anak seperti ini haram hukumnya dalam Islam. Masih banyak lagi kekacauan yang disebabkan dari perbuatan ini.

Oleh sebab itu, Islam memandang perbuatan L96T ini adalah perbuatan yang dilarang. Karena melanggar fitrah manusia dan mengubah ciptaan Allah Subhanahu wa ta'ala, serta Allah melaknat pelakunya. sebagaimana hadis Rasulullah Shallallahu salam yang artinya:
"Allah melaknat wanita yang menyerupai laki-laki dan para lelaki yang menyerupai wanita." (HR. Bukhari)

Begitu juga firman Allah Swt dalam Al-Qur'an surat An-nisa ayat 1 yang menjelaskan bahwa Allah Swt menciptakan manusia itu berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan dan memperkembangbiakan dari keduanya banyak laki-laki dan perempuan.

Dengan demikian, keberadaan L96T ini sangat meresahkan, karena mereka melanggar ketentuan Allah Swt. Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh kaum Nabi Luth 'alaihissalam yang menyukai sesama jenis, sehingga mendatangkan azab dari Allah dengan membalikkan bumi mereka.

Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam harus mengubah keadaan ini. Agar mereka bertaubat dan kembali pada fitrahnya.

Islam Solusi Tuntas Setiap Masalah

Islam adalah agama dan juga ideologi (pandangan hidup), sebagai solusi berbagai permasalahan yang dihadapi manusia. Islam adalah agama yang mengurusi berbagai aspek kehidupan, mulai dari akidah, syariah, muamalah, dakwah dan juga daulah. Islam akan menyelesaikan masalah tanpa masalah dan penyelesaiannya secara tuntas dan kaffah.

Adapun dalam menyelesaikan masalah
L96T ini, Islam memiliki tiga pilar yang harus dibangun dalam menuntaskan permasalahan ini.

Pertama, harus adanya ketakwaan individu yang dibangun di masyarakat, sehingga akan terbentuk masyarakat Islam yang selalu terikat dengan hukum syara. Serta merasa takut dengan azab Allah yang ditimpakan kepada orang-orang yang melanggar larangan-Nya, seperti yang ditimpakan kepada kaum Nabi Luth 'alaihissalam. Allah Swt berfirman dalam Al- Qur'an Surat Al A'raf ayat 80-81 yang artinya:
"Dan kami juga telah mengutus Luth ketika ia berkata kepada kaumnya "Mengapa kalian mengerjakan perbuatan fahisyah (keji) itu, yang belum dilakukan oleh seorang pun sebelum kamu. Sungguh kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesama lelaki itu, bukan kepada perempuan. Kamu benar-benar kaum yang melampaui batas."
( QS. AL-Araf ayat 80-81)

Kedua, adanya kontrol masyarakat terhadap permasalahan yang terjadi. Dalam hal ini masyarakat harus selalu beramar makruf nahi mungkar agar dapat mengontrol jika ada anggota masyarakat yang berbuat kemungkaran atau kemaksiatan.

Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah yang artinya:
"Barang siapa yang melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya, dan jika tidak mampu, maka ubahlah dengan lisannya. Dan jika tidak mampu maka ubahlah dengan hatinya, dan itulah selemah lemahnya iman."
( HR. Muslim )

Ketiga, harus ada peran negara sebagai penegak hukum bagi yang melanggar aturan. Dalam hal ini negara akan menerapkan syariat Islam secara sempurna dalam setiap aspek kehidupan, sehingga setiap aturan dan undang-undang yang dibuat berdasarkan syariat Islam, yang bersumber dari Al-Qur'an, Al-Hadis, ijma' sahabat dan qiyas. Jika terdapat persoalan baru maka akan digali hukumnya melalui ijtihad para mujtahid, sehingga didapatkan hukum bagi persoalan tersebut.

Negara juga akan menerapkan aturan berpakaian bagi laki-laki dan perempuan sesuai syariat. Adapun bagi perempuan harus menutup aurat secara sempurna dan jika keluar rumah harus memakai jilbab dan kerudunng. Begitu juga bagi laki-laki harus menutup aurat. Serta laki-laki dilarang berpakaian seperti perempuan dan sebaliknya perempuan dilarang berpakaian menyerupai laki-laki.

Islam juga melarang tidur dalam satu selimut. Anak-anak yang sudah berumur 10 tahun wajib dipisahkan tempat tidurnya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi keterikatan pada sesama jenis. Selain itu, negara juga mempunyai aturan hubungan lelaki dan perempuan, seperti dilarang campur baur (ikhtilat), berdua-duaan (khalawat) dan berinteraksi yang tidak dibolehkan oleh syara, kecuali dalam pendidikan kesehatan dan perdagangan.

Jika terjadi kasus perzinaan, maka pelakunya akan dihukum sesuai syariat Islam, yaitu dirajam sampai mati bagi yang sudah menikah( muhsan), dan dicambuk 100 kali serta diasingkan selama setahun bagi yang belum menikah ( lghairu muhsan). Adapun jika terjadi kasus liwath (hubungan sesama jenis), maka akan diberi sanksi sesuai syariat. Rasulullah shalallahu wassalam bersabda yang artinya:
"Dilaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Nabi Luth (homoseksual)."
(HR. Tirmidzi dan Ahmad dari Ibnu Abbas)

Rasulullah juga bersabda: "Barangsiapa yang kalian dapati sedang melakukan perbuatan kau Luth, maka bunuhlah keduanya."(HR. Bukhari, Muslim, termidzi dan Ahmad)

Sedangkan dalam kasus transgender, Islam sangat melarang ini dan mengharamkannya. Karena hal ini mengubah ciptaan Allah dengan mengubah alat kelamin. Berbeda dengan kasus terhadap orang-orang dengan kelamin ganda (khuntsa Al Musykil), yaitu orang-orang yang pada waktu lahir diketahui memiliki kelamin ganda, yakni perempuan dan laki-laki atau tidak memiliki kelamin sama sekali. Ada pula sewaktu lahir berkelamin identik perempuan, tetapi setelah beranjak dewasa kelamin berubah menjadi lelaki maupun sebaliknya. Maka, akan dilakukan serangkaian pemeriksaan medis, kemudian akan dilakukan operasi sesuai dengan hasil dari pemeriksaan tersebut. Operasi ini ditujukan untuk menghidupkan alat kelamin yang sesuai dengan keadaan dan fungsi bagian dalam.

Operasi seperti ini dibolehkan oleh Islam karena bukan menyalahi kodrat, tetapi justru keadaan darurat. Bahkan dianjurkan, untuk menentukan hukum bagi orang tersebut, laki-laki atau perempuan.

Demikianlah Islam memberikan solusi dalam menyelesaikan permasalahan L96T ini. Islam begitu tegas dalam menjatuhkan hukuman bagi pelakunya. Karena hukuman dalam Islam terdapat efek jera dan juga sebagai penebus dosa. Namun semua itu hanya bisa diterapkan oleh negara yang menerapkan syariat Islam dalam mengurusi rakyatnya. Karena di dalam Islam masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki pemikiran, perasaan, dan peraturan yang sama, yaitu Islam.

Wallahu A'lam Bishawab[]


Penataan Ruang dalam UU Cipta Kerja: Kian Melebarkan Sayap Bisnis Korporasi

Produk hukum dalam sistem kapitalisme terbukti cacat dan mudah berubah mengikuti kepentingan penguasa dan pengusaha dengan dalih investasi. Hal ini wajar, mengingat negeri ini telah berubah menjadi negara korporatokrasi, di mana sistem politik dan ekonomi dikendalikan oleh korporasi, sedangkan penguasa sebagai bonekanya.


Oleh. Nurjamilah, S.Pd.I.
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Penataan tata ruang suatu negara idealnya mampu mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, berkelanjutan, serta memperhatikan hak-hak dasar makhluk ekologis. Namun, atas nama investasi dan perluasan lapangan pekerjaan, penataan ini akhirnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan UU Cipta Kerja. Tentu saja, ini menimbulkan gesekan dan ketidaksesuaian di tengah masyarakat. Sehingga, pemerintah menggawangi terbitnya PP No.43 Tahun 2021 untuk menyolusikan persengketaan tersebut.

Diwartakan dari pikiranrakyat.com (07/09/2021) bahwa terjadi alih fungsi lahan yang sangat signifikan di wilayah Jawa Barat. Bahkan, sumbangan pertanian wilayah ini merosot, hanya 9% yang mampu disetorkan ke pusat. Sementara, sumbangan industri mencapai 40%. Ini yang dinamakan provinsi industri yang kebablasan.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendata ada 150 ribu hektare lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi nonpertanian. Bukan hanya terlibas menjadi perumahan masyarakat, namun juga disulap menjadi kawasan industri dan jalan (cnnindonesia.com, 30/03/2021).

Proyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) merampas 2.550 hektare lahan pertanian, hampir 900 KK kehilangan pekerjaan sebagai petani dan buruh tani. Bahkan, menurut Agustian Hidayat Kepala Dusun dari 4 desa di Cikalong Wetan Jawa Barat, warga kampung ini mengalami kesulitan air bersih akibat pembangunan proyek KCJB (kompas.com, 02/03/2021).

Lantas, bagaimana sebenarnya pengaturan rencana tata ruang wilayah di negeri ini? Apa dampaknya bagi masyarakat khususnya kaum perempuan? Bagaimana upaya pemerintah dalam menyelesaikan ketidaksesuaian rencana tata ruang ini? Serta bagaimana pengaturan tata ruang yang ideal dalam kacamata Islam?

Lika-liku RTRW

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan produk dari rencana umum tata ruang nasional. Namun, digolongkan lagi menjadi dua berdasarkan ruang lingkupnya yakni Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK).

Secara global, Indonesia mengacu pada politik hukum internasional yang berasal dari berbagai Konferensi Internasional seperti Deklarasi Stockholm tahun 1972, Deklarasi Rio de Janeiro tahun 1992, dan Deklarasi Johannesburg tahun 2002. Kemudian diejawantahkan dalam UU Penataan Ruang (PR) tahun 1992, diganti dengan UU PR No. 26 tahun 2007. Tahun lalu, bertransformasi menjadi UU Cipta Kerja No. 11 Pasal 16 Tahun 2020. Terbaru, terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) No. 43 tahun 2021 untuk penanganan ketidaksesuaian RTRW.

Menurut UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, ada empat metode yang digunakan dalam proses pemanfaatan ruang agar tetap terkendali, di antaranya peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pemberlakuan sanksi. Semua ini dibahas dalam RTRW. Rencana tata ruang berlaku selama 20 tahun dan dapat ditinjau kembali setiap 5 tahun.

Kondisi Riil Sebelum PP Terbit

Kondisi ideal dalam pengaturan tersebut pada faktanya hanya isapan jempol. Pada praktiknya, RTR dapat diubah-ubah sesuai kepentingan dan suasana politik pemerintah. Ketidakpastian ini berdampak pada tidak jelasnya arah perwujudan RTR, yang diharapkan 20 tahun ke depan akan mampu mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Kenyataannya, jauh panggang dari api.

Salah satu bukti konkret adalah pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Proyek ini tidak direncanakan dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional, Peraturan Pemerintah Daerah Jawa Barat No. 22 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi, dan RTRW Kabupaten/Kota yang akan dilintasi. Bukan sulap bukan sihir, KCJB menjelma menjadi proyek siluman.

Hal tersebut mengindikasikan adanya pemaksaan kepentingan pusat kepada daerah. Daerah dipaksa mengakomodasi proyek KCJB menjadi rencana penggunaan ruang daerah. Bahkan, menurut pakar hukum ada pelanggaran berlapis yang bisa dikenai sanksi berupa denda atau pidana. Aturan yang dilanggar di antaranya UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; PP No.27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan; dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012 Tahun tentang Pedoman Penyusunan Dokumen AMDAL (Kontan.co.id, 16/06/2021).

Namun, sayangnya semua unsur pelanggaran itu tidak dapat diberlakukan karena terbitnya Peraturan Presiden No. 26 Tahun 2015. Walhasil, segala peraturan tadi kehilangan taring dan wibawanya. Miris.

Dampak Disahkannya UU Cipta Kerja (Omnibus Law)

UU Ciptaker resmi disahkan pada 2 November 2020. Hal ini memberikan efek yang sangat besar pada berbagai lini kehidupan, termasuk pada RTRW. Awalnya RTRW mengacu pada UU Penataan Ruang No. 26 tahun 2007. Namun, bertransformasi menjadi UU Cipta Kerja No. 11 Pasal 16 Tahun 2020.

Setidaknya ada 38 pasal aturan tata ruang yang diubah, dihapus, dan ditambahkan. Di antaranya berubahnya klausul izin menjadi kesesuaian; kewenangan gubernur dan bupati dipangkas; aturan tata ruang desa ditiadakan; klausul ‘mengajukan tuntutan’ raib berganti menjadi ‘mengajukan keberatan’; dan pidana korporasi dikorting, awalnya dikenakan denda 3 kali lipat dari denda untuk individu pelanggar, kini denda yang diberlakukan pada korporasi hanya satu pertiga saja dari denda individu. Dapat dikatakan UU Cipta Kerja menyulap aturan RTRW agar memudahkan jalan investasi bagi investor.

Latar Belakang Terbitnya Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 2021

Omnibus Law tak hanya melahirkan UU Cipta Kerja No. 11 Pasal 16 Tahun 2020 tentang tata ruang. Namun, turut mendorong terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) No. 43 tahun 2021 tentang penyelesaian ketidaksesuaian tata ruang, kawasan hutan, izin dan/atau hak atas tanah. Berdasarkan PP ini, ketidaksesuaian yang mungkin terjadi antara berbagai pihak yakni antara pusat dan daerah, pemprov dan pemda, kementerian, badan usaha dan masyarakat ditangani dan ditetapkan oleh kementerian terkait, misalnya menteri agraria/tata ruang, kelautan dan perikanan, kehutanan dan lain sebagainya.

Tak berlebihan, jika banyak pihak yang menduga PP ini ditunggangi kepentingan pusat (keputusan serba menteri dan presiden). Memungkinkan menteri yang merangkap pengusaha melakukan abuse of power, tindak korupsi, bahkan cenderung disetir oleh pihak tertentu (korporasi) dalam mengatur RTRW. Alih fungsi lahan dan hutan menjadi tak terelakkan, sehingga menimbulkan konflik yang merugikan masyarakat dan lingkungan.

Sebab dan Dampak Ketidaksesuaian RTRW

Banyak hal yang menyebabkan ketidaksesuaian RTRW yakni rendahnya produk tata ruang; adanya konflik kepentingan dari berbagai pihak; pemaksaan kehendak pusat atas daerah; kondisi politik, ekonomi, dan hukum dalam pemerintahan; peningkatan PAD (Pendapatan Asli Daerah); dan rendahnya penegakan hukum.

Sehingga, dampak ketidaksesuaian RTRW adalah adanya alih fungsi lahan (area persawahan menjadi pemukiman, kawasan industri, jalan tol, bendungan). Sehingga produksi pangan turun, kesediaan pangan berkurang, gizi buruk (distribusi pangan tidak jelas), generasi lemah dan mudah didikte. Akhirnya mengandalkan impor, negara kembali terjajah oleh dominasi negara lain dan sulit bangkit.

Parahnya, alih fungsi lahan itu menyebabkan kerusakan lingkungan. Sehingga, memicu terjadinya bencana alam yang bisa menerjang negeri ini kapan saja. Kalau sudah begini, siapa yang dirugikan?

Bukan hanya itu, lagi-lagi perempuan kena imbasnya. Perempuan diberdayakan menjadi bagian dari aset perekonomian seperti bekerja di hotel, mengelola home stay, memasarkan produk UMKM, dan berperan dalam terbentuknya desa wisata. Bahkan, eksploitasi sisi feminitas perempuan tak bisa dihindarkan, seperti kampung prostitusi, area lokalisasi baru (Pantura), desa pelacur, human trafficking, kawin kontrak, dan lain sebagainya. Miris, perempuan kembali menjadi korban, termarginalkan dari segi upah dan terjadi konflik batin.

Kapitalisme Melahirkan Produk Cacat

Produk hukum dalam sistem kapitalisme terbukti cacat dan mudah berubah mengikuti kepentingan penguasa dan pengusaha dengan dalih investasi. Hal ini wajar, mengingat negeri kita ini telah berubah menjadi negara korporatokrasi, di mana sistem politik dan ekonomi dikendalikan oleh korporasi, sedangkan penguasa sebagai bonekanya.

Oleh karena itu, berapa pun UU dan aturan yang dilahirkan sistem ini, sejatinya tak akan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Karena untung rugi menjadi patokan dalam menyusun berbagai kebijakan. Bagai menegakkan benang basah, jika kita masih berharap kebaikan pada sistem cacat ini.

Tak ada masalah yang tak ada jalan keluarnya. Jika kita mau berpikir out of the box, maka kita akan menemukan solusi cemerlang dari sistem yang telah menjadi penerang jagat raya ini selama 13 abad lamanya, yakni Islam.

Tata Ruang dalam Islam

Islam merupakan agama sekaligus ideologi, yang memancarkan aturan dari akidahnya. Kesempurnaan aturannya mampu memberikan jalan keluar bagi setiap permasalahan. Semua tertata begitu rapi. Khilafah sebagai institusi negaranya, mampu mengeksekusi setiap permasalahan berdasarkan tuntunan hukum syarak.

Begitu pula dengan pengaturan tata ruang, maka Islam berpijak pada konsep pemilikan dalam Islam. Kepemilikan (Al-Milk) berasal dari bahasa Arab, akar katanya ‘malaka’ artinya penguasaan terhadap sesuatu. Secara syar’i, bermakna kekhususan seseorang terhadap harta yang diakui syariat, sehingga menjadikannya legal mengambil manfaat dan mengelolanya. Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Maidah ayat 120, “Kepunyaan Allah-lah kerajaan di langit dan di bumi, dan apa yang ada di dalamnya, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Islam memandang ada tiga jenis kepemilikan, yakni kepemilikan individu, umum, dan negara. Kepemimpinan individu (private property) adalah izin dari Allah Swt. untuk memanfaatkan harta bagi individu seperti uang, rumah, mobil, barang tambang dengan jumlah sedikit dan lainnya.

Sedangkan kepemilikan umum (public property) adalah izin dari Allah Swt. untuk memanfaatkan harta secara bersama-sama oleh masyarakat. Di antaranya harta yang menjadi hajat hidup orang banyak seperti air, padang rumput, dan lain-lain; bentuk benda yang tak bisa dikuasai individu seperti jalan, danau, sungai, jembatan, dan lainnya; serta barang tambang dalam jumlah besar kapasitas produksinya.

Sementara, kepemilikan negara (state property) adalah jenis harta yang pengelolaannya diserahkan kepada kepala negara (khalifah) seperti jizyah, ghanimah, kharaj, dharibah, dan lain sebagainya. Namun, hasilnya sepenuhnya digunakan untuk kemaslahatan umat.

Hukum kepemilikan ini bersifat ajek alias tak bisa diubah-ubah sesuai kepentingan manusia. Sebab, ini merupakan ketentuan Allah Swt. Lihatlah bagaimana ketegasan Khalifah Umar ra. yang pernah mengambil kembali tanah milik salah satu sahabat karena telah menelantarkan tanah selama tiga tahun. Abu Ubaid telah mengeluarkan sebuah riwayat di dalam kitab Al-Amwal dari Bilal bin Al-Harits Al-Muzni ra., “Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah memberikan lembah secara keseluruhan. (Bilal berkata): Pada masa Khalifah Umar, ia berkata kepada Bilal, “Sesungguhnya Rasulullah saw. tidak memberikan lembah itu kepadamu sekadar kamu pagari sehingga orang-orang tidak bisa mengambilnya. Akan tetapi, beliau memberikannya kepadamu agar kamu garap. Karena itu, ambillah bagian tanah tersebut yang sanggup kamu garap, dan sisanya kami kembalikan.”

Begitu pula ketika mulai menata wilayah di Irak, Khalifah Umar bin Khattab ra. menghitung potensi dan kategori tanah, ruang, serta makhluk ekologis yang ada di sekitarnya. Kemudian melakukan pembangunan dengan memperhatikan kebutuhan, kenyamanan, dan keamanan masyarakat. Bukan, dengan hitungan bisnis.

Berpijak dari hukum kepemilikan dan pemetaan potensi tanah inilah dirancang penataan ruang wilayah. Tentu saja, pembangunan yang dilaksanakan tidak akan merampas kepemilikan individu masyarakat seperti penggusuran yang semena-mena serta memperhatikan kemaslahatan umat dan lingkungan.

Perintis Tata Kota Era Klasik

Abi Al-Rabi’a dan Ibnu Al-Azraq merupakan intelektual muslim yang berjasa dalam merintis tata kota era klasik pada zaman kekhilafahan sebelumnya. Prinsip utamanya adalah sustainability (berkelanjutan) dan pemerataan pembangunan yang memadai. Gambaran secara umum bahwasanya sebuah wilayah harus memiliki rancangan pengaturan kawasan pemukiman, masjid, sekolah, perpustakaan, taman, sumber air minum, tempat bekerja, sanitasi, tempat komersial, tempat singgah untuk musafir, industri, hingga tempat pemandian umum yang terpisah bagi laki-laki dan perempuan. Bahkan, pemakaman umum dan pengelolaan sampah tak ketinggalan.

Tentu saja, masjid menjadi pusat kota dan bangunan publik mengitari masjid. Masyarakat tidak perlu menempuh perjalanan jauh untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, menuntut ilmu, dan bekerja. Sebab, semua ada dalam jangkauan perjalanan kaki yang wajar.

Memberi kemudahan dalam akses air, sumber ilmu dan kehidupan, serta mengatur jumlah penduduk dengan jumlah masjid dan fasilitas umum lainnya agar memberikan kenyamanan bagi masyarakat. Bahkan, harus memperhatikan kondisi topografi dan geografi (mitigasi bencana) serta terkondisi dengan cuaca yang baik dan udara segar. Wilayah pun harus aman dan terlindungi dari serangan musuh (membangun benteng yang kokoh).

Wilayah atau kota dijadikan sebagai pusat intelektual dan membekali keterampilan masyarakat. Tak lupa, menjaga hubungan dengan wilayah sekitarnya (penyokong) misalnya wilayah agraris. Agar tercipta keseimbangan dan kemaslahatan satu dengan yang lainnya.

Khatimah

Sudah saatnya kita kembali pada Islam yang telah memberi tuntunan dalam menata kehidupan termasuk tata ruang wilayah. Khilafah mengelolanya dengan prinsip pelayanan, bukan mencari keuntungan. Kita akan dapati pembangunan yang mampu mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, berkelanjutan, serta memperhatikan hak-hak dasar makhluk ekologis. Inilah solusi yang semakin dirindukan kehadirannya.

Wallahu’alam bi ash-shawwab. []


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Saat Lelah Mendera Pengemban Dakwah

"Lantas, apakah kita tidak boleh lelah? Tentu saja boleh, akan tetapi kita tidak boleh berlarut-larut dalam rasa lelah. Jangan sampai rasa lelah membuat kita lemah, goyah, kalah, dan akhirnya menyerah. Marilah kita lawan rasa lelah yang membuncah dengan upaya dan juga dengan doa."


Oleh. Atien

NarasiPost.Com-Sebagai manusia biasa yang lemah dan penuh keterbatasan, pasti pernah merasakan lelah. Lelah dengan aktivitas keseharian, lelah dalam menghadapi masalah keluarga, lelah mengurus orang tua, anak, maupun suami. Semua orang pasti pernah mengalami titik terendah dalam kehidupan ini, tidak terkecuali para pengemban dakwah.

Sebagai pengemban dakwah, selain sibuk dengan urusan rumah, juga sibuk dengan urusan keumatan. Kesibukan yang bagi sebagian orang mungkin bukan sesuatu yang penting. Untuk apa mengurusi umat, urusan keluarga saja masih banyak yang harus diselesaikan. Masalah umat sudah ada yang mengurusi. Sudah ada porsinya masing-masing. Kita bukan siapa-siapa, kita ini hanya rakyat kecil. Sudah cukup pusing dengan urusan kita sendiri.

Pemikiran seperti itu wajar, bagi mereka yang belum mengetahui, belum mengkaji dan belum memahami. Akan tetapi, akan menjadi sesuatu yang berbahaya apabila pemikiran itu sampai menimpa para pengemban dakwah. Menimpa orang-orang yang sudah mendapatkan pembinaan, tsaqafah dan pemahaman tentang Islam.

Bukankah dakwah itu sebuah kewajiban yang mulia? Yang akan membawa keberkahan, keselamatan dan rahmat bagi seluruh alam. Dakwah adalah aktivitas para nabi dan rasul yang mampu membuat kehidupan gelap gulita berubah menuju kehidupan terang benderang.

Dakwah juga aktivitas yang paling baik, karena dakwah adalah menyampaikan kebenaran Islam. Hal itu sesuai dengan firman Allah Swt. yang artinya, "Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, "Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)"? (TQS. Fussilat [41]: 33).

Alangkah meruginya jika kita melewatkan detik demi detik kehidupan kita dari perkataan yang paling baik. Perkataan yang begitu disukai dan diridai oleh Allah. Oleh karena itu, alangkah beruntungnya jika bibir kita selalu basah dengan perkataan yang baik.
Hanya saja tidak serta-merta orang mau mendengarkan ucapan baik kita. Mungkin bibir kita pun sudah berbuih-buih, tetapi tidak ada respons. Akhirnya kita merasa apa yang kita lakukan sia-sia, menyita waktu dan ternyata tidak menghasilkan apa-apa. Hanya ada lelah yang tersisa. Menciptakan keputusasaan yang membuat hati resah.

Lantas, apakah kita tidak boleh lelah? Tentu saja boleh, akan tetapi kita tidak boleh berlarut-larut dalam rasa lelah. Jangan sampai kita lengah, abai atau sampai lalai dari aktivitas dakwah. Jangan sampai rasa lelah membuat kita lemah, goyah, kalah dan akhirnya menyerah. Marilah kita lawan rasa lelah yang membuncah dengan upaya dan juga dengan doa.

Berdakwah atau tidak, masalah pasti selalu ada. Dalam berdakwah juga datang ujian. Ujian itulah yang akan menempa kita, membuat kita semakin yakin dengan jalan yang kita pilih. Jalan yang akan membawa kita kepada kenikmatan surga. Hanya saja, jalan menuju surga itu memang tidak mudah. Sebelum kita mendapatkan berbagai cobaan dalam berdakwah jangan harap kita bisa masuk surga. Allah Swt. berfirman yang artinya: "Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum datang cobaan kepada kalian, sebagaimana halnya orang-orang sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta diguncangkan dengan (berbagai cobaan)". (TQS. Al-Baqarah [2]: 214).

Dengan berdakwah kita juga sedang berupaya untuk mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Kita menjaga diri dari azab dan murka Allah Swt. Azab tersebut tidak hanya menimpa kepada orang-orang yang berbuat dosa dan kemaksiatan saja, tetapi akan menimpa orang-orang yang beriman di sekitarnya. Mengapa demikian? Karena orang-orang yang beriman tersebut berdiam diri dari dosa dan kemaksiatan itu. Tidak ada yang mau berdakwah untuk mengingatkan agar kembali ke jalan Allah.
Sebagaimana firman Allah yang artinya: "Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya." (TQS. Al-Anfal: [8]: 25).

Marilah kita renungkan firman Allah tersebut. Betapa kita akan merugi jika kita hanya diam tanpa berbuat apa-apa dengan segala kemaksiatan dan dosa yang terus merajalela. Kemaksiatan yang terus menerus terjadi karena tidak diterapkannya aturan Islam secara menyeluruh. Sebagai pengemban dakwah, mari kita segera melangkah untuk bergegas. Selagi ada kesempatan, waktu dan umur yang Allah berikan. Kita lawan rasa lelah yang mendera. Lelah akan jadi lillah, jika diiringi rasa ikhlas. Lelah kita akan berbuah berkah yang melimpah. Mari terus berjuang di jalan dakwah demi tegaknya Islam kaffah.

Wallaahu 'alam.[]

Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Antara AUKUS vs Tiongkok, Bagaimana Nasib Indonesia?

"Dalam pandangan Islam, politik luar negeri seharusnya menjadi representasi dari akidah Islam yang mengharuskan menyebarluaskan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia, sehingga hubungan dengan negara-negara lain di bidang politik, ekonomi dan sebagainya, menjadikan dakwah Islam sebagai asas pada setiap tindakan dan kebijakan yang diambil. Oleh karena itu, seharusnya jika terjadi perebutan pengaruh politik oleh negara asing di wilayah kekuasaan kaum muslimin, Khilafah melindungi wilayah tersebut dengan jihad."


Oleh. Ummu Nailah

NarasiPost.Com-Dinamika yang terjadi di Indo-Pasifik beberapa waktu belakangan ini, semestinya menjadi alarm bagi Indonesia agar tetap waspada. Bagaimana tidak, situasi di Indo-Pasifik menjadi sorotan sejak terbentuknya AUKUS.

Meski pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, telah menyampaikan keprihatinan dan mengingatkan Australia untuk menjaga stabilitas kawasan, namun apakah langkah Indonesia ini sudah cukup dalam menyikapi terbentuknya AUKUS?

Menurut Pakar Hubungan International Sinergy Policies, Dinna Prapto Raharja, menyatakan bahwa dinamika di kawasan ini sangat aktif, pertumbuhan ekonomi dunia tetap hingga 10 tahun ke depan di sini. Tiongkok sebagai satu kekuatan besar di kawasan, terus berkembang besar secara ekonomi juga membangkitkan perasaan tidak nyaman dari negara-negara besar yang secara konvensional sudah memiliki posisi di kawasan. Dengan demikian, tampak bahwa Indonesia agak terlambat sebenarnya posisinya merespons hal ini.

Indonesia jangan hanya fokus di militernya saja, karena jika dibesar-besarkan maka akan memancing perlombaan senjata di kawasan. Justru bisa jadi Australia tengah memancing respon keras dari indonesia.” ujarnya.

Indonesia pada posisinya, seharusnya tidak melupakan bahwa isu AUKUS bukan melulu bicara militer, tapi juga bicara terkait perdamaian di kawasan sebab erat kaitannya kemanusiaan. Sebab semua akan merasakan dampak bukan hanya pada masalah ekonomi, tetapi penghidupan jika terjadi perlombaan militer di kawasan. Juga terkait prediksi akan terjadi perpecahan ASEAN, tampak kini terjadinya jauh lebih cepat dari perkiraan.

Namun, kondisi Indonesi tengah terhimpit pertarungan dua kekuatan besar, yaitu Cina dan AS, juga ketidakberdayaan Indonesia menghalau kapal-kapal Asing yang berseliweran di perairan Natuna Utara yang merupakan wilayah Indonesia. Sungguh menyedihkan, bahwasanya negeri-negeri muslim hari ini tak bisa berbuat apa-apa selain hanya manut pada kebijakan internasional para penjajah.

Dalam pandangan Islam, politik luar negeri seharusnya menjadi representasi dari akidah Islam yang mengharuskan menyebarluaskan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia, sehingga hubungan dengan negara-negara lain di bidang politik, ekonomi dan sebagainya, menjadikan dakwah Islam sebagai asas pada setiap tindakan dan kebijakan yang diambil. Oleh karena itu, seharusnya jika terjadi perebutan pengaruh politik oleh negara asing di wilayah kekuasaan kaum muslimin, Khilafah melindungi wilayah tersebut dengan jihad. Khilafah menunjukkan kekuatan dan eksistensinya di wilayah tersebut sehingga peluang pihak asing untuk berkuasa akan tertutup.

"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)." (TQS a. Anfaal : 60)

Sebagaimana Rasulullah saw melatih tentara dan mempersiapkan alutsista (alat utama sistem pertahanan) untuk berjihad melawan siapa saja yang menghalangi dakwah Islam. Rasulullah saw. terus berusaha menaikkan level politik negaranya untuk bisa sampai pada posisi pemain utama dunia. Dengan demikian, negara Islam akan mampu menentukan sikapnya berdasarkan akidah Islam, serta mampu menyebarkan dakwah Islam ke seluruh dunia.

Oleh karena itu, Indonesia sebagai negeri muslim, dengan kekayaan SDM dan SDA yang melimpah, seharusnya bisa menjadi negara yang memimpin dan mengarahkan kawasan untuk lepas dari penjajahan. Hal ini hanya bisa dicapai dengan kesadaran penuh Indonesia atas posisi dan potensi strategis yang dimilikinya, serta mengadopsi Ideologi Islam dalam membangun politik luar negerinya.[]


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Hawariyyun Nabi, Zubair bin Awwam

"Segala pengorbanannya telah menunjukkan kualitas keimanan dan kemuliaan seorang Zubair bin Awwam. Hingga ia mendapat jatah bertetangga dengan Rasul di surga nanti."


Oleh. Dia Dwi Arista
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Sebaik-baik umat pernah hidup di dunia ini. Mereka tak menggubris keelokan dunia, mereka lebih tertarik dengan kemegahan akhirat. Mereka sadar dengan sepenuh hati jika dunia hanya tempat singgah yang fana sedang akhiratlah tempat kembali dengan keabadiannya. Dunia bagi mereka hanyalah persinggahan, namun rumah sebenarnya berada setelah kematian.

Merekalah para sahabat Nabi, di tengah-tengah mereka Nabi hidup dan berjuang. Agama ini takkan tersebar luas andaikan mereka bukanlah orang yang setia, setia dalam suka dan duka bersama membangun sebuah peradaban mulia. Tubuh merekalah yang menjadi tameng hidup Nabi dalam setiap pertempuran. Namun, salah seorang sahabat mendapat gelar kehormatan dari sang Baginda, sebagai seorang hawariyyun, penolong Nabi. Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadis yang berbunyi, "Setiap Nabi itu punya seorang Hawariyyun (penolong). Penolongku adalah Az-Zubair."

Begitu indah ketika sebuah nama masuk dalam sebutan Nabi, apalagi dengan pujian. Setiap pujian Nabi bukanlah sekadar pujian kosong. Namun telah diamini oleh Sang Pencipta. Hal itu membuktikan kualitas diri bagi yang menerima pujian. Pujian itu pun dibuktikan oleh Zubair bin Awwam, dengan menjadikan tubuhnya sebagai tameng hidup bagi Rasulullah. Bahkan sahabat yang melihat tubuh Zubair pun akan terkejut melihat banyaknya bekas luka yang tersayat di tubuhnya. Itulah bukti nyata pujian Nabi bagi Zubair.

Asal-Usul Zubair bin Awwam

Zubair bin Awwam adalah anak dari Awwam bin Khuwailid, saudara Khadijah. Ibu Zubair bernama Shafiyyah binti Abdul Muthallib, bibi Nabi Muhammad saw. Bahkan istri Zubair yang bernama Asma binti Abu Bakar adalah saudara Aisyah binti Abu Bakar. Dengan demikian kekerabatan Zubair dan Nabi terjalin dengan kental. Bisa dikatakan jika Zubair adalah keponakan sekaligus ipar Nabi Muhammad saw.

Zubair memperoleh keislaman dalam usia muda. Ketika berumur 15 tahun, ia mendapat hidayah setelah mendengar dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Melalui Abu Bakarlah Zubair menerima keislamannya dan menjadi Assabiqunal Awwalun (orang-orang yang pertama masuk Islam).

Sepak Terjang Az-Zubair

Sebagaimana sahabat lainnya, ketika Zubair masuk Islam pertentangan dan penyiksaan juga tak menghindar darinya. Bahkan pelakunya adalah paman Zubair sendiri. Ia dimasukkan ke dalam tikar yang tergulung, kemudian dinyalakan api yang mengeluarkan asap, tak dimungkiri asap yang terjebak dalam ruangan membuat Zubair kehilangan udara segar, hanya sesak yang terasa. Namun, dalam keadaan seperti itu, ia tetap teguh memegang Islam sebagai agamanya.

Kecintaan Zubair pada Nabi takkan bisa dilukiskan dengan kata, ia hanya merajutnya dengan senantiasa berdekat-dekat dengan Nabi, menjadi orang pertama yang hadir ketika mendengar Nabi telah terbunuh. Sebelum ia sadar berita hoaks yang berkembang, ia telah menghunus pedangnya, bersumpah akan membalas semua orang Makkah. Nabi pun terharu dengan kesetiaan Zubair, hingga beliau mendoakan kebaikan untuknya.

Ketaatan Zubair pada Nabi pun tak perlu diragukan, ketika terjadi perang Khandaq yang membawa kaum muslim dalam keadaan kritis, Nabi bertanya siapa di antara mereka yang mengajukan diri untuk melibas penghianat dari kaum Yahudi Quraizah, Az-Zubairlah menjadi sahabat pertama yang pergi untuk menjawab pertanyaan Nabi dan kembali dengan menggenggam kemenangan dari Bani Quraizah.

Pengorbanan Zubair dalam menggadaikan nyawanya demi Islam tak sampai di sana. Ia yang merupakan seorang pedagang sukses, tak jarang menginfakkan ribuan dinar untuk kepentingan kaum muslim. Dalam buku Kisah-Kisah Terpuji Asmaul Husna, salah seorang sahabat berkata, "Zubair memiliki 1000 macam kekayaan yang digunakannya untuk berdakwah. Namun, tidak ada satu dirham pun masuk ke rumahnya." Bahkan ketika ia wafat masih menyisakan utang.

Zubair merupakan orang yang amanah, hingga rumahnya menjadi penitipan harta orang lain, namun ia menganggap semua titipan itu adalah utang. Sebuah titipan jika hilang maka bukan tanggung jawab bagi yang tertitipi, namun hal ini tak berlaku bagi Az-Zubair. Sebab, ia menganggap titipan adalah utang, maka hilang atau tidak harta titipan tersebut ia selalu menggantinya. Maka tak heran ketika Zubair wafat masih menanggung utang.

Tetangga Rasul di Surga

Segala pengorbanannya telah menunjukkan kualitas keimanan dan kemuliaan seorang Zubair bin Awwam. Hingga ia mendapat jatah bertetangga dengan Rasul di surga nanti. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Tirmidzi beliau bersabda, "Thalhah dan Zubair, keduanya adalah tetanggaku di surga".

Sebuah anugerah bisa berkumpul bersama Rasulullah di dunia maupun di akhirat. Demikianlah kualitas para sahabat Nabi. Bersama mereka dakwah dimulai, dari bersembunyi hingga terang-terangan. Dari segala canda, tangis, syukur hingga kesulitan-kesulitan yang kerap mereka hadapi. Pun dari satu penyiksaan ke penyiksaan lain, boikot yang serasa mencekam di bukit Abu Thalib, hingga terbebasnya mereka dari kekangan kafir Quraisy dengan hijrah ke Madinah. Menuju terterapnya hukum Islam yang mulia. Pengorbanan mereka pun terganjar dengan surga. Bahkan, sepuluh sahabat mendapat jaminan tanpa hisab, surga tempat kembalinya. Inilah sabda Nabi sebagai tiket emas menuju tempat kembali, "Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Az-Zubair di surga, Abdurrahman di surga, Saad (bin Abi Waqqash) di surga, Said (bin Zaid) di surga, Abu Ubaidah bin Jarrah di surga." (HR. Tirmidzi no. 3747). Allahu a'lam bis-showwab.


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Jomlo Istimewa

Kenapa tindakan para jomlo serta dukungan dari para kapitalis dunia, seakan tak menghormati kehormatan manusia? Hal yang seharusnya nggak patut membuat 'malu' malah dijadikan alasan untuk kemaksiatan dan mencari keuntungan. Logikanya ke mana?


Oleh. Mi'ratul Lailiyah
(Pegiat Kajian Remaja)

Guys, tau nggak sih jika status jomlo zaman now dianggap sangat memalukan, karena selain mempunyai banyak kekurangan yang membuat si jomlo nggak bisa merasakan cinta dalam bingkai pacaran, juga membuat si jomlo nggak laku untuk dilamar lawan jenis dalam kursi pernikahan.

Maka dari itu, para jomlo yang ingin statusnya dihormati, akhirnya memutuskan agar hari jomlo yang diperingati setiap tanggal 11 November menjadi momentum bagi dirinya untuk eksis. Hari jomlo yang awalnya hanya dirayakan di Cina, kini perayaan tersebut juga dirayakan secara meriah di seluruh dunia. Mirisnya, cara mengaplikasikannya adalah dengan bentuk kencan buta antarsesama jomlo, hingga pesta seks. Tujuannya, agar mereka bisa mendapat gandengan pacar dan meluapkan nafsu cintanya yang sudah lama kosong. Naudzubillah.

Padahal, Allah telah berfirman dalam surah Al-Isra ayat 32, yang berbunyi "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." ayat ini telah jelas menempatkan hal yang mendekati zina, alias pacaran adalah hal yang buruk dan keji. Tersiratnya, jomlo beriman itu mulia, Guys. Pasti maukan ya jadi jomlo mulia?

Bahkan, perayaan hari jomlo tersebut malah sangat didukung oleh negara-negara kapitalis dunia yang meresmikannya sebagai hari belanja online nasional. Makin gila kan dunia ini? Alasannya, selain para jomlo bisa memenuhi kebutuhannya dalam menarik hati sesama jomlo, para kapitalis juga bisa meraup keuntungan, Guys. Mereka bakalan dandan cantik dengan saling memberi hadiah istimewa. Gak jauh deh dari materi dunia semata.

Nah Guys, pasti semua pada bertanya-tanya, kenapa tindakan para jomlo serta dukungan dari para kapitalis dunia, seakan tak menghormati kehormatan manusia? Hal yang seharusnya nggak patut membuat 'malu' malah dijadikan alasan untuk kemaksiatan dan mencari keuntungan. Logikanya ke mana?

Ternyata semua itu dikarenakan pikiran manusia dan landasan hidup negara-negara dunia saat ini, udah dikotori paham kapitalis sekuler liberal. Beragama iya, hidup tanpa aturan juga oke. Alias, ibadah jalan, maksiat juga silakan. Gitu nggak? nggak dong, ya! Sehingga mereka tidak ragu dan malu untuk berbuat hina yang malah merendahkan diri. Mereka juga tidak takut dengan ancaman dosa yang berat di alam abadi akhirat.

Seseorang tidak akan dianggap rendah dan tidak laku andaikan Islam yang menjadi landasan pemikirannya. Sebab jodoh adalah takdir dari Allah Swt. sehingga kekosongan waktu dalam menjumpai sang jodoh yang kemudian diberi gelar 'jomlo' bukanlah akibat kekurangan atau kelemahannya. Tetapi memang karena murni ketetapan dari-Nya, selaku Allah Mahakuasa yang harus ditaati semua makhluk ciptaan-Nya. Makanya, jomlo tetap menjadi orang mulia, jika dia merupakan orang yang bertakwa.

Oleh karena itu Guys, sebagai generasi muslim yang juga masih berstatus jomlo, jangan mau pacaran ya. Sebab pacaran sudah jelas statusnya haram. Tentu kita harus waspada, menjaga akal pikiran dari penyebaran pemikiran-pemikiran sesat tadi. Teknik terbaik untuk menjaga pemikiran, tentu dengan terus bersemangat mendalami ilmu Islam agar mendapatkan petunjuk kebenaran yang membuat diri tidak salah melangkah.

Selain itu, berkumpullah dengan orang-orang saleh. Biar bisa jadi benteng dan pengingat ketika rayuan gombal setan untuk bermaksiat muncul lagi. Kemudian ketika petunjuk kebenaran itu didapat, pastinya juga harus diimplementasikan agar karakter kepribadian sebagai jomlo istimewa tetap terjaga. Nggak perlulah menjadi golongan jomlo ngenes, ngenesnya dunia akhirat pula. Rugi, Guys.

Terakhir, jangan lupa untuk mendakwahkan ilmu Islam yang sudah didapat kepada teman-teman yang masih berkutat dalam pemikiran sesat. Agar teman-teman yang lagi 'tersesat' itu jadi cepat bertaubat. Jika sudah banyak penduduk yang bertaubat, isi negara juga akan jadi bermoral bersih. Selanjutnya, hidup kita bakal jadi tenang serta selamat dari azab Allah. Allahu a'lam bis-shawwab.[]


Photo :
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tolak Nama Jalan Attaturk, Tolak Sekularisme di Nusantara

"Pantas kiranya jika penolakan rencana penamaan jalan di ibu kota dengan sosok pengkhianat Mustafa Kemal Attaturk, diikuti dengan penolakan secara tegas terhadap buah pemikirannya, yakni sekularisme dan liberalisme."


Oleh. Ummu Azka

NarasiPost.Com-Wakil Gubernur Jakarta, Ahmad Riza Patria, mengatakan rencana penamaan salah satu ruas jalan di ibu kota dengan nama Mustafa Kemal Attaturk merupakan bagian dari kerja sama Indonesia dengan pemerintah Turki.

"Jadi sama-sama ini Insya Allah bagian dari kerja sama antara Indonesia dan pemerintah Turki," kata Riza di Jakarta, Minggu (17/10)seperti dikutip dari cnnindonesia.com.

Meski belum terdapat kepastian jalan mana yang dimaksud, namun Riza menjanjikan akan segera mengumumkan lokasinya dalam waktu dekat. Penamaan tersebut merupakan keinginan kedua negara yang bekerja sama. Sebelumnya pemerintah Turki telah memberi nama jalan di negaranya dengan nama Ahmet Soekarno.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Umum MUI (Waketum), Anwar Abbas, menolak rencana penamaan jalan dengan nama Mustafa Kemal Attaturk. Menurutnya Attaturk adalah seorang yang pemikirannya sesat dan menyesatkan.

"Jadi, Mustafa Kemal Ataturk ini adalah seorang tokoh yang kalau dilihat dari fatwa MUI adalah orang yang pemikirannya sesat dan menyesatkan," kata Anwar dalam keterangan resminya, Minggu (17/10).seperti dikutip dari cnnindonesia.com.

Bukan tanpa alasan, pada 2015 lalu MUI telah mengeluarkan fatwa keharaman pluralisme, liberalisme, dan sekularisme. Ketiganya merupakan pemikiran sesat yang akan menjauhkan seorang muslim dari agamanya.

Siapa Mustafa Kemal Attaturk?

Mustafa Kemal Attaturk merupakan Bapak Sekularisme Turki. Dia adalah orang yang telah merongrong kekuasaan Islam. Dengan siasatnya dia berhasil menduduki parlemen dan secara sepihak menjatuhkan kekuasaan khalifah saat itu. Hingga tahun 1924 diumumkan keruntuhan Khilafah Utsmaniyah.

Sejak saat itu, semua tatanan syariat di Turki diubah oleh Mustafa Kemal dengan tangan dinginnya. Azan berbahasa Arab diganti menjadi seruan berbahasa Turki. Bahasa nasional yang sebelumnya adalah bahasa Arab diganti dengan bahasa Turki.

Pakaian wanita khas Islam, yakni jilbab, burqa dan khimar diserukan untuk diganti dengan pakaian nasional Turki yang berkiblat ke Eropa. Berbagai hukum syariat dalam hal pidana maupun perdata dirombak dan diganti dengan hukum sekuler Barat.

Tindakan represif dan otoriter Mustafa Kemal dalam memimpin Turki ke arah yang diklaim sebagai modernisasi, telah menjadikan syariat Islam sebagai sesuatu yang ditinggalkan. Bisa ditebak bagaimana nasib umat Islam kala itu? Umat Islam jatuh dalam lubang pesakitan. Sakit yang dialami umat hingga kini bahkan belum kunjung membaik.

Pemisahan agama dan kehidupan dunia (sekulerisasi) yang dilakukan Mustafa Kemal telah memecah belah persatuan kaum muslimin sedunia. Dengan mengadopsi sistem baru (demokrasi sekuler), Mustafa Kemal telah menumbalkan umat Islam kepada penderitaan sistemis hingga kini.

Keterpurukan yang dialami umat Islam di Turki berdampak kepada umat Islam di Nusantara. Seperti dikisahkan dalam literatur sejarah, umat Islam di Nusantara melalui kerajaan Islam telah berbaiat kepada khilafah. Hubungan baik yang dijalin kekhilafahan Islam dengan Nusantara terlihat mulai dari hubungan dagang hingga hubungan politik.

Secara politik, daulah khilafah menjalankan fungsinya sebagai pelindung dan pengayom semua wilayah yang telah berbaiat kepadanya. Salah satunya adalah saat banyak kerajaan di Nusantara terdesak oleh kolonialisme Belanda. Tak sungkan, para utusan kerajaan berkirim pesan kepada khalifah. Dengan sigap, khalifah mengirimkan bantuan, baik berupa logistik atau militer.

Hubungan baik dengan kekhilafahan yang terwujud dalam bingkai akidah bisa diimplementasikan dengan tegaknya syariat Islam. Semuanya sirna saat institusi pelindung umat Islam tiada di bawah pengkhianatan seorang Mustafa Kemal Attaturk.

Demikianlah sebagian gambaran seputar sosok Mustafa Kemal sebagai Bapak Sekularisme. Bahaya pemikirannya bisa dirasakan hingga kini. Jauhnya umat dari syariat kini membuat umat terpuruk dalam semua lini kehidupan. Kekayaan kaum muslimin dirampas, pemikirannya dikerdilkan. Kaum muslimin terjajah hingga seluruh hidupnya mengikuti kafir Barat dalam hal millah. Inilah penderitaan sejati.

Pantas kiranya jika penolakan rencana penamaan jalan di ibu kota dengan sosok pengkhianat Mustafa Kemal Attaturk, diikuti dengan penolakan secara tegas terhadap buah pemikirannya, yakni sekularisme dan liberalisme. Penolakan terhadap sistem fasad, sekularisme dan liberalisme serta menggantinya dengan sistem Islam dalam bingkai khilafaha akan membawa umat pada kemuliaan dan keberkahan dunia dan akhirat. Wallahu alam bishshowab.[]


Photo : Pixels
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com