Besar Pasak daripada Tiang, Negara Sekarat!

"Indonesia bagaikan sebuah kapal yang mulai tenggelam karena menahan beratnya beban utang luar negeri.
Defisit negara terus meningkat dan diperkirakan mencapai Rp939,6 triliun hingga Rp1.006,4 triliun."


Oleh: Meilani Sapta Putri
(Muslimah Peduli Generasi dan Penulis)

NarasiPost.Com-Di masa pandemi seperti ini, ternyata negara ini juga sedang menghadapi persoalan APBN yang berat. Bahkan diperkirakan dapat memunculkan krisis ekonomi. Tahun 2020, APBN mengalami defisit hingga mencapai Rp947,7 triliun. Sedangkan di tahun 2021, pemerintah memperkirakan defisit akan mencapai Rp939,6 triliun hingga Rp1.006,4 triliun.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa sumber APBN Indonesia berasal dari penerimaan pajak, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan hibah. Realitanya ketiga sumber pendapatan ini tidak mampu menutupi pengeluarannya. Itu artinya besar pasak dari pada tiang. Inilah yang menyebabkan APBN defisit. Persoalan APBN ini bertambah berat karena negara harus menambah lagi pengeluarannya untuk anggaran Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional sebesar Rp699,43 triliun hingga Rp744,75 triliun. Untuk mengatasi defisit anggaran, pemerintah justru menambah utang dan menaikkan pajak agar program-program pemerintah bisa terlaksana.
Namun ternyata solusi tersebut justru memunculkan persoalan lain yang lebih pelik. Seperti orang yang menggali lobang tutup lobang, sama sekali tidak menyelesaikan masalah. Di sisi lain, jika negara tidak berutang maka pengeluaran harus dibatasi, mungkinkah? Kosekuensinya, pertumbuhan ekonomi akan melambat karena minimnya pembangunan. Akhirnya pemerintah memutuskan untuk berutang.

Faktor Penyebab Krisis

Kebijakan pemerintah dengan menambah utang dan menaikkan pajak tentu pada akhirnya rakyatlah yang menderita dan harus menanggung beban berat ini. Sehingga krisis ekonomi ini akan berlangsung lama dan berkepanjangan. Ditambah dengan fakta terjadinya kebocoran penyerapan anggaran karena korupsi, tentu membuat situasi semakin runyam. Bahkan, negara harus menerima risiko turunnya harga komoditas yang akan memasukkan APBN dalam krisis yang semakin dalam.
Baru-baru ini kita diperlihatkan bagaimana jeritan rakyat begitu memekakkan telinga, khususnya para petani yang membabat habis sayurannya karena tidak ada nilainya sama sekali. Padahal, mereka telah mengeluarkan biaya untuk bibit, pemupukan, dan perawatan. Begitu pun para pedagang, nelayan, guru, tenaga medis dan yang lainnya, semua menjerit!

Inilah buah dari penerapan sistem kapitalis sekuler. Kerusakan yang dialami bertubi-tubi berawal dari kerusakan sistem yang diadopsi. Sejak lahir, sistem ini dibuat melalui jalan kompromi demi kepentingan beberapa kalangan saja. Slogan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat hanyalah pemanis agar sistem ini bisa diterima di tengah-tengah masyarakat. Realitanya hanya mementingkan kepentingan sekelompok orang saja. Ujung-ujungnya, rakyatlah yang paling merasakan pahitnya penerapan sistem ini.

Sehingga inti persoalan yang karut-marut ini berawal dari kerusakan sistem yang sudah selayaknya dibuang dan diganti dengan solusi terbaik dan juga sahih.

Solusi Komprehensif dan Sempurna

Sistem adalah pondasi dasar suatu negara. Jika sistemnya rusak maka rusaklah semuanya. Itu artinya, apa pun yang dilakukan oleh sistem yang rusak tidak akan menyelesaikan apa pun. Kita hanya digiring ke satu persoalan kepada persoalan lainnya tanpa menyelesaikannya, tetapi melupakannya. Namun, Islam hadir dengan seperangkat aturan yang begitu sempurna dari Sang Maha Pencipta, Allah Swt.

Penerapan aturan Islam dalam tatanan negara, masyarakat, dan keluarga juga telah dipraktikkan dan dicontohkan oleh Baginda kita, Rasulullah Saw. Sistem Islam hadir ke tengah-tengah kita dengan bentuk yang khas, yakni sistem kekhilafahan. Sistem kehilafahan ini hadir dalam rangka memberikan solusi tuntas atas setiap permasalahan manusia secara keseluruhan. Sehingga terwujudlah rahmatan lil alaamiin (rahmat bagi seluruh alam). Itu artinya, kesejahteraan, keamanan, dan keadilan akan dirasakan oleh seluruh umat, tidak hanya seorang muslim. Bagaimana dengan persoalan keuangan negara? Apakah Islam punya solusi? Tentu saja!

Islam telah menetapkan pos-pos pemasukan dan pengeluaran secara terperinci dan ditopang oleh kekuatan politik khilafah yang kokoh, sehingga mampu menyejahterakan rakyatnya sampai tataran individu per individu rakyat.
Di dalam Islam, pemasukan harta Baitul Mal (kas negara) berasal dari pos kepemilikan negara (anfal, ghanimah, kharaj, jizyah, khumus, dan usyur) yang dikeluarkan untuk kepentingan negara seperti, untuk gaji tentara, PNS, hakim, guru dan semua yang memberi khidmat pada negara untuk kemaslahatan umat.

Kemudian, pos kepemilikan umum, yakni fasilitas/sarana umum (kereta api, pipa air, garda listrik, jalan-jalan dan lain-lain), SDA (air, padang rumput, api, sungai, samudera, pulau dan lain sebagainya), bahan tambang yang tidak terbatas (seperti, garam, batu mulia, emas, perak, besi, tembaga dan sejenisnya). Kepemilikan umum ini semuanya akan dikelola negara dan hasilnya akan diberikan kepada rakyat dengan mudah, murah, bahkan gratis!

Selanjutnya adalah, pos zakat (zakat mal, zakat fitrah dan sedekah atau wakaf maka dikhususkan bagi 8 asnaf, yakni orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan (Al-Quran surat At-Taubah ayat 60).

Dengan sistem pemasukan dan pengeluaran negara khilafah ini, terbukti dalam sejarah mampu memberikan surplus dalam keuangan dan stabil. Jika tidak ingin sekarat dan mati, maka segeralah beralih ke sistem Islam! Sehingga jelas, bahwa Islamlah satu-satunya sistem yang dibutuhkan negara ini demi menyelesaikan seluruh persoalan dan mewujudkan masyarakat yang adil, beradab, aman, dan sejahtera. Insyallah. Wallahualam bishshawab[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Memutus Rantai Gajah Pengemban Dakwah

"Salah satu naskah Challenge ke-4 NarasiPost.Com dalam rubrik Motivasi"


Oleh Merli Ummu Khila
(Pegiat Dakwah)

NarasiPost.Com-Pernahkah mendengar istilah rantai gajah? Konon dikisahkan seekor gajah yang ditambatkan oleh pemiliknya dengan mengikat kaki gajah tersebut dengan rantai baja yang kokoh. Awalnya gajah tersebut meronta untuk melepaskan diri, namun tidak berhasil. Setiap kali gajah tersebut berlari, namun ikatan tidak kunjung terlepas dan membuat gajah tersebut tersungkur.

Suatu hari si pemilik melonggarkan ikatan pada gajah tersebut. Namun, gajah yang malang itu sudah terlanjur tertanam dibenaknya bahwa dia tidak akan berhasil kabur. Akhirnya dia tidak bergerak untuk kabur meskipun rantainya sudah dilonggarkan.

Persepsi seperti ini yang sering kita alami khususnya pengemban dakwah. Kebiasaan yang terbentuk lama membuat kita seolah tidak bisa berubah mengikuti perkembangan zaman. Mindset yang tertanam dalam pikiran menghalangi kita untuk maju.

Padahal tidak ada yang tidak mungkin selama kita berusaha. Harusnya bukan berkata "Saya tidak bisa" tapi katakan "Orang lain bisa, kenapa saya tidak?" Dengan ini, maka kita akan terpacu untuk melakukan perubahan yang lebih baik. Lalu kiat apa saja agar kita bisa memutus rantai gajah tersebut.

Motivasi Kuat untuk Berubah

Pertama, kita harus mengenali apa rantai gajah kita? Malas, tidak bisa mengatur waktu atau demam panggung. Jika sudah mengenali rantai gajah yang akan kita putus, kita harus mempunyai motivasi yang kuat untuk berubah. Keteguhan hati sangat menentukan berhasil atau tidaknya memutus rantai gajah.

Menjadi seorang pengemban dakwah adalah sebuah kewajiban bukan pilihan. Maka ketika kita sudah mengazamkan diri untuk mengemban dakwah, maka sejak saat itu kita harus senantiasa menjadikan dakwah sebagai poros. Kekacauan yang terjadi di sekitar kita serta kezaliman penguasa terhadap rakyat harus segera disudahi jika tidak mau penderitaan rakyat makin berkepanjangan.
Kita tidak hanya cukup mengelus dada dan menangisi penderitaan ini. Tapi harus berjuang demi sebuah perubahan dalam bentuk kontribusi nyata. Pengemban dakwah harus siap untuk memprioritaskan dakwah dibandingkan yang lain. Hal ini membutuhkan kedisiplinan dan loyalitas yang tinggi.

Kedisiplinan Membangun Habit

Tekad yang kuat tanpa kedisiplinan maka akan mudah futur dan menyerah. Sebuah aktivitas yang ringan saja jika tidak disiplin maka sulit untuk menjadi kebiasaan atau habit. Sebaliknya, aktivitas yang berat jika disiplin dilakukan maka akan menjadi kebiasaan yang ringan.

Kedisiplinan menjadi kunci utama terbentuknya habit dakwah. Kadang kita terlalu santai melewatkan satu hari tanpa perencanaan atau tidak bisa membagi waktu. Sehingga waktu habis untuk berkutat pada kegiatan domestik saja.
Untuk mengatasi hal tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

  1. Buat to do list atau kegiatan harian beserta durasinya.
  2. Buat jadwal untuk habit dakwah yang ingin kita bangun. Misal dakwah sosmed, kita harus mengalokasikan waktu di primetime yaitu jam di mana orang sedang aktif di medsos. Misal jam 06.00-08.00, 11.00-13.00, 15.00-17.00, 18.00-21.00. Diempat waktu tersebut buat jadwal minimal durasi 20 menit untuk dakwah medsos.
  3. Sesuaikan jadwal tersebut dengan kegiatan rutin, misalnya pekerjaan rumah. Misal, pagi kita kadang ingin menyelesaikan semua pekerjaan rumah sampai lewat dari jam 9. Akhirnya primetime pagi untuk dakwah medsos terlewatkan. Padahal kita bisa menunda pekerjaan yang lain misal mencuci atau pekerjaan lain.
  4. Tulis di kertas dan tempel di tempat yang mudah dilihat. Buat reminder di alarm atau minta bantuan orang serumah untuk mengingatkan. Lakukan selama 21 hari tanpa jeda. Tipsnya agar mudah terbiasa, lakukan setelah salat fardu. Di momen itu iman kita sedang recharge, maka aktivitas dakwah setelahnya Insyaallah dilakukan dengan semangat.

Optimis Bisa Berubah

Ketika kita sudah mempunyai niat untuk berubah menjadi pribadi yang disiplin, menjadikan dakwah sebagai poros. Maka bersiaplah berlelah-lelah untuk membangun kebiasaan baru kita. Tentu saja akan berat di awal tapi kita akan merasakan betapa ringannya aktivitas tersebut ketika sudah menjadi kebiasaan.

Seorang pengemban dakwah seyogianya sudah mempunyai pemikiran Islam yang benar. Tsaqafah inilah yang menjadi amunisi kita untuk mendakwahkan Islam. Setiap aktivitas yang kita lakukan harus menjadikan hukum syara sebagai tolok ukur. Belajar untuk melakukan sesuatu berdasarkan skala prioritas. Banyak kegiatan yang hukumnya mubah bisa kita tinggalkan jika hanya membuang waktu sia-sia.

Walhasil, yakinlah bahwa yang paling disesali oleh manusia ketika sudah mati adalah waktu yang disia-siakan. Waktu yang tidak dipergunakan sebaik mungkin untuk meraup pahala sebanyak-banyaknya sebagai bekal. Bahkan Allah bersumpah demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian. Dakwah merupakan investasi pahala tanpa batas waktu hingga kita menutup mata. Pahala kebaikan itu akan terus mengalir selama orang yang kita tunjuki melaksanakan kebaikan tersebut. Mungkin kita belum bisa berinfak harta tetapi berbekal ilmu kita mampu menebar kebaikan pada sesama. Wallahu a'lam bishshawab.[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Ukhuwah dan Kebangkitan

"Tak ada alasan bagi kita untuk saling membenci dan bermusuhan. Ikatan akidah telah menjadikan setiap muslim sebagai saudara dari muslim yang lain, maka mereka harus saling mendukung dan membela. Mereka kokoh bagaikan bangunan, yang tak mudah roboh diterjang badai makar musuh-musuhnya"


Oleh: Aya Ummu Najwa
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Allah telah menciptakan manusia untuk saling mengenal dan berkasih sayang. Manusia tidak dapat hidup sendirian, karena itulah ia disebut makhluk sosial. Karena manusia diciptakan dengan naluri kasih sayang, maka ia butuh menyalurkannya. Baik kasih sayang kepada suami atau istri, kepada orang tua, anak, sesama manusia, atau bahkan sesama makhluk-Nya. Allah pun memerintahkan manusia untuk saling mengenal, sehingga terbentuklah kasih sayang di antara mereka.

Sebagai seorang yang beriman, sudah selayaknya kita harus selalu mengasihi semua makhluk Allah. Kasih sayang adalah akhlak yang sangat mulia. Islam pun selalu berupaya menanamkan sifat ini dalam diri manusia. Karena rahmat Allah akan senantiasa dilimpahkan jika manusia saling menyayangi di antara mereka. Dari sahabat Jarir bin Abdullah berkata bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam dalam hadis Bukhari no. 7376, dan Muslim no. 2319 bersabda:"Siapa saja yang tidak menyayangi manusia maka Allah tidak akan menyayanginya"

Jika kepada sesama manusia tanpa memandang agamanya saja kita harus berlemah lembut, terlebih lagi kepada sesama muslim. Islam telah mengajarkan kepada kita bahwa sesama muslim adalah saudara, bahkan dikiaskan layaknya satu tubuh. Mereka tidak bisa dipisahkan dan harus saling menopang. Jika satu anggota tubuh sakit atau terluka, maka bagian yang lain akan merasakan hal yang sama. Umat Islam adalah satu kesatuan yang harus saling melengkapi dalam segala hal, baik kasih sayang, cinta kasih, juga dalam hal tolong menolong dalam kebaikan dan ketaatan.

Hal ini telah dijelaskan oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam dalam sabda beliau, dari Nu'man bin Basyir radhiyallahu anhu yang diriwayatkan oleh dua Imam besar hadis Imam Bukhari no. 6011, dan Imam Muslim no. 2586, "Permisalan kaum mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi dan mengasihi adalah bagaikan satu tubuh, apabila salah satu anggota tubuh tersebut sakit maka seluruh tubuh pun tidak bisa tidur dan merasa demam"

Dalam Islam pun kita diperintahkan memuliakan hak-hak kaum muslim, juga kita diperintahkan untuk saling menolong dan berlemah lembut kepada mereka. Kita dilarang menyakiti dan menzalimi, serta wajib bagi kita untuk membela hak-hak mereka. Kaum muslim alaminya seakan merasakan perihnya ketika ada saudara muslim yang lain teraniaya dan terzalimi. Bukan malah saling menyakiti. Seperti yang disampaikan oleh beliau Shalallahu'Alaihi Wasallam dalam hadis riwayat Bukhari berikut, "Seorang muslim adalah ia yang muslim lainnya selamat dari lisan dan tangannya." (Sahih Bukhari)

Ketika umat Islam menerapkan cinta kasih di antara mereka, pastilah kehidupan akan dipenuhi dengan rasa aman dan ketenteraman pun akan dicapai. Mereka saling bersimpati dan berempati, saling merasakan penderitaan sebagian yang lain yang sedang teraniaya. Mereka akan tergerak untuk menolong bukan malah menonton. Hatinya tak rela melihat penderitaan saudaranya. Ia akan berusaha sekuat tenaga untuk dapat membebaskan mereka dari derita. Rasa tidak rela ini muncul karena dorongan cinta kasih sesama muslim, yang terjalin sebab ikatan akidah Islam. Ikatan akidah ini akan lebih kental dan kuat dari ikatan apa pun.

Maka, tak ada alasan bagi kita untuk saling membenci dan bermusuhan. Ikatan akidah telah menjadikan setiap muslim sebagai saudara dari muslim yang lain, maka mereka harus saling mendukung dan membela. Mereka kokoh bagaikan bangunan, yang tak mudah roboh diterjang badai makar musuh-musuhnya. Yang tak mudah diombang-ambing dengan angin perpecahan dan perbedaan. Karena sesungguhnya perpecahan hanyalah tipu daya setan, dan tentu ketika umat tidak bersatu dan saling terpecah, maka setan juga musuh-musuh umat pun akan bersorak kegirangan, sebab tujuan mereka memorak-porandakan bangunan kokoh umat telah tercapai.

Sungguh, umat Islam adalah satu kesatuan. Mereka solid bagaikan karang. Ketika mereka bersatu, mereka akan mudah untuk bangkit dari keterpurukan. Dengan ikatan akidah Islam yang kokoh, dan di bawah panji Islam, mereka laksana singa yang kuat tak terkalahkan. Mereka akan menjadi kekuatan besar yang siap mengarungi kehidupan dan siap memimpin dunia dengan Islam. Maka, wahai kaum muslimin, apa yang menghalangi kita untuk bersatu? Hilangkanlah segala ego yang mengajak kepada perpecahan. Janganlah hanya karena perbedaan pandangan mazhab juga pemahaman fikih yang berbeda, membuat kita bermusuhan. Sesungguhnya adu domba adalah senjata kaum kafir untuk membuat kita saling membenci.

Ingatlah kejayaan Islam dalam naungan Khilafah selama kurang lebih 14 abad, seluas 2/3 dunia. Kala itu, kaum muslim tidak hanya satu bangsa, bahasa, juga pemahaman cabang agama, namun terdiri dari berbagai bangsa, warna kulit, mazhab juga ras. Akan tetapi perbedaan itu tidak lantas membuat mereka saling menjauh, ikatan akidah Islam mampu menghapus perbedaan itu, hingga bisa membuat mereka bersatu dalam kerukunan, serta bangkit dan berjaya. Maka janganlah bercerai berai wahai umat Islam, bersatulah agar Allah menolongmu, dengan kemenangan Islam yang sebentar lagi tiba. Biidznillah. Wallahu a'lam

Seputar Konflik Rumah Tangga

“Seorang mu’min itu mencari uzur (alasan-alasan baik) terhadap saudaranya. Sedangkan seorang munafik itu mencari-cari kesalahan saudaranya”
(Ibnu Mazin )


Oleh: Fatimah Ummu Kautsar

NarasiPost.Com-"Susah ya, Mi, buat nutup dompet lagi?"

Pertanyaan retoris terlontar dari sang suami saat istrinya lupa lagi menutup dompetnya. Tentu tak susah, bukan? Di rumah tangga lain, ada suami yang selalu lupa membereskan bekas handuknya di atas kasur.

"Apa susahnya jemur handuk lagi di tempatnya? "

Pemicu Masalah

Kalau mau dituruti, kedua hal ini bisa jadi api yang memantik 'kebakaran' dalam rumah tangga siapa saja. Sakit hati, hingga dendam dan ngedumel dalam diam bisa saja terjadi. Sedikit demi sedikit, sakit dan tak rida menumpuk memicu ledakan yang besar.

Apa pun bisa dipermasalahkan dalam kehidupan berumah tangga, mulai dari kebiasaan pasangan menggunakan pasta gigi, menutup pintu kamar mandi, menjemur handuk, memakai bantal, keterampilannya memasak, caranya berkomunikasi, bahasa tubuhnya, dan masih banyak lagi. Semuanya bisa jadi masalah kalau memang mau dipermasalahkan. Tapi untuk apa?

Agar diri diakui tersakiti? Akankah pasangan jadi lebih mengerti? Atau bisakah pasangan kita berubah lebih baik lagi?

Bukan tak boleh mempermasalahkan semua hal di atas atau hal lainnya, asal konten dan konteks saat menyampaikannya ma'ruf, bukan menggunakan bahasa yang memancing emosi dan ego. Sebagaimana kita ketahui, kitalah yang paling tahu apa yang pasangan kita suka dan tidak suka untuk kita sampaikan.

Fokus Menyelesaikan Masalah

Komunikasi adalah kunci bagi penyelesaian permasalahan dalam rumah tangga. Fitrah istri dan suami diciptakan berbeda. Akan tetapi, semuanya sama di hadapan Allah Swt., sebagai hamba-Nya yang tengah beribadah dalam biduk rumah tangga. Daripada sibuk mengedepankan perbedaan, lebih baik mencari celah kesamaan agar masalah terselesaikan.

Dudukkan kembali posisi kita di hadapan Allah, yaitu sebagai hamba yang terikat pada hukum-Nya, hamba yang disatukan dalam ikatan suci pernikahan dalam rangka beribadah pada-Nya. Namanya ibadah, pasti ada ujian yang harus dilalui. Besar kecilnya semua dari Allah. Semua jadi ladang pahala bagi kita.

Apalah artinya dompet terbuka di tengah kesibukan istri mendidik para buah hati dan memastikan gizi keluarga tercukupi? Apalah arti kebiasaan mengeluarkan pasta gigi dibanding kesibukan suami mencari nafkah demi diri dan buah hati? Seberapa penting dan genting permasalahan handuk basah di atas kasur di banding tubuh suami yang lelah membanting tulang mencari nafkah? Apalah dan apalah.

Ingatlah nasihat dari Ibnu Mazin, “Seorang mu’min itu mencari uzur (alasan-alasan baik) terhadap saudaranya. Sedangkan seorang munafik itu mencari-cari kesalahan saudaranya”

Bukan tak boleh mempermasalahkan hal yang membuat kita tak nyaman, atau tak suka. Tapi, fokuslah pada solusi, bukan malah menorehkan luka. Pikirkan kembali kata-kata yang terlontar. Pantaskah kiranya kita mempermasalahkan handuk saat suami baru saja pulang kerja dengan kondisi lelah? Bagaimana jika kita di posisinya? Apa yang akan kita rasakan?

Adab Mengingatkan

Ingatlah adab mengingatkan yang diajarkan oleh teladan terbaik kita, Rasulullah saw. Gunakan bahasa lisan yang tepat dengan bahasa tubuh yang juga tepat. Kadang masalah justru semakin memanas saat bahasa tubuh kita mengundang ego lawan bicara. Jaga desahan, jaga tatapan mata, jaga dan jaga.

Sebagaimana pesan Allah Swt. kepada Nabi Musa as. dan Nabi Harun as. saat mengingatkan Firaun. "Hendaknya kalian berdua ucapkan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan ia akan ingat atau takut kepada Allah” (TQS. Thaha: 44).

Pasangan kita bukan Firaun. Pada Firaun saja, Allah ingatkan nabi Musa dan nabi Harun untuk berlemah lembut, apalagi pada pasangan kita sendiri. Rasulullah pun mengingatkan kita untuk tidak mencela, “Seorang Mukmin bukanlah orang yang suka mencela, suka melaknat, suka bicara kotor dan suka bicara jorok” (HR. Tirmidzi)

Hindari celaan, makian, laknat, apalagi bicara kotor pada orang lain, terlebih pasangan kita sendiri.

Ingatkan pasangan saat kondisi sudah memungkinkan, jangan impulsif. Kalau pasangan dalam keadaan lelah, biarkan beristirahat terlebih dulu. Ajaklah berbincang setelah lelah, lapar, dahaga sirna. Jangan lupa ingatkan bukan saat di hadapan khalayak ramai, walau itu keluarganya sendiri. Jaga harga dirinya di hadapan keluarga. Jangan lukai eksistensi dirinya.

Kembalikan niat awal mengingatkan agar ibadah rumah tangga ini bisa dinikmati bersama, bisa mencapai sakinah mawaddah dan rahmah. Niatkan karena Allah saja. Semoga Allah ridai setiap langkah kita menjaga mahligai rumah tangga. Semoga Allah berikan keberkahan dalam setiap aktivitas kita menggapai sakinah, mawaddah dan rahmah.

Wallahua'lam bish shawab.[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Praktik Kotor Pernikahan Anak di Zimbabwe: Bukti Kapitalisme Gagal Menyejahterakan Anak dan Perempuan

Telah diangkat pena dari tiga hal; anak kecil sampai ia mencapai akil baligh, orang yang tertidur sampai ia terjaga, dan orang yang sakit (gila) sampai dia sembuh.”
(HR. Iman Ahmad )


Oleh. Dia Dwi Arista
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Pernikahan dini di zaman ini, dianggap sebagai suatu kriminalitas. Pandangan ini berasal dari paham liberalisme yang menjamin hak asasi manusia, termasuk anak-anak. Paham ini percaya bahwa anak-anak belum siap secara fisik dan psikologis untuk berumah tangga. Hingga ditetapkan bahwa pernikahan hanya boleh dilakukan jika usia anak sudah mencapai 18 tahun.

Ketetapan larangan pernikahan dini semakin diperkuat dengan adanya kasus kematian pada ibu melahirkan yang berusia muda. Sebagaimana yang diwartakan bbc.com, (9/8/2021), Zimbabwe kembali menjadi sorotan, bukan karena hiperinflasinya yang di luar nalar, namun persoalan ini merupakan turunan dari adanya ekonomi yang rusak.

Negara kaya di Benua Hitam ini geger gegara kematian seorang remaja berusia 14 tahun setelah melahirkan di Gereja Apostolik Zimbabwe. Gereja ini pun mendapat sorotan karena sering melakukan praktik pernikahan dini dan menolak pengobatan medis.

Fakta di Balik Pernikahan Dini

Zimbabwe adalah negara kaya dengan sumber daya alam yang melimpah. Negara ini adalah negara nomor dua penghasil berlian dan platinum terbesar di dunia. Dalam tanahnya, terkandung delapan dari sembilan mineral tanah paling mahal seperti emas, lithium, batu bara, bijih besi dan kromium.

Negara ini berbentuk republik. Presiden saat ini adalah Emmerson Mnangagwa. Sebelumnya, Zimbabwe dipimpin Robert Mugabe selama tiga dekade. Penduduk Zimbabwe berpendapatan miliaran, namun mereka tak mampu membeli kebutuhan pokok.

Hal ini terjadi karena terdapat hiperinflasi dalam negara ini. Bahkan pada tahun 2008, seperti yang diberitakan The Guardian, negara ini mengalami inflasi hingga 231 juta persen. Masalah utama yang terjadi adalah kesenjangan sosial tinggi di tengah masyarakat. Kekayaan hanya dimiliki oleh segelintir elit penguasa, korupsi endemik, pengangguran yang pernah mencapai 90%, dan kemiskinan yang hampir merata.

Kenyataannya, Mantan Presiden Robert Mugabe, dikudeta karena ketidakpuasan rakyat terhadap kepemimpinannya. Ia dan keluarganya hidup bergelimang harta, namun rakyatnya pengangguran dan kelaparan. Kemiskinan inilah yang menjadi salah satu alasan utama pernikahan dini terjadi di Zimbabwe. Meski adat tradisional pun juga memberi andil, namun kemiskinan adalah alasan bagi para orangtua untuk menikahkan anak remajanya.

Menikah dianggap sebagai solusi untuk mendapat sedikit harta bagi orangtua, dengan menikahkan anaknya, dengan begitu juga berarti mengurangi beban memberi makan dan mendapat mahar. Adapun bagi remaja perempuan, dengan menikah maka kesempatan bersekolah akan kembali diraih, meski hal itu jarang terjadi.

Tak hanya itu, menikah muda juga terjadi karena pergaulan bebas dan pemerkosaan. Orangtua lebih memilih menikahkan anaknya yang hamil daripada harus memberi makan cucunya. Hal ini juga diperparah dengan minimnya pengobatan dan kontrol kesehatan, menjadikan nyawa sebagai taruhan.

Pernikahan Dini dalam Islam

Islam tidak membatasi usia dalam pernikahan. Namun membina rumah tangga hendaknya ketika sudah mencapai baligh. Datangnya baligh menandakan seorang anak sudah mencapai derajat mukallaf. Karena dalam pernikahan terdapat berbagai kewajiban dan hak yang harus dipenuhi oleh suami dan istri.

Para Ulama Madzhab dalam buku ‘Fikih Lima Madzhab’ karangan Muhammad Jawad Muhgniyah berpendapat, bahwa menstruasi adalah bukti kedewasaan seorang wanita. Kehamilan terjadi ketika bertemunya sel telur dengan sperma. Sel telur dan sperma tidak akan diproduksi oleh tubuh ketika organ reproduksi belum mencapai kematangan.

Yang dimaksud pernikahan dini dalam Islam adalah pernikahan yang terjadi sebelum usia baligh. Maka, anak perempuan yang sudah baligh dikatakan sudah dewasa, karena Islam menjadikan baligh sebagai patokan untuk menentukan dewasa tidaknya seseorang. Sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, “Telah diangkat pena dari tiga hal; anak kecil sampai ia mencapai akil baligh, orang yang tertidur sampai ia terjaga, dan orang yang sakit (gila) sampai dia sembuh.”

Pendidikan Islam, Menyiapkan Anak Mukallaf

Islam menetapkan baligh sebagai batasan mukallaf, dan dibolehkan pada saat itu untuk menikah, tentu Islam tidak serta-merta membiarkan anak bergulat dalam mengejar kedewasaannya sendiri. Ketika Islam diterapkan dalam sebuah negara Khilafah, menjadi kewajiban Khilafah untuk mendidik generasinya menjadi manusia yang siap menerima tanggung jawab.

Maka, Khilafah akan menyiapkan pendidikan tak hanya berbasis pada keilmuan umum, namun juga karakter keislaman. Bahkan karakter Islam ini diprioritaskan dalam pendidikan. Dengan adanya penanaman akidah dan pembiasaan menjalankan syariat, baik di lingkungan rumah, masyarakat dan sekolah, anak akan terbiasa taat kepada aturan-aturan Allah.

Anak-anak pun diajari untuk bertanggung jawab, mengetahui perkara yang halal dan haram, pun dalam pernikahan, ia akan menerapkan halal haram dalam rumah tangganya, menjadikan kewajiban dan hak suami istri terpenuhi, karena dorongan keimanan kepada Allah Swt. Anak yang sudah baligh pun akan dimintai persetujuan ketika ia akan menikah, maka diamnya adalah persetujuan. Namun ketika ia menolak, maka orang tua tidak boleh memaksakan kehendak. Sesuai dengan sabda Rasulullah Saw. yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Ahmad, dan Muslim, “Perempuan yang telah janda lebih berhak atas dirinya daripada walinya dan perempuan yang masih perawan diminta izin dari dirinya, dan izinnya ialah diamnya.”

Penerapan hukum Islam dalam negara akan sangat memengaruhi kesejahteraan perempuan. Sebab perempuan selama hidupnya telah dijamin nafkahnya oleh wali dan suaminya, bahkan negara akan turun tangan ketika walinya sudah tidak ada. Maka, kehidupan perempuan tidak harus dijadikan tumbal untuk perkara ekonomi, baik terpaksa bekerja maupun menikah. Hal ini juga mengurangi angka kekerasan dalam rumah tangga karena kesulitan ekonomi.

Pendidikan dan kesehatan adalah bentuk ri'ayah Khilafah terhadap rakyatnya, Khilafah akan memenuhi kebutuhan tersebut menjadi jaminan kesejahteraan warganya, baik laki-laki maupun perempuan. Pelayanan dan fasilitas akan diberikan maksimal, hingga rakyat sembuh dari penyakitnya, dan tak terjadi komplikasi karena minimnya fasilitas kesehatan.

Dengan demikian pernikahan anak usia baligh tak akan menjadi masalah dalam Islam, sebagaimana yang terjadi pada sistem kapitalisme saat ini. Anak yang memasuki usia baligh cenderung menjadi remaja labil, yang membutuhkan waktu lama untuk menjadi dewasa, maka tak heran dalam kapitalis, pernikahan dini menjadi ancaman generasi, semata-mata karena sistem yang diterapkan adalah sistem yang rusak. Allahu a’lam.[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Misteri di Balik Kasus Koruptor Istimewa, Akankah Segera Terkuak ?

“Sungguh ironi, jeruji berterali tebal mampu memasung mental heroik pahlawan negeri, membungkam berjuta kebenaran merintangi asa perubahan hakiki. Namun, tak mampu mengurung mental pecundang musuh negeri yang melukai ibu pertiwi.”


Oleh. Witta Saptarini, S.E

NarasiPost.Com-Sejenak kita flashback secuil fakta lawas koruptor istimewa di tanah air. Masih ingat Chen Zihuang ? Ya, itulah nama Mandarin dari seorang Eddy Tanzil, buron sepanjang masa di era pertengahan 90-an, dengan kasus melarikan uang negara triliunan rupiah atas dakwaan penggelapan kredit Bank Bukopin. Ia menjadi legenda pembobol bank di Indonesia, julukan koruptor legendaris melekat pada dirinya. Ditambah keberhasilannya meninggalkan jejak dari LP Cipinang pada tahun 1996 hingga sekarang.

Cina adalah salah satu negara favorit bagi para koruptor dan buron koruptor kelas kakap. Mereka dapat bermukim serta memasukan aset di sana. Tepatnya, di Putian yang notabene kampung halaman sang ayah menjadi tempat petualangan sang legend. Banyaknya uang, afiliasi bisnis di berbagai lini menjadikannya pengusaha yang patut diperhitungkan. Memiliki jaringan dengan orang-orang berpengaruh, termasuk kuatnya relasi dengan orang nomor satu Xi Jinping, menjadikan rekam jejaknya sulit ditelusuri. Bagaimana tidak, sang legend banyak memberikan keuntungan bagi negara dimana ia bersembunyi. (Youtube Channel Narasinewsroom, 2/7/2020)

Predikatnya sebagai buron secara normatif membatasi ruang geraknya, wujud konsekuensi hukum yang menjeratnya. Namun, vonis jeruji tak lantas menghentikan keonarannya menggelapkan dana perbankan. Eddy Tanzil tidak hanya rusuh di Indonesia, tapi kisruh di Cina. Dengan status buronan, ia tetap punya posisi terhormat. Keberhasilannya membentuk sebuah potret kolektif bahwa Eddy Tanzil berasal dari keluarga perantauan yang sukses, kaya, patriotik juga dermawan. Reputasi manis inilah membuatnya terselamatkan di sana. Tak dimungkiri, kuatnya dominasi otoritas negeri Tirai Bambu dalam hubungan diplomatik dengan Indonesia saat ini semakin melemahkan upaya penangkapannya, sekaligus mengonfirmasi 24 tahun kegagalan Indonesia menaklukkannya.

Menjadi Pelopor Bagi Penerusnya

Kini, merebaknya kasus-kasus serupa membangkitkan kekuatan pikir akan kasus silam yang sulit terpecahkan. Fenomena berulang menjadi kiblat bagi penerusnya. Sebut saja, kasus pelarian buron Harun Masiku, mantan politikus PDIP sekaligus aktor kunci atas dugaan penyuapan komisioner KPU. Pasalnya, dengan tertangkapnya HM akan menguak otak di balik kasus suap pergantian antarwaktu anggota legislatif PDIP. Episode baru kasusnya kini menuai kontroversi. Interpol resmi menerbitkan red notice atas nama Harun Masiku, dengan demikian statusnya ditetapkan sebagai buronan internasional. (iNews Official Youtube Channel,1/8/2021)

Namun, penerbitan red notice oleh Interpol sebagai upaya KPK meringkusnya diragukan sejumlah pihak. Peneliti ICW, Kurnia Ramadhana, menilai tampak adanya ketidakseriusan KPK dalam perjalanan upayanya, sekadar membendung kritik masyarakat yang dianggap tak akan menemui titik terang. Sebab, bobroknya tubuh KPK sulit ditutupi. (kompas.com, 2/8/2021)

Kasus tidak rumit dibuat rumit, jual beli kasus oleh mafia peradilan, adanya penggunaan kewenangan yang diduga menggunakan wewenangnya untuk berpihak, keterlibatan orang-orang besar, praktik sistem proteksi eksklusif super ketat yang tak mampu ditembus. Pun, lobi-lobi buron korupsi ke lembaga tinggi senantiasa mewarnai kejanggalan peradilan. Itulah sebagian dari sekelumit kasus sensitif dan complicated karena penuh dengan kepentingan. Segala sesuatu mudah diatur hanya karena uang, menjadi refleksi bagaimana aksi kriminal kerah putih kelas kakap sangat sulit diselami.

Maraknya praktik korupsi makin mencoreng wajah hukum di Indonesia. Bobroknya sistem politik negeri ini menambah goresan luka hati rakyat. Panjangnya perjalanan kejahatan ini diawali nasionalisasi perusahaan Belanda dan asing tahun 1958. Lalu, berlanjut hingga lamanya rentang waktu masa Orde Baru yang ditandai penguasaan bisnis kalangan pejabat dan anteknya hingga era masa kini. Aturan, undang-undang, serta lembaga pemberantas korupsi dibuat acapkali tak menyolusi. Apa yang salah dengan konstelasi politik negeri ini ?

Demokrasi Sistem Utopis Memecah Kasus Korupsi

Buruknya profil hukum di tanah air akibat tak hentinya menjalankan praktik sistem politik demokrasi. Ya, lagi-lagi demokrasi dengan ide-ide kebebasannya menancap kuat di benak para pengembannya, menjadi biang kerok di balik mengguritanya korupsi. Tak heran, kuatnya lobi-lobi terjadi di negeri yang mengadopsi sistem yang sarat akan kompromi, menjadi surga bagi aksi kejahatan luar biasa ini. Membangun citra keadilan bersyarat bagi seluruh rakyat Indonesia.

Demokrasi membuka lebar akses korupsi dan mencetak cukong politik tiada henti. Kejahatan serta kecurangannya menimbulkan kerugian terhadap negara dan rakyat. Kejahatan sistemis ini subur karena ada sistem yang mendukungnya. Sistem yang berpegang teguh pada salah satu prinsip simbiosis mutualisme ini, meniscayakan kolaborasi penguasa dan pengusaha (korporatokrasi), memberikan penguasa kursi kekuasaan dan kebijakan yang memuluskan monopoli korporasi.

Tak terkendalinya korupsi diakibatkan lemahnya hukum yang terlahir dari otoritas manusia, keserakahan pelaku juga mahalnya ongkos politik sistem demokrasi. Keganjilan-keganjilan kasus extraordinary crime terhadap negara dan rakyat acapkali menguji integritas hukum dan peradilan. Walhasil, kini riwayat integritas lembaga KPK tengah dikebiri. Wacana dihidupkannya kembali Tim Pemburu Korupsi (TPK) dan urgensi reformasi kepolisian sudah tergambarkan, bagaimana sepak terjang perburuannya kelak.

Melawan gelombang penaklukan korupsi tanpa diiringi sistem yang benar adalah utopis, hanya akan mengantarkan pada jejak-jejak kegagalan kembali.

Islam Sistem Solutif Memecah Kasus Korupsi

Korupsi dalam pandangan Islam adalah masalah yang dipandang sebagai suatu kejahatan yang tidak berdiri sendiri, tetapi kejahatan yang muncul karena sistem. Sehingga, masalah korupsi dilihat melalui perspektif sistem tidak semata-mata persoalan independen.
Sistem yang terlahir dari akidah Islam, yang menempatkan Allah sebagai satu-satunya pemilik otoritas pembuat aturan dan menetapkan hukum. Dengan profil hukum dan peradilan yang sempurna, mencakup seluruh problematika yang terkodifikasi dalam ‘Nidzham Uqubat fil Islam’ yang berasaskan Al Qur’an dan As Sunnah. Sistem hukum pidana Islam disyariatkan untuk mencegah manusia dari tindak kejahatan.

Kunci menuntaskan korupsi dalam pandangan Islam yaitu; pertama, ketakwaan individu. Iman menjadi pondasi individu yang akan mengawal setiap hal yang dilakukan. Karenanya, Islam mengajarkan konsep bagaimana perbuatan itu merupakan aktivitas fisik yang lahir dari keimanan dan kesadaran akan hubungan dengan Allah. Membentuk keyakinan yang kuat, bahwa kita selalu diawasi dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan-Nya.

Kedua, kontrol masyarakat. Ketika iman itu ada di tengah masyarakat, masyarakat tadi adalah masyarakat islami. Pemikirannya, perasaannya begitu pula dengan sistemnya dibangun dengan Islam.

Ketiga, penerapan sistem Islam oleh negara. Ketika iman itu ada pada negara, negara dibangun berdasarkan akidah Islam. Sehingga, yang menjadi patokan adalah halal dan haram. Pun yang menjadi standar adalah hukum Islam. Pada saat Islam diterapkan dalam konteks negara, otomatis potensi pelanggaran tindak pidana korupsi sangatlah kecil. Sebab, ada pengawasan yang dilakukan baik itu oleh masyarakat maupun adanya amar makruf nahi mungkar.

Seperti firman Allah Swt, “Dan hendaknya kamu saling mengingatkan dalam kesabaran dan mengingatkan dalam kebenaran .” (QS. Al-‘Asr [103] : 3)

Konsekuensi masyarakat dibangun atas dasar Islam akan menumbuhkan kesadaran bersama-sama untuk melakukan tindakan pencegahan yang muncul karena keimanan. Kemudian, kesadaran bahwa adanya konsekuensi dari kejahatan itu bukan sekadar diketahui ataukah tidak pada saat di dunia, tetapi ada konsekuensi sampai di akhirat. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh An-Nasa’i, Rasulullah Saw bersabda, “Seorang pencuri tidak akan mencuri ketika dia beriman.”

Korupsi tak akan terus tumbuh bila dicabut hingga ke akar penyebabnya. Jika disebabkan faktor ekonomi, maka negara memberikan jaminan ekonomi berupa; sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Bila aparat yang bekerja kepada negara kekurangan pendapatan, maka negara akan memberikan gaji jauh lebih dari cukup. Di saat yang sama, negara pun menjamin pemenuhan kebutuhan dasarnya yang menjadi hak setiap warga negara. Jika masih saja melakukan tindak korupsi, maka di situlah negara mengambil tindakan yang tegas, yaitu menjatuhkan sanksi. Sanksi yang diberlakukan dalam Islam memiliki dua karakter; Pertama, fungsi jawabir. Memiliki kedudukan sebagai penebus yang akan menggugurkan sanksi akhirat.

Kedua, fungsi zawajir. Memiliki kedudukan sebagai pencegah. Artinya menjadi cerminan seseorang bahwa ia akan berpikir seribu kali untuk melakukan kejahatan yang sama, serta tak ingin terperosok ke lubang yang sama. Memaksa mereka yang melakukan tindak kejahatan agar menyesal dan jera seumur hidup, serta tidak mengulanginya.

Begitulah Islam menyelesaikan masalah korupsi hingga ke akar-akarnya. Dalam konteks ini iman menjadi pondasi bagi individu, masyarakat dan negara. Maka, ketika tiga pilar itu diterapkan, kehidupan akan berjalan sesuai track ketentuan Allah Swt. Islam sistem unik dan solutif dari Sang Khalik. Sebab, Islam sistem yang begitu luhur, secara mendasar melampaui daya tangkap manusia. Maka, tak diragukan lagi untuk memecahkan berbagai problematika, termasuk menguak kasus korupsi yang sulit diselami dengan tuntunan hukum dan aturan Sang Ilahi.
Wallahu a’lam Bish Shawwab[]


Photo: pinterest

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tersesat

Aku kian menapaki jalan nan panjang.
Lalu mendekap setitik sinar yang benderang.
Membuat mata ini terbuka gamblang.
Bahwa selama ini aku seperti orang asing.
Berjalan dalam kebingungan tanpa ujung.


Oleh: Messy Ikhsan
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Aku tersesat dalam ruang tanpa kata
Tak tahu jalan mana yang hendak disapa
Terperangkap dalam dunia nan fana
Sanubariku berteriak bahwa ini dosa
Tapi, nafsuku berada di puncak utama

Semakin membuat diri ini tertawa ria
Menari riang dalam bias maya
Aku semakin tersesat tanpa punya peta
Semakin tengelam dalam jurang dosa
Terlena dalam buaian dan nyanyian dunia

Hidup bahagia, tapi kenapa hati hampa?
Seolah ada yang hilang dari dunia
Hidup penuh tawa, tapi kenapa jiwa merana?
Seolah ada yang hilang dari tubuh manusia
Apakah kini dunia sedang bercanda?

Aku kian menapaki jalan nan panjang
Lalu mendekap setitik sinar yang benderang
Membuat mata ini terbuka gamblang
Bahwa selama ini aku seperti orang asing
Berjalan dalam kebingungan tanpa ujung

Sinar yang terpancar melekat di raga
Membuat diri tersadar dan percaya
Bahwa selama ini aku seorang pendosa
Sebab, mengabaikan kuasa Sang Pencipta
Dengan mengabaikan ayat-ayat cinta-Nya

Keinginan ini terus berteriak tanpa jeda
Aku harus bangkit dari kubangan dosa
Ya Rabb, masih adakah jalan yang bercahaya?
Untuk diri ini genggam dalam jiwa
Agar kembali pada fitrah sebagai manusia

Aku harus mengoreskan lukisan kehidupan nan indah
Dengan terikat erat pada kalam Allah
Senantiasa lantang menyuarakan aturan sunah
Sesuai yang dicontohkan Baginda Rasulullah
Agar negara Khilafah segera terjamah[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Pejabat Publik Melanggar Aturan, Buah Sistem Kufur yang Diterapkan

"Begitu banyaknya pelanggaran aturan hukum yang dilakukan oleh para pejabat di negeri ini menjadikan kepercayaan rakyat kepada pemerintah semakin terkikis."


Oleh. Atien

NarasiPost.Com-Sebagai anggota dewan yang dipercaya menjadi wakil rakyat, seharusnya memberi contoh dan teladan yang baik kepada rakyat. Salah satunya dengan mematuhi peraturan yang sedang berlaku. Namun, hal itu tidak berlaku bagi 5 anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Labuhanbatu Utara (Labura), Asahan, Sumatera Utara. Bukannya turut mengedukasi dan memberikan sosialisasi terkait aturan PPKM, para pejabat ini justru terjaring razia PPKM di sebuah tempat hiburan malam pada Sabtu, (7/8/2021,CNNIndonesia)

Saat ditangkap oleh tim razia, ternyata juga ditemukan adanya narkoba di tempat tersebut. Kasus ini ditangani oleh Sat Narkoba Polres Asahan. Hal itu disampaikan oleh Kasat Narkoba Polres Asahan, AKP Nasri Ginting, Minggu, (8/8/2021).

Di tempat terpisah, Ketua DPRD Labura, Indra Surya Bakti, membenarkan tentang kasus yang menimpa anggotanya. Pihaknya menghormati aturan hukum yang berlaku dan menyerahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian.

Pelanggaran Pejabat Menambah Kekecewaan Publik

Peristiwa di atas semakin menambah kekecewaan publik kepada para pejabatnya. Bagaimana tidak? Di saat rakyat disuruh untuk patuh pada aturan PPKM, pejabatnya justru melanggar aturan tersebut. Kasusnya juga masih dalam proses. Berbeda kalau rakyat yang melanggar. Pasti langsung diproses, langsung didenda, bahkan langsung masuk bui karena tidak mampu membayar denda yang jumlahnya sampai jutaan rupiah.

Pelanggaran lain juga melanda pejabat penegak hukum.Tentu kita masih ingat pada kasus yang melibatkan seorang jaksa berinisial PSM beberapa waktu lalu. Jaksa ini tersandung kasus pencucian uang. Ada pula pejabat yang terbukti melakukan korupsi di intansi yang dipimpinnya. Serta masih banyak lagi pelanggaran yang dilakukan oleh pejabat - pejabat, namun tidak tersentuh oleh hukum di negeri ini.

Begitu banyaknya pelanggaran aturan hukum yang dilakukan oleh para pejabat di negeri ini menjadikan kepercayaan rakyat kepada pemerintah semakin terkikis. Hal itu menjadi bukti bahwa pemerintah gagal membina para pejabatnya untuk taat kepada aturan negara sekaligus taat kepada aturan Allah Swt. Begitu juga reaksi sesaat yang ada di masyarakat jika terjadi pelanggaran, baik yang dilakukan oleh pejabat, artis sinetron, selebgram maupun pengusaha. Apalagi jika pelakunya adalah seorang idola dan wajahnya good looking. Pasti akan dibela habis- habisan meskipun yang dilanggar itu aturan agama, aturan Allah Swt. Seolah orang-orang ini bebas berbuat apa pun. Inilah kebebasan yang tanpa batasan, sehingga aturan agama diabaikan bahkan ditinggalkan.

Akar Masalah Pelanggaran Pejabat

Lantas apa yang membuat para wakil rakyat, pejabat serta publik figur di negeri ini mudah sekali melanggar aturan? Itu semua karena buah dari aturan kufur yang diterapkan. Sistem batil yang lahir dari hawa nafsu manusia. Sistem rusak yang membuat manusia menjadi sombong, sehingga manusia lupa bahwa dirinya hanyalah makhluk lemah dan terbatas.

Dalam sistem ini manusia hanya mau diatur dengan aturan agama di lingkup ibadah individu, sedangkan di lingkup masyarakat dan negara, manusia memakai aturan buatan sendiri. Mereka tidak memakai aturan Allah Swt. Mereka memisahkan aturan agama dari kehidupan. Itulah sistem kapitalisme, dengan ide dasarnya, yaitu sekularisme di mana agama tidak boleh ikut campur dalam kehidupan. Agama hanya ada di pojok - pojok sempit ibadah ritual. Maka jangan heran ketika ada orang yang melanggar aturan dia tidak berkerudung, begitu ditangkap langsung pakai kerudung. Saat bermaksiat tampil modis, begitu ditangkap pakai gamis.

Orang-orang ini hanya ingat kepada Allah saat terkena masalah. Ketika masalah selesai mereka kembali seperti semula. Seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa. Agama dicari saat dibutuhkan. Setelah itu ditinggalkan. Itulah wajah buruk sistem kapitalisme. Melanggar aturan seolah menjadi ritme.

Pelanggaran dalam Sistem Islam

Bila dalam sistem kapitalisme para pejabatnya suka melanggar aturan, tidak demikian yang terjadi di dalam sistem Islam. Negara yang menerapkan aturan Islam akan membina para pejabat agar memiliki ketakwaan kepada Allah Swt, amanah, ikhlas dan kemampuan yang tinggi di bidangnya. Islam juga mengharuskan negara untuk berbuat adil saat ada pelanggaran yang terjadi di tengah masyarakat. Sanksi dalam Islam dijatuhkan kepada yang bersalah tanpa memandang status sosialnya. Siapa pun dia, jika melanggar aturan pasti akan ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku. Tidak peduli dia itu rakyat biasa, pengusaha, ataupun
hakim. Apakah dia itu laki-laki atau perempuan, kaya atau miskin.

Keadilan dalam Islam

Islam memandang bahwa semua orang mempunyai kedudukan yang sama di hadapan Allah Swt, yang membedakan hanyalah ketakwaannya. Sebagaimana firman Allah Swt yang artinya; "Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui Maha Teliti." (TQS.Al Hujurat [49]:13)

Islam memandang bahwa semua manusia itu sama, maka keadilan Islam bisa didapatkan oleh siapa pun. Banyak riwayat yang mengisahkannya, baik di masa Rasul Saw maupun para sahabat beliau.

Keadilan Islam sudah pernah diterapkan di masa Rasul. Pada suatu hari ada seorang pencuri wanita dari kalangan orang terpandang. Saat itu Usamah bin Zaid meminta grasi (keringanan) untuk wanita tersebut. Setelah Usamah menyampaikan, Rasul bertanya, "Apakah engkau hendak bersyafaat atas hukum-hukum Allah, wahai Usamah?" Rasul Saw tidak setuju dengan usulan Usamah. Setelah itu Rasul bersabda, "Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah tatkala ada orang yang terhormat mencuri, mereka membiarkannya, dan jika orang lemah yang mencuri, mereka potong tangannya. Demi Zat yang jiwaku dalam genggaman-Nya, seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya akan aku potong tangannya."
(HR. Bukhari)

Hadis di atas sudah cukup memberi contoh dan teladan bagi kita. Betapa islam sangat adil kepada semua orang. Siapa pun yang melanggar aturan pasti akan dihukum dengan seadil-adilnya. Tanpa pandang bulu.Tanpa pilih-pilih. Namun, keadilan tersebut hanya bisa terwujud apabila Islam diterapkan secara menyeluruh, agar tercipta kehidupan yang penuh berkah.

Wallaahu a'lam.[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Apakah Kemenangan Taliban Merupakan Kemenangan Islam?

"Taliban belum mau menyatukan negeri-negeri Islam yang terpecah-belah. Mereka berprinsip menegakkan negara imarah, namun masih mengakui nation state"


Oleh. Nina Marlina, A.Md
(Muslimah Peduli Umat)

NarasiPost.Com-Dikutip dari Sindonews.com(20 Agustus 2021), akhirnya kelompok milisi Taliban secara resmi mendeklarasikan nama negara baru Afghanistan dengan nama "Imarah Islam Afghanistan" atau "Islamic Emirate of Afghanistan" pada hari Kamis, 19 Agustus 2021. Deklarasi ini bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Afghanistan.

Dengan deklarasi tersebut akan memperkuat kekuasaan Taliban di negara itu, beberapa hari setelah merebut ibu kota nasional Kabul, tepatnya pada 15 Agustus 2021. Selain itu, mereka menggulingkan pemerintah Afghanistan atas dukungan Amerika Serikat (AS). Atas kemenangan Taliban menguasai kembali Afghanistan, Amerika Serikat (AS) pun menarik pasukan militernya setelah sekian lama menduduki wilayah tersebut. Selama 20 tahun AS berperang melawan Taliban, yakni sejak tahun 2001 tatkala AS berhasil meruntuhkan kekuasaan kelompok militan ini. Adapun alasan bercokolnya pasukan AS ini dikatakan untuk mengawal proses demokratisasi dan menghalangi penguasaan oleh Taliban.

Taliban adalah kelompok militan Afghanistan yang terbentuk pada September tahun 1994. Tujuan kelompok ini adalah menegakkan negara yang akan menerapkan syariat Islam. Pada September 1996, Taliban berhasil menduduki pemerintahan dan menerapkan hukum Islam di sana. Namun, sayangnya rakyat Afghanistan merasa keberatan dengan penerapan hukum yang dianggap terlalu keras pada saat itu. Begitu pun dengan sekarang, rakyat banyak yang ingin mengungsi atau meninggalkan negaranya. Ribuan warga berebut naik pesawat di bandara. Hal ini menunjukkan begitu besarnya pengaruh dan intervensi AS selama bercokol di sana. Selama 20 tahun pendudukan, AS telah mampu mengubah pola pikir dan pola sikap kaum muslim Afghan terhadap agamanya.

Selain itu, kelompok Taliban belum mau menyatukan negeri-negeri Islam yang terpecah-belah. Mereka berprinsip menegakkan negara imarah, namun masih mengakui nation state. Mereka juga masih mau berkompromi atau bernegosiasi dengan Amerika Serikat. Padahal seharusnya mereka tak perlu terikat pada berbagai negoisasi.

Umat Islam harus bersatu dalam Khilafah. Kewajiban khilafah tak perlu dikompromikan. Khilafah akan menyatukan wilayah umat Islam yang terpecah-belah selama ini. Dengan hal tersebut, tentu umat tak akan mudah dicabik-cabik. Dengan persatuan tersebut, Islam akan menjadi kuat, disegani dan ditakuti lawan.

Untuk dapat menerapkan sistem Islam tentu membutuhkan wadah atau kekuasaan. Akan tetapi, kekuasaan di dalam Islam diraih untuk menerapkan Islam, bukan untuk mencari jabatan, kekayaan atau kepentingan kelompok dan segelintir orang, seperti pada sistem demokrasi saat ini.

Selanjutnya, kelompok dakwah yang memperjuangkan tegaknya Islam harus memiliki fikrah (pemikiran) dan thariqah (metode) yang berasal dari Islam. Pemikirannya cemerlang, tidak tercampur dengan ide di luar Islam. Begitu pun metodenya senantiasa berpedoman pada metode yang telah dilakukan oleh Rasulullah Saw. Tidak akan berkompromi dengan musuh untuk mendapatkan kekuasaan dan harta. Adapun thariqah dakwah Rasulullah Saw terdiri dari 3 tahap, yaitu tasqif (pembinaan), tafa'ul (berinteraksi dengan masyarakat), dan tatbiq (menerapkan sistem Islam). Dalam proses tafa'ul menuju tatbiq, ada proses yang dijalani yakni thalabun nushrah atau mencari pertolongan kepada para pemilik kekuatan yang mau melindungi dakwah dan siap menerapkan Islam.

Dakwah yang dilakukan adalah secara pemikiran, tanpa kekerasan. Rasulullah Saw benar-benar mempersiapkan umat untuk mendukung dakwah dan bersedia agar Islam mengatur kehidupan mereka. Bukan atas dasar paksaan, namun atas kesadaran akan wajibnya penerapan hukum Islam. Bukan pula dengan kekerasan atau kudeta militer.

Alhasil, Islam pun dapat diterapkan dalam negara atas dukungan masyarakat Madinah dan para Ahlul Quwwah (pemilik kekuatan). Ketika hari ini institusi tersebut belum berdiri kembali, maka merupakan kewajiban kita untuk menegakkannya kembali. Tentunya dengan mencontoh metode Rasulullah Saw agar kemenangan Islam benar-benar terwujud dengan penerapan hukum-Nya secara kafah.

Wallahu a'lam bishshawab.[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Dari Rahim Terbaik Lahirlah Generasi Terbaik

"Anak tidak mungkin bisa menjadi generasi terbaik tanpa peran terbaik dari orang tuanya. Sehingga anak dan orang tua harus sama-sama memperbaiki dan memantaskan diri di hadapan-Nya.Orang tua wajib mendalami Al-Qur'an dan memperjuangkan nilai-nilai Islam agar pemikiran Barat yang mendarah daging di kepala umat bisa ditumpas."


Oleh : Messy Ikhsan
( Kontributor Tetap narasiPost.Com )

NarasiPost.Com-Allah berfirman :

لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

"Sesungguhnya Kami sudah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk." (QS. At-Tin : 4)

Dalam banyak ayat-ayat Al-Qur'an, Allah menjelaskan tentang kesempurnaan ciptaan-Nya. Termasuk Maha Suci Allah yang telah menciptakan perempuan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Salah satu kelebihan yang membuat perempuan semakin istimewa adalah dengan adanya rahim, hingga mampu hamil dan melahirkan. Di dalam rahim itulah tempat terjadinya proses penciptaan manusia baru. Sungguh, suatu proses yang membuat siapa pun takjub dan mengagungkan kekuasanya-Nya.

Bunda yang dirahmati Allah, untuk mencetak generasi terbaik tentu harus lahir dari rahim terbaik pula. Rahim dari seorang perempuan yang telah melayakkan dan mempersiapkan diri menjadi pribadi yang saleha dan taat kepada Allah. Sehingga jauh-jauh hari semasa menyandang gelar jomlo, ia sudah memiliki rancangan yang matang tentang gambaran anak idaman menurut versi Rabb semesta.

Sebagaimana anak yang rajin ibadah, beradab, dan berakhlak mulia, itu dipengaruhi kesalehan orang tuanya. Begitu pula sebaliknya, anak yang bersikap pembangkang dan nakal, itu dipengaruhi oleh dosa dan kemaksiatan orang tuanya.

Oleh karena itu, orang tua yang bijak akan lebih memantaskan diri menjadi pribadi yang baik selepas akad pernikahan. Merek lebih banyak beribadah, lebih semangat berdakwah, dan lebih dekat dengan Allah. Sebab, anak tidak mungkin bisa menjadi generasi terbaik tanpa peran terbaik dari orang tuanya. Sehingga anak dan orang tua harus sama-sama memperbaiki dan memantaskan diri di hadapan-Nya.

Bunda yang dirahmati Allah, bukankah Allah sudah meninggikan tiga kali derajat bunda daripada ayah? Hal itu pertanda tanggung jawab dalam mendidik anak ada di tangan orang tua, terkhusus bunda. Sebab, fungsi bunda adalah sebagai sekolah pertama bagi anak. Sehingga bunda wajib membekali diri dengan ilmu agama dan ilmu dunia agar tercetak generasi terbaik yang faqih fiddin, beradab, dan berakhlak mulia.

Saat orang tua abai terhadap fungsi ini, lahirlah generasi latah terhadap budaya dan pemikiran Barat, tak punya pegangan dalam menggenggam ideologi Islam. Belum lagi tayangan media yang didominasi konten negatif membuat anak-anak semakin tergerus dalam arus sistem kapitalisme.

Hal itu membuat anak-anak kita jauh dari nilai-nilai Islam. Barat berhasil memberikan racun kepada generasi muda lewat food, fun, fashion, dan beragam pemikiran yang bertentangan dengan Al-Qur'an. Tentu sejak dini orang tua wajib mengenalkan pemikiran Islam kepada sang buah hati. Salah satunya tentang perjuangan Rasulullah dan para sahabat dalam membela Islam sampai mati.

Belajar dari Ibunda Terbaik Zaman Dahulu

Untuk mengisi cahaya peradaban Islam yang insyaAllah sebentar lagi menghiasi bumi, maka teruntuk perempuan, baik calon bunda dan yang sudah menyandang gelar bunda wajib mendalami ayat-ayat cinta Rabb semesta. Agar terlahir generasi pejuang yang paham esensi penerapan Al-Quran secara kafah dalam kehidupan.

Bunda yang dirahmati Allah, mari kita becermin daripada kisah ibunda zaman dahulu dalam mencetak para ulama yang alim dan faqih fiddin. Bunda mereka mendidik dan menanamkan nilai-nilai karakter, menanamkan akidah Islam yang menghujam di dada. Lalu mereka ditempa menjadi anak-anak yang bermanfaat di dunia dan akhirat.

Maka, kita wajib menggenggam wasiat Bunda Khansa kepada anak-anaknya. "Anak-anakku, kalian menggenggam Islam dengan totalitas dalam ketaatan dan hijrah dengan totalitas dalam kerelaan. Demi Allah, yang tidak punya sesembahan apa pun selain Dia, sungguh kalian terlahir dari rahim ibu yang satu. Aku tidak pernah melakukan pengkhianatan kepada ayah kalian. Tidak pernah membuat malu paman dan nenek moyang kalian. Kalian pun tahu balasan yang akan Allah siapkan bagi muslim yang memerangi kaum kafir."

MasyaAllah, sungguh luar biasa didikan Bunda Khansa kepada anak-anaknya. Hal itu juga dipertegas firman Allah dalam Al-Qur'an yang berbunyi :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ

Artinya :
"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammad : 7)

Maka, untuk melahirkan generasi terbaik, lahir dari rahim terbaik pula. Begitu pula untuk melahirkan generasi pejuang lahir dari rahim pejuang. Sehingga, orang tua wajib mendalami Al-Qur'an dan memperjuangkan nilai-nilai Islam agar pemikiran Barat yang mendarah daging di kepala umat bisa ditumpas. Dengan menjadikan ayat Allah sebagai solusi dari setiap permasalahan kehidupan. Semoga Allah jadikan keturunan kita semua anak-anak yang mampu membahagiakan orang tua, umat, Rasulullah, dan Allah Ta'ala. Aamiin.[]


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Cukuplah Allah Bagiku

Cukuplah Dia tempatku bersandar.
Di saat harapan kian pudar.
Kalam-Nya menjadi penegar.
Merajut kembali cita dalam ikhtiar.


Oleh : Deena Noor

NarasiPost.Com-Selendang impian terhempas
Menampar wajah kian pias
Tertunduk memelas
Dalam diam, air matanya menderas

Kutatap wajah itu
Terbingkai raut sendu
Pada cermin yang membisu
Itu, aku

Nada-nada pilu tengah berdenting
Memecah lamunan hening
Menegur diri yang sempat berpaling
Mengembalikan makna penting

Cukuplah Allah bagiku
Hanya Dia Yang Satu
Memberi cinta tanpa ragu
Hingga membuatku malu

Dia tetap menerimaku
Meski berulang kali aku berlalu
Menutup mata, pura-pura tak tahu
Demi mengejar dunia yang palsu

Lagi dan lagi
Berulang, entah berapa kali
Uluran-Nya selalu merengkuh kembali
Di saat yang lain menepi, tak peduli

Kala hati tercabik-cabik perih
Dia mendekapku dalam kasih
Merawat luka hingga pilih
Murni, tanpa pamrih

Kala manusia hanya mengobral janji
Melambungkan angan bagai mimpi
Dia tak pernah sekali pun mengingkari
Benar, pasti terbukti

Kala teman datang dan pergi
Dia tetap di sisi
Menemaniku dalam meniti
Meski sering tak kusadari

Kala sahabat bisa berkhianat
Meninggalkan luka menyayat
Seketika hati teringat
Ada Allah Sang Mahahebat

Begitulah baiknya Dia
Kau tak mungkin bisa menandingi-Nya
Masihkah kau bertanya
Kenapa aku memilih Dia?

Cukuplah Dia tempatku bersandar
Di saat harapan kian pudar
Kalam-Nya menjadi penegar
Merajut kembali cita dalam ikhtiar

Dia-lah pelipur lara
Hilangnya asa
Tercerabut tanpa rasa
Oleh angkara dursila

Sungguh ….
Cukuplah Allah bagiku
Cukuplah Allah bagiku
Cukuplah Allah bagiku

Madiun, 14 Juli 2021[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tes Covid Gratis?“No Free Lunch” dalam Demokrasi

"Kelemahan mendasar dari sistem demokrasi sekuler adalah tidak adanya ketakutan dari pemimpin kepada Tuhannya atau pertanggungjawaban di akhirat nanti. Hal ini membuka peluang besar bagi pemimpin terjerumus dalam sikap tiran. "
(Abdul Kareem Newell : Akuntabilitas Negara Khilafah, 2011. PTI h. 67-68)


Oleh: Rindyanti Septiana S.H.I
(Pengamat Sosial dan Politik)

NarasiPost.Com-Apakah rakyat patut bersyukur atau tidak dengan instruksi Presiden Jokowi kepada Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, untuk menurukan harga tes PCR? Sebab sebelumnya media nasional masif memberitakan harga PCR di Indonesia lebih mahal dibandingkan dengan beberapa negara lain. Hal yang biasa dalam negeri demokrasi, akan lebih mudah mengubah kebijakan jika ada suara “berisik” dari para netizen yang masif.

Jokowi pun meminta Menkes menurukan harga tes PCR pada kisaran harga Rp450.000- Rp550.000. (cnbcindonesia.com, 15/8/2021)

Senangkah rakyat dengan kebijakan menurunkan harga tes Covid? Ternyata perubahan harga tes Covid tak memberi dampak positif yang signifikan di tengah masyarakat. Karena pada kenyataanya, masih banyak lembaga kesehatan yang melakukan tes Covid dengan harga di atas Rp900.000 melebih tarif batas yang ditetapkan pemerintah. Sementara itu, Tjandra Yoga, mantan Direktur WHO Asia Tenggara menilai pemerintah jangan buru-buru menetapkan tarif batas tertinggi tes PCR. Harus dilihat terlebih dahulu berapa ongkos pajaknya, berapa modal, dan besaran keuntungannya. (cnbcindonesia.com, 15/8/2021)

Beginilah cara berpikir kapitalis dalam menentukan kebijakan, harus dilihat dulu untung dan ruginya. Bukan memastikan apakah kebijakan tersebut, memudahkan atau menyulitkan rakyatnya.

Sepertinya penguasa dalam demokrasi sedang memainkan perasaan rakyat dengan mencoba menurunkan harga tes Covid di tengah pandemi. Menurunkan harga bukanlah solusi untuk memudahkan rakyat memastikan kondisi kesehatan mereka. Seharusnya menggratiskannya, sebab telah menjadi tanggung jawab penuh bagi negara menjamin kesehatan rakyat.

Absennya Penguasa Demokrasi Saat Pandemi

Bukti hadirnya pemerintah dalam menyolusi pandemi salah satunya lewat penjaminan secara menyeluruh fasilitas kesehatan. Seperti yang disampaikan oleh Trubus Rahardiansyah, seorang pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, harusnya digratiskan, semua biaya ditanggung pemerintah. (tirto.id, 19/3/2020) Hal ini sejalan dengan UU no.6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan dan UU Kesehatan.

Tapi mengapa justru masalah biaya tes Covid dan kesehatan lainnya tetap ditanggung rakyat saat pandemi? Sebab, penguasanya berusaha menutup mata, bagi mereka menurunkan harga tes Covid dianggap bentuk kepedulian tertinggi pada rakyat. Padahal ini menjadi salah satu gambaran jelas bagi rakyat absennya penguasa demokrasi saat pandemi.

Anehnya, penguasa masih bisa bicara di depan publik mengatakan mereka menambah utang lagi demi membantu rakyat yang kesulitan saat pandemi. Sementara subsidi dan alokasi keuangan negara tidak dianggarkan untuk menggratiskan biaya tes Covid. Satria Aji Imawan, pengamat kebijakan publik dari Universitas Gadjah Mada, menyarankan pemerintah untuk menganggarkan dana lewat Kementerian Kesehatan untuk menggratiskan biaya tes Covid. (tirto,19/3/2020)
Tapi rakyat telah biasa menelan pahit dan getirnya hidup dalam kepemimpinan demokrasi. Hingga slogan “No Free Lunch” dalam demokrasi cukup dipahami oleh rakyat. Tak ada makan siang gratis dalam sistem demokrasi kapitalis. Kalau mau gratisan katanya tidak di sini, maka kerja, kerja,kerja. Cari uang, jangan maunya dikasih gratisan terus, akhirnya rakyat manja dan tak mandiri. Pandai sekali para punggawa negara berucap hingga tak ada celah untuk menyalahkan semua kebijakan mereka.

Bisa Gratis Tapi Merugi

Sebenarnya siapa yang diuntungkan dengan mahalnya harga tes Covid di negeri ini? Pemerintah, rumah sakit atau pengusaha yang bekerja sama dengan oknum pejabat untuk meraup untung lewat tes Covid? Jika peran pemerintah tidak lemah menyolusi pandemi tentu menggratiskan tes bukan hal yang sulit.

Tapi lagi-lagi, di kepala para pejabat negara ialah tidak mau merugi dengan menggratiskan sesuatu. Kesempatan “emas” di saat pandemi mendulang keuntungan. Bukannya hati nurani penguasa demokrasi telah lama mati hingga tak bisa lagi peduli dengan rakyatnya? Dibuktikan dengan berbagai kebijakan yang diputuskan selama berkuasa, tak ada satu pun yang menyejahterakan.

Sementara Korea Selatan, Singapura, dan Cina telah menggratiskan biaya pemeriksaan. Hingga berdampak baik bagi Cina karena mampu menurunkan angka kasus baru karena Covid. Pemerintah Cina sendiri menganggarkan 110 miliar yuan untuk perawatan, bagi staf dan perlengkapan medis. Menurut pengakuan Profesor Dirk Pfeiffer (Jockey Club College of Veterinary Medicine and Life Sciences), menggratiskan biaya tes merupakan salah satu faktor Cina berhasil menekan angka penderita Corona. (tirto.19/3/2020)

Maka dapat kita ketahui, bahwa menggratiskan biaya tes bisa dilakukan oleh negara. Tapi bagi mereka hal ini justru akan merugikan, karena akan banyak uang yang harus digelontorkan. Bagaimana mereka bisa menikmati hidup berlimpah uang kalau bukan saat mereka sedang berkuasa?

Mau Kesehatan Gratis? Khilafah Saja

Dalam Islam, Khalifah menjalankan hukum Allah dan bertanggung jawab kepada Allah atas kepemimpinannya. Selama Khalifah berkuasa maka tak ada alasan untuk tidak memenuhi segala kebutuhan rakyatnya termasuk kesehatan, apalagi kesehatan merupakan salah satu kebutuhan rakyat yang vital.

Mencari keuntungan di tengah kesulitan rakyat mengakses kesehatan bukanlah sikap yang dimiliki para pejabat dalam Khilafah. Sebagaimana yang disampaikan Umar saat dibaiat sebagai Khalifah. Ia menangis dengan beratnya beban yang harus dipikul mempertanggungjawabkan kepemimpinannya di hadapan Allah. Umar menuliskan surat kepada para pejabat di bawahnya,”…dengan segala yang diujikan ini, aku sangat takut akan datangnya penghisaban yang sulit dan pertanyaan yang susah, kecuali apa yang dimaafkan Allah Swt.." (Syeikh Muhammad Khudari Bek, Negara Khilafah, PTI 2013 h.290)

Jika umat telah jengah dan menderita dengan berbagai kebijakan dalam demokrasi kapitalis sebaiknya mengganti sistem ini beralih pada sistem Islam.

Abdul Kareem Newell pernah mengatakan bahwa kelemahan mendasar dari sistem demokrasi sekuler adalah tidak adanya ketakutan dari pemimpin kepada Tuhannya atau pertanggungjawaban di akhirat nanti. Hal ini membuka peluang besar bagi pemimpin terjerumus dalam sikap tiran. (Akuntabilitas Negara Khilafah, 2011. PTI h. 67-68)

Mau kesehatan gratis, ya Khilafah aja. Dalam Khilafah fasilitas kesehatan telah dijamin oleh Khalifah. Hal ini telah dibuktikan saat Khilafah memimpin peradaban Dunia selama 1400 tahun. Bahkan Rasulullah Saw pernah mendatangkan dokter untuk mengobayi Ubay. Saat itu Nabi mendapatkan hadiah dokter dari Raja Muqauqis, dokter tersebut beliau jadikan sebagai dokter umum bagi rakyat. (HR.Muslim)

Hendaknya penguasa muslim mengingat kembali hadis Rasul Saw, bahwa “Pemimpin yang mengatur urusan manusia (Imam/Khalifah) adalah pengurus rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com