Alergi Makanan atau Alergi Syariat, Pilih Mana?
“Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imran: 133).
Oleh: Ana Nazahah (Revowriter Aceh, Kontributor NP)
NarasiPost.com - Apa kamu pernah menderita alergi terhadap makanan atau obat tertentu? yang saat dimakan akan menimbulkan hal mudharat bagi badan. Konon jika kita salah makan, bisa bikin gatal-gatal, mual dan muntah hingga mengganggu pencernaan dan sistem pernafasan.
Apa jadinya jika kita punya suatu alergi, dan tiba-tiba saja menyerang. Sebut saja kita tidak sengaja makan makanan yang bikin kita keracunan. Tentunya akan sangat menyiksa. Kasus terparah bisa berakhir dirawat di rumah sakit. Berbaring lemah dengan selang infus terpasang. Nggak bisa beraktivitas seperti biasa. Di saat bersamaan harus merasakan sakit yang diderita. Akankah kelak kita mengulang memakan makanan yang sama? Atau memilih menghindarinya?
Nah, itu tadi alergi terhadap makanan. Bagaimana pula jika kita alergi terhadap syariat Allah? Sepertinya, masih banyak Muslim di antara kita yang masih alergi dengan syariat Allah. Muslim tapi anti syariat. Terasa janggal, bukan? Tapi, faktanya inilah yang sering kita jumpai dalam kehidupan.
Jika alergen atau istilah lain untuk senyawa yang memicu alergi harus dihindari karena merusak badan, maka apa alasan kita meninggalkan aturan Allah Subhanahu Wa Ta'aala? Apakah aturan Allah yang menciptakan kita dan memberi kita kehidupan bisa kita samakan dengan alergen yang mengancam?
Lantas, kita enggan berhijab, karena hijab lambang ke-radikalan. Enggan shalat, karena shalat tidak berfaedah. Enggan, menjaga pergaulan, dan memilih pacaran, karena menjaga iffah dan Izzah itu cupu, menyulitkan mendapat pasangan. Enggan berdakwah dan saling menasihati, karena dakwah dan nasihat kepada kebaikan itu aktivitas intoleran. Begitukah?
Jika alergi makanan atau obat adalah reaksi menyimpang dari tubuh yang berkaitan dengan peningkatan kadar imunoglobulin E, yang merupakan suatu mekanisme sistem imun. Maka reaksi alergi terhadap syariat diakibatkan oleh apa? Jawabannya hanya satu, yakni kurangnya pengetahuan akibat sistem iman yang bermasalah.
Ya, ternyata bukan hanya sistem imun yang rendah yang berbahaya. Reaksi dari sistem iman yang rendah bahkan lebih mengancam. Lihat saja, bagaimana umat Islam hari ini begitu santai bermaksiat kepada Allah, sebaliknya begitu sulit menegakkan punggung untuk beribadah. Dan ini disebabkan oleh keimanan yang rendah.
Kurangnya keyakinan diri sebagai hamba yang wajib taat akan perintah dan larangan-Nya, pun dalam hal mengimani hisab dan adanya balasan di hari akhirat, telah membuat sebagian pribadi Muslim menjadi abai terhadap syariat. Berpikir bahwa hidup tanpa syariat Islam adalah hal yang bisa ditolerir, padahal itu adalah bencana besar.
Coba sedikit saja kita berpikir, jika alergi terhadap suatu makanan saja begitu sangat menyiksa. Bergegas kita menjauhi alergennya. Apa lagi jika meninggalkan syariat-Nya, beratnya siksa neraka sungguh lebih luar biasa. Siksa karena mendurhakai Allah Subhanahu Wa Ta'aala tak bisa dibandingkan dengan sakit di dunia. Panasnya api neraka yang menyala-nyala tak sanggup badan kita menanggungnya.
Allah Subhanahu Wa Ta'aala berfirman :
قُلۡ نَارُ جَهَنَّمَ أَشَدُّ حَرًّاۚ لَّوۡ كَانُواْ يَفۡقَهُونَ
Katakanlah, “Api neraka Jahannam itu lebih sangat panas(nya),” jika mereka mengetahui. (at-Taubah: 81).
Panas terciprat minyak saat memasak atau terbakar api, panasnya tidaklah seberapa jika dibandingkan panas neraka. Api neraka panasnya berkali-kali lipat dibandingkan panas api di dunia. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
نَارُكُمْ هَذِهِ الَّتِي يُوقِدُ ابْنُ آدَمَ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنْ حَرِّ جَهَنَّمَ
“Api kalian, yang dinyalakan bani Adam, adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian panasnya api neraka.” (HR. al-Bukhari no. 3265 dan Muslim no. 2843)
Nauzubillahi min dzalik! Masihkah wahai diri kita alergi dengan syariat-Nya. Sanggupkah wahai diri kita menahan dahsyat-Nya hari pembalasan? Mendurhakai Allah yang telah memberi kita segala adalah sikap durhaka lagi tercela. Sebagai hamba, tak pantas kita melakukannya.
Tak ada jalan lain, selain segera benahi diri, perbaiki iman. Bersegeralah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'aala kita mohonkan ampunan. Yaitu orang-orang yang berdoa sebagaimana doa di surat Ali-Imran.
اَلَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اِنَّنَآ اٰمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِۚ
(Yaitu) orang-orang yang berdoa, “Ya Tuhan kami, kami benar-benar beriman, maka ampunilah dosa-dosa kami dan lindungilah kami dari azab neraka.”
Lalu mereka meninggalkan maksiat, sembari bersegera menuju jalan ketaatan, memenuhi seruan Allah, menuju keselamatan dunia dan akhirat-Nya.
وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imran: 133).
Wallahua'lam…
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com