Miras Bebas, Terlalu!

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”
(QS.Al Maidah :90)


Oleh.Watik Handayani, S.Pd.

NarasiPost.Com-Miras minuman beralkohol harus dihindari oleh umat muslim, karena haram untuk dikonsumsi dan banyak mengandung mudaratnya serta banyak orang stress sampai meninggal gara-gara minuman ini.

Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Maidah ayat 90 yang artinya,
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”

Sudah sangat jelas bahayanya, semua itu akan merusak badan, tak sadar diri untuk melakukan maksiat. Seseorang akan berada di luar kendali, jika terlalu banyak mengonsumsi miras. Adapun bagi kita yang muslim, miras diharamkan dzatnya secara mutlak, walau hanya sedikit.

Lalu, kenapa pemerintah malah membebaskan minol beroperasi, padahal Indonesia negeri mayoritas muslim? Sungguh memprihatinkan pemerintah malah melegalkan masyarakat untuk memproduksi minuman keras (miras). Aturan produksi miras tersebut diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal.

Perpes yang diteken Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2 Februari 2021 ini merupakan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Aturan soal miras tercantum dalam lampiran III Perpres, yakni soal daftar bidang usaha dengan persyaratan tertentu. Bidang usaha miras masuk di dalamnya.

Syarat untuk usaha minuman beralkohol yakni dilakukan untuk penanaman modal baru dan dapat dilakukan pada Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Papua dengan memperhatikan budaya dan kearifan setempat.

Demi mengembangkan investasi dibukalah pabrik miras secara legal. Padahal jelas keharamannya. Pro kontra rakyat tak dihiraukan demi uang dan jabatan. Padahal pada 2014 hampir tiga juta jiwa meninggal karena alkohol, terjadinya tabrakan, kekerasan, pemerkosaan, dll. Itu sebelum dilegalkan miras, bagaimana jika dilegalkan? Apa tidak memperburuk keadaan masyarakat? Karena semua itu akan memengaruhi kehidupan yang jauh dari agama dan tindak kejahatan terfasilitasi secara sengaja.

Maka, perlu solusi untuk tatanan masyarakat yang cinta damai. Dan meminimalisasi tindakan kejahatan supaya masyarakat mendapatkan ketenangan dalam bernegara. Miras bebas, sungguh terlalu! kita negara muslim terbesar harusnya hal yang sudah jelas diharamkan tidak boleh diproduksi secara legal.

Kita pun butuh perisai Islam untuk melindungi umat dari cengkeraman kemaksiatan. muslim terbaik adalah yang berani ber amar makruf nahi munkar. Katakan yang benar dan perjuangkan dengan istikamah. Walaupun Islam itu asing, tapi bermanfaat untuk seluruh alam, karena Islam adalah cahaya bagi dunia dan jendela bagi kehidupan.

Jika sudah seperti ini hanya satu solusinya, yaitu persatuan umat muslim. Walau tak mudah, tapi harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh dan terstruktur. Supaya tercipta daulah Islam dengan sistem berideologi Islam, yakni dengan memperjuangkan tegaknya khilafah.

Hanya dalam naungan khilafah umat muslim dan nonmuslim hidup dengan peraturan yang adil, yakni dengan aturan Allah Swt, toleransi beragama tidak memihak si kaya maupun si miskin. Semua manusia mulia berdasarkan ketakwaan. Bagi nonmuslim, makanan yang bagi mereka boleh konsumsi, maka bebas diperjualbelikan tapi sebatas di kalangan nonnuslim saja, tidak boleh sampai dijualbelikan kepada muslim yang notaben diharamkan atas mereka.[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Perisai

Sampai kapan ini berlangsung
Kami terus terpasung
Penderitaan yang tak berujung
Kemanakah sang pelindung?


Oleh : Bunda FaHsan

NarasiPost.Com-Hampir satu abad lamanya
Umat Islam merana
Tanpa adanya pelindung nan gagah perkasa
Tercerai-berai keadaannya

Sampai kapan ini berlangsung
Kami terus terpasung
Penderitaan yang tak berujung
Kemanakah sang pelindung?

Seratus tahun kami terus menanti
Berharap tanpa henti
Berusaha terus menapaki
Dakwah ini harus tetap didaki
Dengan keyakinan yang pasti
Janji Allah akan ditepati

Lirih hati ini berucap harap
Dalam doa kami terus meratap
Semoga Allah meridai
Sesungguhnya kami meminta perisai

Bukan kami lelah dalam perjuangan
Hanya merasa tak berdaya melihat penindasan
Sungguh kami butuh kepemimpinan
Yang siap sedia memberi perlindungan

Sedikit lagi
Langkah kaki semakin mendekati
Penderitaan ini akan berhenti
Penantian panjang akan terganti
Sang pelindung pasti kembali

Bogor, 28 Februari 2021[]


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Islam Solusi Atasi Kemiskinan

Kalau kita bicara kemiskinan ya, itu menandakan bahwa aktivitas ekonomi selama ini justru tidak memberikan distribusi kesejahteraan yang merata,


Oleh. Siti Aisah, S.Pd
(Praktisi Pendidikan Kabupaten Subang)

NarasiPost.Com-Besar pasak daripada tiang. Istilah ini cocok untuk kondisi masyarakat saat ini. Di tengah harga kebutuhan pokok yang melangit dan pemutusan hubungan kerja dimana-mana, akhirnya yang terjadi adalah banyak pengeluaran daripada pendapatan.

Dilansir dari laman Tempo.com (22/02/2021) bahwa Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) akhir tahun ini 2021 akan menargetkan angka kemiskinan turun ke level 9,2 persen. Program andalan pemerintah dalam mengatasi kemiskinan saat ini adalah dengan memberikan berbagai bantuan-bantuan sosial Covid-19 hingga 6 bulan ke depan, dan program pemulihan kemampuan masyarakat miskin rentan yang terdampak langsung, termasuk para guru dan buruh, serta program pemulihan ekonomi nasional untuk pelaku UMKM. Tak hanya itu, direktur Bappenas, Maliki menegaskan bahwa program ini, akan mampu memulihkan perekonomian dan Rencana Pembangunan Menengah Basional (RPJMN) yang menjadi target selanjutnya.

Maliki pun menjelaskan target kemiskinan di tahun 2021 masih masa transisi yaitu sekitar 9,2 persen sampai 9,7 persen pada akhir tahun 2021, sehingga pemerintah perlu melakukan pemutakhiran data orang miskin (data terpadu kesejahteraan sosial/DTKS) secara menyeluruh. Hal ini semata-mata untuk strategi peningkatkan akurasi penerima bansos.

Seperti inilah program upaya pemerintah untuk menekan angka kemiskinan. Namun, faktanya angka kemiskinan di negeri ini tak kunjung hilang. Menanggapi hal ini Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Dr. M. Rizal Taufikurrahman mengatakan kemiskinan terjadi akibat distribusi ekonomi yang tidak merata.
Kalau kita bicara kemiskinan ya, itu menandakan bahwa aktivitas ekonomi selama ini justru tidak memberikan distribusi kesejahteraan yang merata,” ujarnya dalam acara Kabar Malam, Selasa (16/02/2021) di kanal YouTube News Khilafah Channel.

Menurut pemaparannya, angka kemiskinan ini disebabkan oleh kebijakan ekonomi yang digalakkan pemerintah di tengah pandemi tidak mampu mendorong masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, baik pangan maupun nonpangan. Tak hanya itu akses ke pasar kerja atau aksesibilitas lapangan kerja masih terbatas. Hal ini menjadi salah satu indikator orang dikatakan miskin karena kurang mampunya memenuhi kebutuhan hidup, baik karena tidak bekerja atau bekerja tapi tidak mencukupi.

Tanggung jawab pemerintahlah adalah harus menyiapkan lapangan kerja dan berbagai fasilitas lainnya, sehingga bisa diakses oleh seluruh masyarakat, khususnya kalangan bawah (baca: miskin).

Selain itu, program kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), pada faktanya hanya terserap 83 persen dari 700 triliun anggaran. Hal ini menandakan bahwa kebijakan ini tidak sepenuhnya efektif. Karena tidak mampu menyerap pasar kerja. Seharusnya PEN dan kebijakan-kebijakan reguler lainnya ini mampu menjadi supporting dari kebijakan PEN.

Sehingga wajar saja, program kebijakan ekonomi saat ini ternyata membuat masyarakat justru termiskinkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dari itulah, perlu dipantau lagi keefektifan dari kebijakannya ini. Namun, semua ini tidak bisa diserahkan kepada individu untuk mengatasinya.

Tinta emas sejarah peradaban Islam mencatat bahwa saat terjadi wabah kala itu kekhalifahan Islam di bawah kepemimpinan Umar bin al-Khaththab ra. beliau bekerja keras untuk menjamin kebutuhan rakyatnya saat wabah berlangsung. Bahkan saat itu dikatakan bahwa Umar menjadi kurus dan kulitnya pun menghitam akibat sering berada di luar ruangan melayani rakyat ketimbang berada di dalam ruangan atau kumpul bersama keluarga di rumahnya.

Sungguh berbeda pandangan Islam tentang kemiskinan dengan sistem kapitalisme. Sudah semakin jelas bahwa sistem saat ini tidak bisa diharapkan menjadi solusi atasi kemiskinan. Buruknya distribusi kekayaan yang selama ini terjadi justru disebabkan oleh penerapan Kapitalisme.

Secara teoretis, sistem Kapitalisme memberikan kesempatan yang sama (equality of opportunity) kepada setiap anggota masyarakat, namun dalam kenyatannya bersifat diskriminatif. Hanya mereka yang dekat dengan sumber dana, sumber informasi, atau kekuasaan saja yang sering mendapatkan kesempatan. Sebagai akibatnya, akan muncul sekelompok kecil orang yang menguasai sebagian besar aset ekonomi.

Maka, satu-satunya yang bisa diharapkan dalam mengatasi problem kemiskinan ekonomi itu adalah sistem ekonomi Islam. Islam memang tidak mengharuskan persamaan dalam kepemilikan kekayaan, namun Islam tidak membiarkan buruknya distribusi kekayaan. Islam memandang individu sebagai manusia yang harus dipenuhi kebutuhan-kebutuhan primernya secara menyeluruh. Negara bertanggungjawab penuh memenuhi kebutuhan rakyatnya. Dengan demikian sekuat apapun individu atau masyarakat tetap tidak akan sanggup menangani krisis kemiskinan yang menimpa negeri ini tanpa tanggung jawab penuh negara.

Karena itulah Islam mewajibkan negara yang bertanggung jawab penuh menjamin kehidupan sosial rakyatnya. Bukan sekadar menyediakan stok pangan atau obat-obatan di kala wabah. Negara juga wajib memastikan bahwa semua rakyat dapat memenuhi kebutuhan pokoknya, baik dengan harga yang terjangkau, dan atau memberi mereka secara cuma-cuma. Islam melarang berputarnya harta kekayaan hanya di kalangan orang-orang kaya, sementara kelompok lainnya tidak memperoleh bagian. Allah Swt berfirman:

كَيْ لاَ يَكُوْنُ دُوْلَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ مِنْكُمْ

"Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu."
(QS al-Hasyr [59]: 7)

Apabila masyarakat mengalami kesenjangan yang lebar antarindividu, dalam memenuhi kebutuhannya atau di dalam masyarakat tersebut terjadi kesenjangan karena mengabaikan hukum-hukum Islam serta meremehkan penerapan hukum-hukum tersebut, maka negara wajib memecahkannya dengan mewujudkan keseimbangan dalam masyarakat dengan cara memberikan harta negara yang menjadi hak miliknya kepada orang-orang memiliki keterbatasan dalam memenuhi kebutuhannya.

Dari paparan di atas, nyatalah bahwa hanya sistem ekonomi Islam yang bisa menjadi solusi bagi kemiskinan. Dan tentu saja, keunggulan sistem Islam hanya akan mewujud secara sempurna jika ada khilafah yang menerapkannya.

Wallahu a’lam bi al-Sawab.[]


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Untukmu, Permata Hatiku

"Tugas perbaikan umat inilah, yang kami wariskan kepadamu. Maka, perbanyaklah bekal untuk menghadapi tantangan akhir zaman. Bersabarlah dengan beratnya menuntut ilmu. Bersabarlah dengan medan dakwah yang kian terjal karena kau adalah pemimpin umat masa depan"


Oleh : Aya Ummu Najwa

NarasiPost.Com-Tak terkira bahagia hati, ketika kaudatang ke dunia ini. Wajah merahmu seketika melenyapkan segala sakit dan derita. Ahlan wasahlan anakku! Selamat datang di dunia yang fana ini! Dunia tempat kau akan kucetak menjadi setegar karang, sekuat baja, pemimpin generasimu, mutiara umat.

Memilikimu membuatku tersadar, bahwa kau tak hanya sebuah anugerah yang Allah berikan. Namun, kau adalah amanah, penerus estafet jalan hidup ini, jalan perjuangan penuh liku, jalannya para anbiya dan siddikin yang akan Allah tanyakan kelak padaku, apa yang telah kuberikan kepadamu, urusan dunia ataukah urusan akhirat.

Anakku, ibumu adalah wanita biasa yang merindukan surga, yang memimpikan hidup dalam kerahmatan, yang menginginkan kehidupan Islam kembali diterapkan. Maka, bersabarlah dengan jalan terjal ini, dengan berbagai hambatan dan rintangan. Bersabarlah jika kita harus banyak menahan diri, dari mengikuti hawa nafsu, menahan diri di kala yang lain bebas. Kita tetap memilih terikat dengan syariat, di kala yang lain memilih lepas.

Anakku, bersabarlah jika ibumu mengejar hafalanmu. Bersabarlah dengan banyaknya taklif yang kami berikan padamu. Bukan karena kami tak sayang, dengan banyaknya pelajaran yang kami berikan, pembatasan gadget yang kami tentukan, tersitanya waktu bermainmu. Tapi, itulah bentuk kasih sayang hakiki kami untuk masa depanmu nanti karena kau adalah pemimpin umat.

Tak selalu menuruti permintaanmu, bukan berarti kami tak mampu. Tak selalu memanjakan bukan berarti kami tak sayang. Perih hati kami melihatmu menangis karena harus belajar. Sedih hati ini melihatmu tidur di depan kitab hadismu. Pilu hati kami ketika menyodorkan kitab baru setelah selesai yang satu. Bersabarlah nak, sungguh itulah bekalmu untuk menyongsong masa depan, untuk menaikkan derajatmu di hadapan Rabbmu.

Sungguh tak terkira kebahagiaan itu. Ketika mendengarmu melantunkan ayat-ayat Allah. Begitu tak terbendung haru ini ketika kau selesaikan hafalan Al-Quran. Anakku, bukan dunia yang kami harap darimu, bukan banyaknya prestasi dan capaian dunia yang kami tunggu. Namun, kami hanya berharap kau akan menjadi syafaat kami, yang kelak menunggu kami di pintu surga-Nya.

Anakku, sistem kapitalis telah merusak kehidupan, membuang aturan Tuhan, membuat lelucon dengan agama, menghancurkan generasi umat, merusak mereka dengan permainan dan senda gurau. Inilah kehidupan yang mengagung-agungkan materi, yang mengajak lupa bahwa semua tak dibawa mati. Kehidupan yang menjauhkan manusia dari Tuhannya.

Inilah yang sekarang terjadi. Tugas perbaikan umat inilah, yang kami wariskan kepadamu. Maka, perbanyaklah bekal untuk menghadapi tantangan akhir zaman. Bersabarlah dengan beratnya menuntut ilmu. Bersabarlah dengan medan dakwah yang kian terjal karena kau adalah pemimpin umat masa depan. Arahkan dan bimbinglah mereka kepada Islam, agar mereka bangkit dan berjaya.

Sungguh, jika saat ini kau merasa letih dengan penatnya pembelajaran, bosan dengan tebalnya kitab-kitab, iri dengan waktu bermain temanmu, maka itulah sejatinya biaya yang harus dibayar untuk sebuah kesuksesan. Namun, bukan kesuksesan biasa yang ingin kita capai, tetapi kesuksesan meraih derajat tertinggi dari Rabbmu.

Maka wahai anakku, bersabarlah dan bertahanlah. Ajaklah umat kepada Islam. Jangan pernah berhenti, karena kau adalah pejuang Islam. Jangan pernah menyerah karena menyerah berarti kehilangan surga. Teruslah berjuang hingga Islam diterapkan secara sempurna di muka bumi. Sebarkanlah cahaya Islam ke seluruh penjuru dunia. Teruslah bergerak wahai anakku, hingga saatnya tiba, Allah kumpulkan kita di jannah-Nya.[]


Photo : Pinterest

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Cara Allah Menjagaku

Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang paling mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah:216)


Oleh. Rosmita

NarasiPost.Com-Sejak kecil aku mengidap penyakit asma, penyakit yang sukses membuat hidupku menderita. Bagaimana tidak? Saat anak-anak lainnya bisa bebas bermain di luar rumah, aku hanya bisa terbaring lemah saat penyakitku kambuh. Saat anak-anak lain bebas mandi hujan, aku tidak boleh. Saat anak-anak lain bebas minum es, aku pun tidak boleh. Sering aku tidak hiraukan larangan ibuku, aku main sepuas hati, mandi hujan, dan minum es, tapi setelah itu penyakitku kambuh. Kalau sudah sakit aku sendiri yang merasakan sakitnya.

Aku seperti terpenjara dalam rumah, meski pintu rumah selalu terbuka. Aku merasa terkekang tidak bisa jajan sembarangan, meski aku dikasih uang jajan. Penyakitkulah yang mengikatku sehingga aku tidak bisa berbuat sesuka hatiku. Bagaimana aku bisa hidup bebas kalau kepanasan, kehujanan, kecapean, dan minum es saja aku sakit. Aku benci penyakit ini, rasanya aku mau mati saja. Bila penyakit ini kambuh, aku sulit bernapas rasanya melelahkan sekali, kepala pusing, perut mual, badan pegal-pegal semua.

Kadang aku berpikir, kenapa Allah tidak adil kepadaku? Kenapa harus aku yang merasakan penyakit ini? Kenapa aku tidak mati saja, biar aku tidak merasakan sakit lagi?

Seiring dengan berjalannya waktu aku mulai terbiasa dengan penyakitku, aku berusaha menghindari hal-hal yang menyebabkan penyakitku kambuh. Aku lebih senang bermain di rumah dan baca buku, aku juga senang menulis dan mencurahkan isi hatiku di buku diary. Tapi tetap saja penyakitku sering kambuh, hampir tiap bulan aku sakit. Badanku sampai kurus sekali. Mungkin karena kurangnya ventilasi di rumahku, apalagi ayahku sering merokok dan menyemprot nyamuk menggunakan obat nyamuk cair. Aku tidak kuat kalau menghirup asap rokok dan bau obat nyamuk, langsung dadaku terasa sesak.

Saat remaja aku mulai mendekatkan diri kepada Allah dengan salat, mengaji, dan berdoa. Meski salatku masih bolong-bolong dan belum menutup aurat, karena aku dan orangtuaku memang masih awam soal agama. Tapi aku tidak pernah pacaran atau bergaul bebas dengan laki-laki, sampai saudara sepupuku bilang bahwa aku kuper karena aku tidak mau diajak jalan dan nongkrong bareng dia. Tidak apalah karena menurutku buat apa aku menyia-nyiakan waktu untuk hal yang tidak bermanfaat, apalagi jika setelah itu aku sakit aku sendiri yang rugi. Jadi lebih baik aku di rumah dan baca buku lebih aman bagiku.

Tapi tetap saja penyakitku kambuh, hingga aku merasa lelah dan putus asa. Aku berdoa: "Ya Allah bawalah aku ke suatu tempat, agar aku tidak lagi merasakan penyakit ini."

Allah mendengar doaku, Dia tunjukkan jalan agar aku masuk pesantren. Di sana aku mendapat ilmu dan hidayah, meskipun penyakitku belum sembuh tapi mulai jarang kambuh. Mungkin karena di pesantren tidak ada asap rokok dan semprotan nyamuk. Pernah suatu kali aku sakit, karena kecapean rupanya.

Aku juga senang di pesantren aku jadi punya banyak teman. Hobiku masih sama, yakni baca buku dan menulis. Di sini aku bisa menyalurkan hobiku menulis puisi dan cerpen yang aku tempel di mading. Teman-teman mengapresiasi tulisan-tulisanku, senang rasanya bisa menginspirasi dan memotivasi mereka.

Kini aku sudah menikah dan mempunyai dua anak, alhamdulillah penyakitku jarang kambuh bahkan bertahun-tahun lamanya. Karena suamiku juga tidak suka merokok. Yang bisa aku ambil hikmah dari penyakitku adalah mungkin itu cara Allah menjagaku. Agar aku dekat dengan-Nya, agar aku tidak berbuat maksiat apalagi sampai hamil di luar nikah. Agar aku suka membaca dan hobi menulis yang kini bermanfaat bagiku sebagai penulis opini dan hikmah-hikmah lainnya. Karena aku tidak tahu apa yang terbaik untukku, boleh jadi aku membenci penyakitku padahal itulah cara Allah menjagaku.

عَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ (٢١٦)

“Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang paling mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah:216)[]


Photo : Pinterest

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Izin Investasi Miras, Solutifkah bagi Perekonomian Indonesia yang mayoritas umat Islam?

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan."


Oleh. Khofifah Khoirun Nisa
(Mahasiswi Perguruan Tinggi di Yogyakarta )

NarasiPost.Com-Dalam laman berita RIAU24.COM (26/02/21) dilansir bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) sedang membuka izin investasi bagi industri minuman keras (miras) atau minuman beralkohol dari skala besar hingga kecil. Dengan syarat, investasi hanya dilakukan di daerah tertentu saja
Ketentuan ini tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal yang diteken kepala negara pada 2 Februari 2021. Aturan itu merupakan turunan dari Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
"Semua bidang usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha yang dinyatakan tertutup untuk penanaman modal atau untuk kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh pemerintah pusat," tulis Pasal 2 ayat 1 Perpres 10/202.

Adanya izin investasi bagi industri minuman keras ini menunjukkan bahwa pemerintah hanya melihat manfaat dari sisi ekonomi negara saja, tidak melihat realita di masyarakat bahwa rata-rata tindak kriminal terjadi karena menenggak minuman keras. Jika izin investasi miras dilanjutkan, maka dinilai akan sangat membahayakan bagi bangsa kita, karena masyarakat akan dengan mudah mendapatkan miras. Padahal banyak kasus kriminal yang dilakukan karena menenggak miras, contoh kasus pada seorang oknum polisi yang mabuk dan menembaki 4 warga, 1 anggota TNI, dan 2 pegawai cafe di Cengkareng hingga tewas karena ditagih pembayaran miras. Itu hanya beberapa kasus tetang miras yang sempat viral akhir -akhir ini.

Bagaimana kalau Miras ini benar - benar dilegalkan di negara yang mayoritas berpenduduk umat muslim ini? padahal di dalam agama Islam, miras sangat dilarang. Larangan Allah atas hambannya untuk meminum khamr atau minuman keras ini terdapat dalam firman Allah Swt di QS. Al-Maidah ayat 90 yang artinya:

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan."

Dari ayat tersebut menunjukan bahwa meminum khamr atau minuman keras adalah termasuk perbuatan syaiton. Selain perbuatan syaiton, meminum minuman keras dapat menganggu kesehatan organ tubuh manusia, serta dapat menghilangkan kesadaran sementara sehingga mematikan akal sehat, dengan itulah seseorang bisa melakukan sesuatu yang tidak diinginkan. Termasuk akan membuat orang yang meneggak minuman keras tanpa sadar bisa melakukan tindakan kriminal.

Apakah investasi bagi industri miras ini benar -benar solutif untuk membangkitkan perekonomian negara yang sedang merosot ini? Apakah tidak ada cara lain untuk meningkatkan perekonomian negara?
Sistem ekonomi Islam mendorong penciptaan anggaran negara yang berpihak kepada rakyatnya dengan tidak melakukan tindakan yang mudharat seperti mengizinkan investasi bagi miras yang jelas - jelas haram bagi umat muslim. Islam membangun dan menumbuhkan ekonominya dengan cara memaksimalkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusianya supaya saling berkesinambungan. Dengan itulah diharapkan akan tercipta suatu pertumbuhan ekonomi yang sehat bagi negara lewat pengelolaan sumber daya yang ada.

Jika dilihat sekarang, sumber daya alam kita belum benar-benar dikelola dengan baik, masih banyak sumber daya alam yang melimpah ruah yang dikuasai oleh individu. Padahal jika pengelolaan sumber daya alam masih dikelola oleh individu maka hasil dari pengelolaan alam tersebut tidak bisa menjadi pemasukan bagi negara, hasil dari sumber daya alam akan masuk ke kantong-kantong pribadi.

Sementara dalam sistem ekonomi Islam, hakikat kepemilikan harus jelas, mana yang boleh dimiliki individu, umum dan pemerintah. Dalam Islam, sumber daya alam yang melimpah ruah, dilarang untuk dimiliki oleh individu. Karena dalam pengelolaan sumber daya alam tersebut terdapat hak- hak dari masyarakat. Oleh karena itu. di dalam sistem ekonomi Islam mengelola sumber daya alam harus dilakukan oleh pemerintah guna menjadi pemasukan negara yang diperuntukkan untuk kepentingan masyarakat.

Maka Indonesia membutuhkan sistem ekonomi yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa menumbalkan sesuatu, serta tidak menempuh cara - cara yang mudharat, yaitu sistem ekonomi Islam. Sistem ekonomi Islam tidak bisa diterapkan jika sistem yang digunakan adalah sistem kapitalis sekuler. Maka marilah kita renungkan bersama firman Allah Swt:

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs. Al-A'râf [7]: 96).

Sudah saatnya sistem ekonomi kapitalis sekuler yang hanya menimbulkan penderitaan ini digantikan dengan sistem ekonomi Islam yang insyaAllah akan membawa rahmat bagi kita semua. Sistem ekonomi Islam akan sempurna jika diterapkan dengan sistem Islam yang menaunginya secara menyeluruh. Maka untuk memperoleh rahmat dari Allah dibutuhkan penerapan Islam secara kaffah supaya tercipta rahmatan lil alamin.
Wallahualam Bissawab[]


Photo : Pinterest

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Ketika Cinta Harus Terbagi Dua

"dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki."
(TQS.An-Nisa:3)


Oleh. Hana Annisa Afriliani,S.S
(Penulis Buku "Menikah Rasa Jannah")

NarasiPost.Com-Beberapa tahun lalu, jauh sebelum pandemi mengepung negeri ini, saat aku masih bisa berinteraksi face to face dengan para ibu di sekitar tempat tinggalku, begitu banyak perang pemikiran yang terjadi di sana. Termasuk saat aku mengantar sekolah anak ke tigaku yang saat itu masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Biasanya aku menunggui anakku di sekolah karena durasi belajarnya tidak lama, tanggung kalau harus bolak-balik, begitu pikirku.

Akhirnya, sambil menunggu, biasanya aku berbincang-bincang dengan para ibu yang juga sedang menunggui anaknya. Dan hari itu perbicangannya cukup seru, yakni tentang poligami. Seorang ibu muda mengatakan, " Saya lebih baik diselingkuhi daripada dipoligami!" dengan intonasi tegas dan wajah sedikit tak bersahabat.

"Kalau saya sih mending cerai daripada dipoligami." kata ibu lainnya yang usianya lebih muda lagi. Wajahnya tak kalah sewotnya.

Aku mencoba menengahi dengan menjelaskan bahwa poligami adalah bagian dari ajaran Islam. Mereka pun lantas kompak menyerangku dengan sebuah pertanyaan pamungkas, "Memang Mbak sendiri mau dipoligami?"

Jelas aku tak secara langsung menjawab pertanyaan itu dengan ya atau tidak. Tidak bisa semudah itu butuh penjelasan komperhensif tentang hal tersebut, karena perkara poligami bukan sekadar perkara mau atau tidak mau.

Dari kejadian tersebut, aku jadi makin sadar bahwa poligami masih menuai kontroversi. Miris memang! Masih banyak kalimat-kalimat bernada nyinyir yang ditujukan untuk pelaku poligami bahkan untuk poligaminya itu sendiri. Seolah poligami adalah sebuah kejahatan yang wajib dimusuhi. Padahal poligami adalah bagian dari syariat Islam.

Bukan hal yang aneh jika kaum wanita yang lebih sensitif jika bicara soal poligami, sebab hatinya begitu lembut dan perasaannya begitu mendominasi ketimbang akalnya. Begitulah fitrahnya kaum wanita. Dia dicipta dengan kelembutan rasa dan kelemahan akalnya.

Namun sejatinya, kita sebagai muslim harus menghukumi segala perkara berdasarkan pada kacamata hukum syara, bukan pada perasaan semata. Bicara soal poligami, telah jelas hukumnya dalam Islam adalah mubah alias boleh. Sebagaimana yang Allah firmankan di dalam Al-Quran:

"… dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki."
(TQS.An-Nisa:3)

Ketika ada yang mengharamkannya berarti dia mengingkari hukum Allah. Hati-hati keimanan bisa terkoyak karenanya.

Mirisnya propaganda menyudutkan poligami berlangsung sistemik, ujung-ujungnya menyerang syariat Islam. Dengan adanya kebolehan beristri lebih dari satu tersebut, Islam dituding melegalkan penindasan dan ketidakdilan pada perempuan.

Bahkan kalangan feminis akhirnya membuat propaganda sebagai tandingan dari poligami, yakni poliandri. Mereka menuntut, jika laki-laki boleh beristri lebih dari satu, mengapa perempuan tidak boleh bersuami lebih dari satu? Sungguh pemikiran ngawur khas kaum liberal.

Perlu dipahami, menerima ayat tentang poligami merupakan bagian dari keimanan. Kebolehannya tidak membuat seseorang menjadi terhina, tak juga membuat orang jadi mulia. Sebab mubah (boleh) berarti bersifat pilihan. Bukan sebuah keutamaan. Maka tak juga perlu merendahkan seorang suami yang tak 'berani' berpoligami dan memilih setia beristri hanya satu. Toh, kembali lagi poligami itu pilihan, tak ada keistimewaan di dalamnya.

Aku juga pernah mendengar komentar seorang ibu saat mendengar berita poligami seseorang. Dia mengatakan, "Ih aneh ya, istrinya cantik, muda, salihah, anak-anaknya juga sudah banyak, kok masih aja nyari istri kedua? Pasti nafsu tuh!" sungguh hal tersebut adalah pernyataan yang emosional dan salah kaprah. Karena dalam Islam, keboleh poligami adalah mutlak tanpa disertai syarat tertentu. Misalnya karena istrinya tak mampu memberi keturunan, istrinya sakit, atau kondisi-kondisi lainnya yang dinilai menjadi syarat bolehnya seorang suami berpoligami. Tidak! dalam Islam, jika pun kondisi-kondisi tersebut tidak terjadi, suami boleh saja berpoligami jika dia menginginkannya.

Namun saat ini, banyak orang yang berpoligami tanpa bekal agama yang kokoh, akhirnya mereka berpoligami namun menyalahi syariat. Menikah lagi, namun menghancurkan rumah tangga dengan istri pertamanya, karena istri kedua mensyaratkan suami harus menceraikan istri pertamanya jika menikahinya. Jelas hal tersebut batil dalam Islam.

Atau ada juga yang berpoligami namun suami tak bersikap adil pada istri-istrinya, khususnya dalam jatah bermalam. Di istri pertama 1 minggu, di istri kedua 4 bulan. Jelas hal itu merupakan bentuk kezaliman yang nyata.

Oleh karena itu, ketika cinta harus terbagi dua haruslah ada sandaran iman yang kokoh agar tak tenggelam dalam maksiat. Karena segala sesuatu akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah.[]


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Jangan Berputus Asa, Badai Pasti Berlalu

“Salah satu naskah motivasi dalam Challenge ke-2 NarasiPost.Com dengan tema “Valentine dalam Perspektif Islam”


Oleh: Alvi Rusyda

NarasiPost.com - Allah ciptakan kehidupan ini berpasang-pasangan. Ada siang dan malam, ada gelap dan terang, sulit dan mudah, sedih dan bahagia. Tujuannya untuk menguji keimanan seorang hamba. Sudah fitrah bagi manusia yang beriman, ketika Allah beri ujian dan kepayahan hidup di dunia, pasti akan mendapatkan balasan yang sempurna di akhirat kelak. Bagi orang yang kuat keimanannya akan betambah ketaatannnya kepada Sang Pencipta, ketika sedang mengalami berbagai kesulitan dan tantangan yang menghadang, maka kelak Ia akan merasakan kebahagiaan di akhirat. Sebaliknya, bagi orang yang tidak patuh atau taat, dan sibuk dengan urusan dunia maka, yang tertanam dalam benaknya adalah rasa takut kehilangan kesenangan dunia. Ketahuilah ujian yang Allah berikan, bisa jadi sebagai teguran oleh Allah, dan wasilah untuk menaikkan derajat umat Islam yang bertakwa.

Ketika Allah memberikan ujian atau musibah kepada kita, maka sikap kita yang pertama adalah menerima dengan ikhlas, ubah mindset, dan yakin semuanya terjadi karena takdir Allah. Jika kita memiliki keyakinan dalam diri, maka ketika ditimpa cobaan berat atau ringan, akan menjadi anugerah, dan ujian itu menjadi karunia Allah Swt.

Bersabar ketika Menghadapi Ujian

Wajar jika kesedihan bisa memadamkan api semangat, layakknya hujan memadamkan api unggun, atau demam yang melumpuhkan diri dari beraktivitas. Maka, sikap kita seharussnya harus bangkit, dan tidak boleh berlarut dalam kesedihan. Yakinlah, setiap kehilangan yang menimpa akan Allah siapkan ganti yang lebih baik. Misal: ketika kita kehilangan dompet kesayangan yang berisi barang beharga, pasti sedih, dan mogok beraktivitas, namun cepat beristighfar, ikhlas, dan yakin Insya Allah akan diberi ganti yang lebih baik.

Menghiasi diri dengan sifat sabar, merupakan sifat orang yang beriman. Mereka menghadapi kesulitan hidup dengan ikhlas, lapang dada, pantang menyerah, dan semangat hidup selalu terjaga. Karena sikap sabar ini resep jitu jika ditimpa kesulitan hidup. Sikap sabar ini bergandengan dengan optimis, yaitu yakin dengan pertolongan Allah, dan ada hikmah pada setiap kejadian. Sesungguhnya pertolongan Allah akan datang setelah kita mampu melewati kesabaran, kelapangan akan tiba setelah melewati kesempitan, kemudahan setelah kesulitan, badai kehidupan pasti berlalu ujian berganti dengan kebahagiaan.

Jaminan Surga bagi Orang yang diuji

Seorang ulama hanif, mengatakan, “orang yang ditakdirkan masuk surga, pasti akan merasakan banyak ujian dan musibah”. Sesuai dengan firman Allah Swt yang Artinya:

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu sebagaimana halnya orang-orang sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka, dan kesengsaraan, serta digoncangkan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah!” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS: 2:214)

Ketika mendapat ujian atau kesulitan, jangan berputus asa, karena bisa menyebabkan rendah diri. Yakin dan ingatlah nikmat yang Allah berikan kepada kita. Segala kesulitan yang terjadi, pasti akan hilang. Jika kita berputus asa, maka Allah tidak akan rida, dan kita tidak bersyukur. Tunduklah kepada Allah, dan laksanakan semua syariat-Nya, Insya Allah akan ada solusi setiap permasalahan hidup. Ujian yang Allah berikan sesuai dengan kemampuan hamba, jika seseorang mampu melewati ujian, maka Allah naikkan derajatnya. Semangat selalu, tetap optimis, jangan berputus asa, badai kehidupan pasti berlalu. Wallahua'lam.

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Dakwah Bukti Cinta dan Kasih Sayang

“Salah satu naskah motivasi dalam Challenge ke-2 NarasiPost.Com dengan tema “Valentine dalam Perspektif Islam”


Oleh: Lilik Yani

NarasiPost.com - Cinta dan kasih sayang tak sekadar dalam ucapan di bibir. Perlu ada pembuktian berupa tindakan. Buktinyapun bukan sekadar setangkai bunga mawar, sebatang coklat, atau sebuah barang bertuliskan 'love' semata. Lantas apa bukti cinta dan kasih sayang dalam Islam?

Setiap Muslim memiliki kewajiban berdakwah. Menyampaikan kebenaran tentang Islam kepada seluruh umat manusia. Melanjutkan tugas mulia Rasulullah Saw, para sahabat, juga khalifah penggantinya. Tugas mulia itu terus diemban hingga keindahan Islam bisa dinikmati seluruh umat di manapun berada. Hingga tak ada satupun yang protes karena belum tahu syariat Islam yang harus dijalankannya.

Siapa saja yang harus kita cintai?

Setiap orang yang kita temui. Tak peduli miskin atau kaya, tua atau muda. Tak melihat cantik atau sederhana. Tak juga memperhatikan status pendidikannya, semua memiliki hak sama untuk mengetahui Islam secara sempurna. Hingga tahu aturan Islam yang benar sesuai hukum syara. Itulah bukti cinta dan kasih sayang kita pada setiap umat manusia.

Apakah setiap bentuk cinta yang kita sampaikan akan diterima? Bisa ya, bisa pula tidak. Ketika berhadapan dengan obyek dakwah yang lembut hatinya, tiada jawaban kecuali sami'na wa atha'na. Hanyalah ketaatan yang diucapkannya.

Namun tak semudah itu perjuangannya. Banyak liku-liku yang harus dihadapi dengan kenikmatan 'luar biasa'. Penolakan itu adalah makanan sehari-hari. Sabarlah. Bukankah saat Rasulullah berdakwah mengalami siksa tiada tara. Bukan sekadar bully-an dengan mulut yang tiada habisnya. Ditambah dengan siksaan fisik yang tak terduga.

Ketika melihat Rasul dilempari batu hingga berdarah. Hingga membuat gemas malaikat, ingin segera menghajar mereka. Apa yang dikatakan Baginda tercinta? Mereka melakukan itu karena tidak tahu. Jika mereka tahu, tak akan tega membuat kekasih Allah terluka.

Biarlah mereka menolak bentuk cintaku saat ini, karena ketidaktahuan mereka. Mereka punya anak, cucu, dan keturunan selanjutnya. Boleh jadi orang tuanya menolak. Siapa tahu anak keturunannya diijinkan Allah beriman, menerima aturan Allah sebagai bukti cinta. Berkat kesabaran itu berbuah manis pada akhirnya.

Jika Rasulullah Saw ditolak sedemikian rupa, padahal beliau sangat dekat dengan Rabb-Nya. Lantas apalah arti kita, mengharap dakwah langsung diterima semua umat manusia.

Sahabat seperjuangan di jalan kebenaran, tiada kesulitan sedikitpun bagi Allah membuat seluruh umat di dunia ini beriman semuanya. Namun Allah hendak mencoba hamba-Nya. Seberapa tangguh perjuangan yang dilakukan, ketika perintah dakwah dikobarkan. Adakah rasa cinta pada saudara sesama manusia agar diajak ke jalan takwa? Seberapa besar rasa sayang pada saudara seiman untuk kembali bangkit menerapkan aturan Islam?

Sahabat, Allah hendak menguji keimanan kita. Seberapa besar kepedulian kita pada sesama? Apakah mencukupkan diri beriman tanpa peduli saudaranya dalam kesesatan? Apakah berjuang sekadar lepas kewajiban atau mengerahkan seluruh jiwa raga agar saudaranya kembali menjalankan ketaatan?

Ya Allah, ampuni kami jika perjuangan mengenalkan ajaran-Mu masih ala kadarnya. Sekadar tunai kewajiban belum mengerahkan segenap jiwa raga. Ampuni kami yang belum memaksimalkan upaya mengajak saudara seakidah untuk bangkit pemikiran dan ikut berjuang mendakwahkan ajaran Islam yang indah, sebagai bentuk cinta pada sesama.

Dakwah tak bisa sendirian. Surga teramat luas jika hanya dinikmati segelintir manusia. Saatnya mengajak orang sebanyak-banyaknya. Untuk kembali mengenal Allah, menerapkan seluruh aturan yang disiapkan Allah untuk pedoman hidupnya. Kemudian mengajarkan kepada saudara Muslim lainnya. Begitu seterusnya hingga seluruh umat manusia nantinya tiada yang mengeluh bahwa ajaran Allah belum sampai padanya.

Dakwah Bukti Cinta dan Kasih Sayang

Kepedulian kita pada sesama, semangat kita untuk menjelaskan keindahan Islam dengan berbagai cara. Jerih payah mengerahkan seluruh potensi diri dengan sekuat tenaga demi memahamkan aturan Allah kepada setiap orang yang ditemuinya. Semua itu demi apa? Ya, karena ada cinta dan kasih sayang hendak disalurkan pada saudaranya. Tak hanya saudara sedarah, satu keluarga. Namun saudara seakidah karena memiliki Rabb sama yaitu Allah Swt. Agama yang sama yaitu Islam. Kitab suci sebagai pedoman hidup yang sama yaitu Alquran. Rasul sang teladan kebaikan yaitu Muhammad Saw.

Ya, karena dakwah itu hakikatnya bentuk cinta dan kasih sayang kita kepada sesama saudara. Tanpa ada cinta maka kita akan mudah menyerah ketika ditolak. Tanpa ada kasih sayang, terasa berat melakukan perjuangan melewati banyak rintangan. Tanpa ada cinta dan kasih sayang, tak akan masuk menembus hati yang penuh bara.

Ya, dakwah itu cinta dan kasih sayang. Cinta sesama saudara agar terhindar siksa api neraka. Kasih sayang sesama saudara agar kembali hidup bersama menikmati keindahan surga. Cinta dan kasih sayang sesama saudara demi meraih rida Allah di setiap suasana.

Jika benar dakwah karena cinta dan kasih sayang, masih adakah keluhan jika mendapat penolakan saat menyampaikannya? Seharusnya tidak ada. Karena sadar yang dibawa adalah kebaikan, dan selalu mengajak ke jalan keselamatan.

Jika benar dakwah dilakukan demi cinta dan kasih sayang pada saudara, masihkah tega membiarkan saudara seiman dalam kesesatan? Menolak aturan Allah diterapkan, memilih aturan manusia, lalu kita mengabaikan karena bukan urusan kita? Tugas yang berat, karena dianggap sok suci ketika mendakwahkan syariat Islam. Kebanyakan menganggap ibadah cukup ritual yang umumnya dilakukan. Sholat, puasa, zakat, sudah luar biasa. Mengapa harus ikut-ikutan mendakwahkan urusan pemerintahan?

Nah, ketika onak duri menghadang. Terkadang argumen yang sudah kita persiapkan matang dipatahkan. Lalu terjadi perdebatan, adu dalil dan saling menganggap pilihannya paling benar. Apakah kita tetap berhati dingin menghadapi saudara demikian? Apakah masih tersimpan cinta dan kasih sayang pada mereka?

Hanya Allah yang bisa menguatkan hati kita agar tak mudah terpengaruh rayuan setan. Kita libatkan Allah sang pemilik hati semua insan. Mohon diberikan kekuatan dan jiwa tangguh menghadapi segala tantangan. Mereka menolak karena belum paham. Mohon pertolongan Allah agar hati saudara kita dilembutkan hingga bisa menerima kebenaran yang kita sampaikan.

Cinta dan kasih sayang hendaklah terus dihembuskan, hingga mereka paham bahwa kita tulus ikhlas memberikan. Bukan karena ingin mendapat balasan, bukan pula ingin dianggap sebagai pahlawan atau pejuang. Cinta dan kasih sayang kita kepada mereka semata-mata demi meraih rida Allah.

Demikianlah Islam memandang, cinta dan kasih sayang sesungguhnya kepada saudara Muslim. Bukan sekadar ucapan cinta berulang-ulang lewat bibir tanpa pembuktian. Dan buktinyapun bukan sekadar setangkai mawar merah atau sebatang coklat dijalin pita indah. Bukan pula sebentuk barang bertuliskan 'love' yang membuat hati bahagia sesaat.

Namun cinta dan kasih sayang menurut pandangan Islam, ketika kita berupaya tak kenal lelah mengajak semua saudara Muslim kembali menjalankan ketaatan, berlomba dalam kebaikan, berburu rida Allah hingga berakhir ketika kaki sudah menapak ke jannah.

Wallahu a'lam bish shawwab

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Jangan Nodai Cinta Dengan Maksiat

“Salah satu naskah motivasi dalam Challenge ke-2 NarasiPost.Com dengan tema “Valentine dalam Perspektif Islam”



Oleh: Husnul

NarasiPost.com - Rasa cinta adalah fitrah bagi setiap insan. Dengan cinta, seseorang akan merasa bahagia, bersemangat menjalani hidup, dan membawanya lebih berwarna.

Dengan cinta, berbagai kepahitan hidup terasa sirna, dan ketidakwarasan hidup akan pulih dalam sekejap.

Warna-warni cinta kerap membasuh jiwa dan raga siapapun. Terlebih manusia diberikan oleh Allah Swt. Naluri untuk melestarikan keturunan (gharizah nau) sehingga wajar, manusia selalu berhasrat untuk melampiaskan jenis naluri yang satu ini.

Namun, pada faktanya masih saja ada manusia, terutama pemuda yang gagal fokus pada cinta ini. Dia memilih untuk melampiaskan cintanya dengan cara-cara yang dilarang oleh Allah, seperti pacaran yang berujung pada perbuatan zina. Ketika ditanya mengapa mereka melakukannya, mereka menjawab dengan alasan kebebasan, padahal tindakannya telah menodai cinta dengan kemaksiatan. Memang, sangat sulit menasihati dua insan yang dimabuk asmara, karena mereka telah menjadikan hawa nafsu di atas segalanya. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Anas bin Malik Ra Rasulullah Saw. bersabda:

“Seorang lelaki yang berasal dari pedalaman bertanya kepada Rasulullah saw.: Bilakah berlakunya Kiamat? Rasulullah saw. bersabda: Apakah persediaan kamu untuk menghadapinya? Lelaki itu menjawab: Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah Saw. bersabda: Kamu akan tetap bersama orang yang kamu cintai” (HR. Bukhari dan Muslim)

Membahas tentang cinta, Februari ini identik dengan hari Valentine atau hari kasih sayang, suatu tradisi yang menuntut seseorang untuk merayakan cinta bersama lawan jenisnya, tanpa memandang cara yang benar dan salah. Karena yang namanya manusia pasti butuh untuk disayangi, dicintai dan diberi sanjungan. Ketika sudah berjumpa dengan hari kasih sayang ini, semangat mereka kian menggebu. Oleh karena itu, seorang Muslim harus mengetahui, sejarah kelam dari Valentine agar mereka bisa memikirkan ulang dan memutuskan apakah akan mengikuti tradisi Valentine atau tidak, selanjutnya mampu membedakan mana cinta yang sehat dan mana yang berujung maksiat, mana yang fitrah dan mana yang hanya pelampias nafsu belaka.

Valentine atau Valentinus merupakan nama seorang kristen, karena kegigihannya dalam mempertahankan ajaran agamanya, dia terbunuh. Valentine itu sendiri berasal dari bahasa latin Valentinus yang artinya gagah perkasa. Karena itu, ketika ada orang memberi pujian dengan valentinus maka sama halnya dengan memuji dewa Baal. Sedangkan raja Baal pada saat itu adalah Nimrod. Nimrod di sini pada sejarah yunani kuno, terkenal sebagai pemburu anjing atau disebut dalam bahasa romawi sebagai lupercus, yang perayaan hari lupercalia itu bertepatan dengan tanggal 15 februari.

Pada malam tanggal 14, nama gadis-gadis Romawi diundi dan siapapun yang dapat giliran undian itu telah ada seorang pria yang akan menjadi pasangannya selama perayaan lupercalia tadi. Yang mereka lakukan adalah tukar kado, pesta, dansa hingga pesta seks, naudzubillah. Intinya, sejarah Valentine itu berkaitan dengan pesta penyembahan dewa, pesta hura-hura dan seks bebas antara laki-laki dan perempuan.

Jika budaya valentine ini ditiru oleh banyak remaja di dunia, bisa rusak dunia ini. Khususnya pemuda Muslim, yang seharusnya tidak boleh mengikuti ajaran atau kebiasaan agama lain. Karena perayaan Valentine ini juga bagian dari agenda musuh Islam untuk menjauhkan generasi dengan agamanya. Rasulullah Saw, bersabda; “Kamu telah mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk ke dalam lubang biawak, kamu tetap mengikuti mereka. Kami bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang engkau maksudkan itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Baginda bersabda: Kalau bukan mereka, siapa lagi?” (HR. Bukhari Muslim)

Berbeda halnya di dalam Islam, Islam memandang cinta itu adalah suci, dia harus dijaga jangan sampai ternodai dengan cara yang tidak Allah ridai. Dalam Islam juga diperintahkan untuk saling mengasihi, menyayangi dan mencintai sesama Muslim setiap hari. Dan selalu memberikan solusi terbaik di antara permasalahan yang terjadi. Seperti, tidak akan pernah membiarkan kehormatan seorang perempuan tergadaikan dengan cara murahan, apalagi dipermainkan dan diundi sana-sini yang hanya satu hari dalam setahun. Sungguh miris jika umat Islam masih percaya pada perayaan valentine ini, padahal Allah sudah memberikan jalan yang terbaik bagi pemuda dan pemudi yang saling mencintai yaitu menikah, jika sudah siap. Jika belum, hendaklah menjaga dirinya dari perbuatan maksiat. Dengan senantiasa mengkaji Islam secara kaffah, memperbaiki umat, dan istikamah mendakwahkan Islam.

Jika seperti itu, generasi akan cerdas dan disibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat. Sebab, dalam Islam hari kasih sayang itu bukan bulan Februari melainkan hari ketika semua orang menaati aturan Ilahi. Rasulullah Saw bersabda: “Aku meninggalkan untuk kalian dua perkara dan kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunahku.“ (HR al-Hakim).

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com