Empal Jantung Pisang, Tak Kalah Nikmat dari Empal Daging

"Ternyata ada sisi lain dari jantung pisang yang selama ini disepelekan orang."


Oleh. Mak Ayu (Pecinta Kuliner Tradisional)

NarasiPost.Com-Ontong (nama di Jawa) adalah nama dari bunga pisang yang berwarna merah keungu-unguan berbentuk jantung, sehingga lebih dikenal dengan julukan jantung pisang. Jantung pisang memang sulit untuk ditemui, baik pasar tradisional, apalagi pasar modern. Kalaupun ada harganya juga tidak mahal, kisaran Rp5.000 perbijinya.

Kenapa jantung pisang dapat dijadikan altetnatif masakan sehari-hari? Karena jantung pisang ini mudah diolah dalam bentuk masakan apapun, rasanya pun nikmat. Bahkan tanpa dibumbui sudah keluar rasa gurihnya. Tanpa efek samping pula.

Tapi sayangnya masih banyak masyarakat menganggapnya sebagai barang yang tidak bermanfaat, sehingga sering hanya terbuang begitu saja. Sayang kan, kalau terbuang sia-sia?

Tapi bagi yang tahu kenikmatan rasa dari jantung pisang, pasti akan mengejarnya meski harus pesan ke pemilik tanaman pisang sendiri. Terlebih yang tahu kandungan nutrisi yang ada didalamnya.

Bagi para penikmat kuliner tradisional, jantung pisang bisa menjadi ragam menu menarik yang tak kalah rasa dengan daging sapi maupun ayam. Teksturnya sangat lunak ketika sudah dimasak, memiliki raya yang gurih. Tinggal memberi bumbu sesuai selera kita. Terlebih jantung pisang memiliki banyak manfaat bagi tubuh manusia.

Jantung pisang menjadi sumber yang baik untuk mendapatkan vitamin, mineral, juga berperan sebagai antioksidan. Kandungan nutrisi pada tiap 100 gram jantung pisang adalah Vitamin E 1,07 mg, Kalori: 51 Kcal, Protein: 1,6 g, Lemak: 0,6 g, Karbohidrat: 9,9 g, Serat: 57 g, Kalsium: 56 mg, Fosfor: 73,3 mg, Zat besi: 56,4 mg, Tembaga: 13 mg, Kalium: 553,3 mg, Magnesium: 48,7 mg (klikdokter.com).

Selain nikmat, kaya nutrisi, jantung pisang juga diyakini dapat memberikan manfaat lain bagi tubuh, yaitu bisa menyembuhkan infeksi karena memiliki kandungan etanol, mengatasi diabetes dan anemia karena kaya serat dan zat besi, melawan radikal bebas karena memiliki antioksidan, memelihara saluran cerna dan yang lainnya.

Selain bisa diolah menjadi tumis, gulai, botok, lodeh dll. Bagi penulis sendiri, ontong menjadi menu andalan pengganti kenikmatan daging sapi. Cita rasanya tak kalah nikmat, apalagi jika dibuat ala empal daging. Mudah cara buatnya dan dengan bumbu sederhana sekali.

Saya bagi resepnya dan bisa dicoba ketika menemukan si jantung pisang ini.
Bahan :
1 buah ontong
1 butir telur (boleh 2)
3 siung bawang dihaluskan
1 sendok teh garam
Sejumput ketumbar, lada, penyedap rasa.
Minyak secukupnya untuk menggoreng

Cara mengolah :
Ontong dikupas, lalu buang pelepah merahnya, potong jadi 2. Kemudian ditanak (agar kadar getah oksidannya masih ada) selama 20 menit. Angkat dan biarkan dingin. Kemudian, iris tipis tak beraturan. Masukkan semua bumbu jadi satu serta telur, aduk sampai rata. Goreng hingga permukaan tampak mengering. Siap disajikan, baik untuk lauk maupun cemilan.

Mudah bukan? Jadi kalau ibu-ibu ke pasar dan menemukan ada ontong pisang, jangan abaikan. Juga ibu-ibu di pedesaan, jangan hanya mengambil manfaat dari buah pisangnya saja. Manfaatkan juga si jantung pisang ini, karena kaya nutrisi dan mencegah dari berbagai penyakit. Silakan mencoba dan menikmati olahan dari jantung pisang.

Obral Izin Tambang, Hutan Ditebang, Bencana Datang

"Kalsel dalam kondisi darurat ruang dan darurat bencana ekologis. Selain karut-marut tata kelola lingkungan dan sumber daya alam, juga rusaknya daya tampung dan daya dukung lingkungan, termasuk tutupan lahan dan DAS."


Oleh. Irma Ismail
(Aktivis Muslimah Balikpapan)

NarasiPost.Com-Di awal tahun, duka kembali menyelimuti bumi pertiwi. Berbagai musibah terjadi, di antaranya adalah banjir besar yang melanda Kalimantan Selatan (14/1/2021). Sejumlah wilayah terendam banjir, ada 10 kabupaten dan kota yang terdampak. Tercatat 24.379 rumah terendam banjir dan 35.549 warga mengungsi. Berbagai analisa muncul, dari perubahan anomali cuaca hingga deforestasi atau penggundulan hutan akibat tambang dan pembukaan lahan.

Greenpeace Indonesia menduga banjir yang melanda Kalimantan Selatan lantaran Daerah Aliran Sungai (DAS) telah kehilangan sekitar 304.225 hektare tutupan hutan sepanjang 2001-2019, yang sebagian besar berubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Ada dua DAS yang menjadi penampung air hujan guna menghindari banjir, yakni DAS Barito dan DAS Maluka, keduanya berada di Pegunungan Meratus. Juru Bicara Kampanye Greenpeace Indonesia, Arie Kompas, menjelaskan bahwa kian tahun deforestasi di wilayah DAS tersebut semakin massif, karena konsensi kelapa sawit sampai lubang tambang yang terus menjarah tutupan hutan di sana.(cnnindonesia.com 18/1/2021)

Direktur Eksekutif Walhi Kalimantan Selatan, Kisworo Dwi Cahyono menyatakan bahwa banjir besar di Kalsel bukan hanya karena faktor tingginya curah hujan, melainkan ada faktor lain yaitu membludaknya izin usaha pertambangan dan juga besarnya perkebunan kelapa sawit. Walhi Kalsel sendiri sudah mengingatkan bahwa Kalsel dalam kondisi darurat ruang dan darurat bencana ekologis. Selain karut-marut tata kelola lingkungan dan sumber daya alam, juga rusaknya daya tampung dan daya dukung lingkungan, termasuk tutupan lahan dan DAS. Hal senada juga di ungkapkan oleh Koordinator Nasional Publish What You Pay (PWYP), Aryanto Nugroho yang mengatakan bahwa pihaknya menduga salah satu penyebab banjir besar di Kalsel yaitu rusaknya ekosistem lingkungan, dalam hal ini adalah daya dukung lingkungan .(cnbcindonesia.com 20/1/2021).

Curah hujan yang tinggi selalu menjadi alasan klasik dan penyebab utama jika terjadi banjir, hampir jarang tersentuh penyebab yang berasal dari tangan manusia kecuali oleh mereka yang bersikap kritis terhadap keadaan ini. Padahal secara kasat mata hal ini sangat mudah untuk diindera.

Dikutip dari idtoday.co (19/1/2021) Kalsel adalah salah satu provinsi di Indonesia penghasil batubara dengan luas 38.744 kilometer persegi atau setara dengan 58 kali luas Provinsi DKI Jakarta. Dan dari Kompas.com (19/1/2021) Data Direktorat Jenderal Perkebunan Kementrian Pertanian mencatat luas perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan mencapai 64.632 hektar.

Sistem kapitalisme dengan asas sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan, telah menjadikan Sumber Daya Alam (SDA) sebagai objek bagi para kapitalis atau pemilik modal untuk meraup sebanyak mungkin keuntungan tanpa memperhatikan kesejahteraan rakyat dan kelestarian lingkungan. Negara dengan sistem ini memberikan kebebasan bagi mereka, terutama yang mempunyai modal besar untuk mengelola SDA. Negara akan memberikan fasilitas berupa izin penambangan atau pembukaan lahan, dengan persentase pembagian keuntungan bagi pengusaha dan pemerintah daerah/pusat.

Memang ada keuntungan yang didapat oleh negara, tetapi dibanding dengan kerugian yang didapat, jelas lebih besar, bukan hanya materi tapi juga nyawa manusia. Untuk kasus kebakaran, tidak sedkit hewan yang mati karena terbakar atau terimbas asap pembakarab. Dan akibat deforestasi yang terus dilakukan oleh para pemilik modal besar jelas akan berdampak bagi kehidupan manusia. Hilangnya pepohonan yang ada dapat memicu bencana alam seperti banjir, longsor dan kekeringan, juga menyebabkan krisis iklim karena hutan merupakan tempat penyimpanan dan daur ulang karbondioksida yang cukup besar. Dan akibat deforestasi pula, karbondioksida akan terlepas ke atmosfer sehingga akan mempercepat perubahan iklim.

Inilah akibat diterapkannya sistem ekonomi kapitalis, pengelolaan SDA diserahkan kepada swasta/pengusaha yang dilindungi oleh UU dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi. Namun di sisi lain, terjadi kehancuran ekosistem akibat deforestasi.

Dalam sistem ekonomi Islam, kepemilikan barang dikelompokkan menjadi tiga, kepemilikan pribadi, kepemilikan umum dan kepemilikan negara. Air, api dan padang rumput adalah tiga macam yang disebutkan oleh Rasulullah Saw sebagai barang yang kepemilikannya adalah kepemilikan umum. Menurut asy-Sya’rawi air, api dan padang rumput itu adalah minyak, gas, barang tambang, belerang, sungai, laut, danau, pepohonan di hutan, kayu bakar, batubara, ikan laut, burung liar, padang rumput dan energy matahari.(Syaikh Taqiyyudin Annabhani, Nidzom al Iqtishodiyah)

Dan seluruh kaum Muslim berhak untuk mendapatkan manfaat dari barang tersebut. Karena termasuk ke dalam sumber daya alam yang besar dan tak terbatas, tambang misalnya. Maka akan dikelola oleh negara karena dibutuhkan tenaga ahli, teknologi tinggi dan biaya yang besar untuk bisa mengeksplorenya dan hasilnya akan dikembalikan kepada rakyat. Begitu juga dengan lahan pertanian, maka pembukaan lahan dengan merusak hutan seperti illegal loging atau pembakaran hutan adalah sebuah pelanggaran, maka pelakunya akan mendapat hukuman dari negara. Negara pun menetapkan aturan, jika dalam tiga tahun berturut-turut ada tanah yang tidak dikelola, maka akan diambil oleh negara. Negara pun melakukan Hima’ atau proteksi sebagian dari barang milik umum, untuk digunakan bagi kemaslahatan rakyat. Inilah penjagaan negara terhadap barang-barang yang merupakan kepemilikan umum.

Maka sudah sangat jelas dan rinci bahwa sistem Islam adalah sistem yang sempurna, tidak hanya mengatur masalah ibadah tapi juga mengatur segala hal yang itu pasti akan berhubungan dengan tuntutan pemenuhan kebutuhan manusia, serta bagaimana pengelolaan sumber daya alam dengan benar. Ketika semua diterapkan secara kaffah maka Islam sebagai rahmatan lil’alamin akan terwujud.[]


Photo : Pinterest

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Salamullah 'Alaiki, Yaa Umi!

Umi, kau pertaruhkan segalanya
Demi agungnya kodratmu
Tak kau pedulikan hidupmu
Asal kami anak-anakmu sehat selalu


Oleh Bedoon Essem

NarasiPost.Com-Dalam balutan abaya hitam
Kau tampak anggun dalam ketenangan
Walau mulai tampak kerutan letihmu
Namun, tak mengurangi akan kecantikanmu

Kau berjuang di seluruh hidupmu
Untuk kami anak-anakmu
Kau pertaruhkan nyawamu
Demi kelangsungan hidupku

Umi, kau pertaruhkan segalanya
Demi agungnya kodratmu
Tak kau pedulikan hidupmu
Asal kami anak-anakmu sehat selalu

Keindahan bunga adalah engkau
Semua kata cinta adalah engkau
Ketenangan surga adalah senyummu
Sejuknya angin adalah kasihmu

Aku yang selalu mengelilingimu dengan keluhan
Namun, senantiasa kau hadapi dengan kesabaran dan senyuman
Aku yang belum mampu membahagiakanmu
Namun, anakmu ini malah masih saja terus membebanimu

Maafkan anakmu ini, yang belum bisa menjadi yang kau harapkan
Umi, semoga Allah merahmatimu di dunia dan di akhirat

Umi..
Kusadari nilai cintamu
Restumu membawaku ke surga
Aku mempunyai dunia seisinya
Hanya denganmu bersamaku[]


Photo : Pinterest

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Mencontoh Nabi dalam Menasihati Anak-anak dan Remaja

Perjuangan mewujudkan sebuah sistem kondusif yang menciptakan anak Saleh-salehah harus segera diwujudkan karena dengan sistem yang kondusif yakni Islam maka akan mudah bagi keluarga Muslim mewujudkan perilaku Saleh-salehah pada anak-anak yang dicintainya.


Mencontoh Nabi dalam Menasihati Anak-anak dan Remaja

Oleh. Ulfa Ni'mah

NarasiPost.com - Anak adalah anugerah besar yang harus dijaga, dipelihara, dan dirawat dengan penuh kasih sayang. Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik pada setiap putra-putrinya. Sehingga ketika menjumpai sang anak tidak sesuai harapannya maka orang tua tidak segan mengingatkan atau menasihatinya.

Namun seringkali setiap orangtua terutama Ibu, malah dikatakan anaknya sebagai ibu yang bawel atau cerewet, lantaran seringnya berbicara, menasihati, atau mengulang kata-kata yang sama. Bahkan anakpun tidak segan membantah saat di nasihati oleh orangtua. Tidak sedikit orangtua yang mengeluhkan saat mereka menasihati anak, justru sering berakhir pada perselisihan. Hingga akhirnya malah membuat jarak hubungan antara orangtua dan anak semakin lebar.

Ya, tentu setiap orangtua pasti mendambakan anaknya penurut, patuh, lembut dan terbuka hatinya saat diarahkan dan dinasihati. Tidak ada satupun orangtua yang menginginkan anaknya memiliki hati yang keras, susah menerima masukan hingga sulit ditembus oleh petuah bijak yang menyejukkan.

Dalam kondisi saat ini di mana kita hidup dalam sistem kapitalis, tentu banyak sekali faktor yang mencerabut nilai-nilai Islam yang sudah kita tanamkan pada anak. Untuk itu akhirnya kita dapati banyak perubahan yang terjadi pada diri anak salah satunya saat anak berbelok pada perbuatan yang tidak dikehendaki maka diperlukan nasihat yang mumpuni.

Nasihat sangat bermanfaat, nasihat sangatlah mahal. Apalagi kalau nasihat itu bertujuan menghantarkan anak pada kebaikan.

Mari kita tengok bagaimana Rasul memberi teladan dalam hal memberi nasihat pada zamannya.

Rasul mencontohkan dua nasihat yang berbeda untuk dua orang yang berbeda kepada anak-anak dan remaja.

Nasihat Kepada Anak-anak

Nasihat kepada Abdullah bin Abbas Radhiallahu 'anhu,

"Dari Ibnu Abbas dia berkata: Aku dibonceng Nabi Saw dan beliau berkata, " Nak, aku akan mengajarimu beberapa kalimat, semoga Allah memberimu manfaat dengannya." Aku berkata: Ya. Nabi berkata, " Jagalah Allah, Dia akan menjagamu, jagalah Allah, kamu akan menjumpai-Nya ada di hadapanmu, Kenalilah Dia dalam keadaan lapang, Dia akan mengenalimu di waktu sempit. Jika kamu minta, mintalah kepada Allah, …(HR
Ahmad dan Tirmidzi, dia berkata: hasan shahih)

Usia Abdullah bin Abbas saat itu ketika diberi nasihat oleh Rasul adalah berkisar 3-13 tahun, karena pada saat itu nasihat ini diberikan saat posisi Abdullah bin Abbas di Madinah dan ini masuk kategori usia anak-anak.

Mari selami suasana dan cara Nabi dalam menguntai nasihat, Dalam periwayatan di atas, menggambarkan jelas suasana saat Nabi menguntai nasihat adalah pada saat sedang mengendarai kendaraan. Suasana ini sangatlah indah, sedang santai, tenang menikmati kenyamanan dan hati dalam keadaan lapang. Apalagi kendaraan yang ditunggangi Nabi dan Abdullah bin Abbas adalah kendaraan seekor binatang yang sangat disukai anak anak.

Inilah momentum mahal di mana saat untaian nasihat diberikan pada waktu sangat tepat. Sehingga peluang nasihat masuk menembus dinding hati anak-anak kita sangat besar.

Berbeda jika nasihat kita berikan pada suasana penuh amarah dan menegangkan. yang ada anak justru merasa tertekan, ketakutan sehingga malah berakibat membangkang tidak merasa dicintai orangtua. Inilah penyebab mandulnya nasihat orangtua hari ini. Sayangnya lagi, seringnya momentum perjalanan hanya berisi kumpulan pita tanpa suara. atau kalau ada suara tanpa makna.

Kedua, dari hadist di atas juga terlihat bagaimana metode nabi memberi nasehat kepada Abdullah bin Abbas, Rasulullah menggunakan muqaddimah sebelum menasihati.

"Nak, aku akan mengajarimu beberapa kalimat, semoga Allah memberimu manfaat dengannya."

Mengapa Rasulullah perlu menggunakan muqaddimah kepada anak-anak? Mengingat usia anak-anak adalah usia bermain, cenderung asyik dengan permainan sehingga sering teralihkan perhatiannya oleh sekeliling maka membuat tidak bisa konsentrasi dalam jangka lama. Karena itu, Rasullullah memulai menggunakan kalimat pembuka saat menasihati, hal ini dimaksudkan untuk membuat anak berkonsentrasi. Sehingga anak siap menerima nilai-nilai yang disampaikan.

Rasulullahpun dalam hadits memanggil Abdullah bin Abbas dengan panggilan "Nak," Sehingga memang bisa dilihat pada saat itu yang sedang naik kendaraan adalah hanya Rasulullah dan Abdullah bin Abbas. dan Panggilan Nak yang ditujukan Rasul hanya tertuju pada Abdullah bin Abbas, tidak ada selainnya.

Panggilan dan kalimat muqaddimah ini sebagai penegasan agar Abdullah bin Abbas, anak yang akan dinasihati Rasul untuk siap menerima nasihat. di mana telinga segera dibuka, perhatian segera dinyalakan, akal siap menerima dan hati siap menyimpannya.

Kemudian dalam hadits juga dijelaskan Rasulullah memberi sentuhan doa agar nasihat menjadi halus indah terdengar. "Semoga Allah memberimu manfaat dengannya". Jadi dengan untaian doa tersebut nasihat yang akan dimasukkan memiliki ruh besar pengharapan doa kepada Sang Pencipta agar anak-anak yang akan dinasihati tersentuh hingga nasihat bisa menghujam dalam jiwa mereka.

Kalimat yang digunakan Rasul pada saat memberi nasihat kepada Abdullah bin Abbas dengan memilih kalimat singkat, padat dan mudah dipahami. Kita bisa rasakan bagaimana untaian nasihat Rasul kepada Abbas, anak-anak.

"Jagalah Allah dia akan menjagamu"

"Jagalah Allah, kamu akan menjumpainya ada di hadapanmu"

Kalimat di atas singkat padat dan mudah dipahami. Rasul menguntai itu dengan tepat dengan kecerdasan berbahasa yang tinggi sehingga Abdullah bin Abbas tumbuh menjadi pribadi pejuang Islam yang memiliki kepribadian yang tangguh dan percaya diri dalam perjuangan Islam.

Nasihat untuk Remaja

Usia remaja adalah usia di mana seseorang sedang mencari identitas dirinya. Maka dari itu, merekapun merasa telah memiliki kemampuan dan keinginan berbuat lebih tanpa intervensi orangtua. Inilah yang terkadang membuat mereka bisa berbelok dari nilai-nilai Islam yang ditanamkan oleh orangtua semenjak kecil. Untuk itu pendampingan orangtua harus terus dilakukan kepada mereka salahsatunya memberi nasihat kepada kebaikan.

Rasulullah telah memberikan teladan bagaimana memberi nasihat pada anak remaja atau dewasa, yaitu kepada Abdullah bin Umar, saat itu usia Abdullah bin Umar 21 tahun.

Dari Mujahid, dari Abdullah bin Umar Radhiallahu 'anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memegang pundakku dan beliau bersabda, "Jadilah kamu di dunia ini seakan seorang yang asing (pengembara) atau penyeberang jalan." Mujahid berkata: " Dan Ibnu Umar berkata, " Jika kamu berada di sore hari, jangan menunggu hingga pagi hari. Dan jika kamu berada di pagi hari, jangan menunggu hingga sore hari. Manfaatkan sehatmu sebelum datang sakitmu dan hidupmu sebelum matimu." ( HR. Bukhari)

Dari hadist di atas, nampak Abdullah bin Umar dinasihati Nabi dengan disentuh pundaknya. Sentuhan fisik adalah kontak yang dapat memberikan arti rasa nyaman dan kedekatan bagi anak-anak maupun remaja. Kedekatan dan kenyamanan ini sangatlah mahal, dan ini menjadi kunci rahasia nasihat nabi yang mampu menembus karang hati yang terjal. Maka tak heran Rasul sangat mudah saat berdakwah kepada para pemuda pada saat itu karena Rasul sangat memahami bagaimana memperlakukan anak muda, beliau ringan tangan menyentuhkan tangannya. Jika seorang anak muda telah mengagumi seseorang, Rasulullah. Kemudian diajak berbincang oleh beliau, Rasul yang dikagumi di hati mereka, maka merekapun merasa sedang mendengar nasihat dahsyat di relung hati mereka. Inilah kuncinya membangun kedekatan dan kenyamanan dengan sentuhan fisik.

Kedua, disampaikan dalam hadist Rasulullah memberikan penghargaan saat menasihati anak muda. Caranya dengan menganggap bahwasanya mereka bukanlah anak-anak lagi. Mereka adalah anak muda yang mulai tumbuh dewasa sehingga Abdullah bin Umar diajak berpikir untuk mencerna kalimat yang teruntai dalam bentuk nasihat. Dengan kalimat singkat, filosofis dan kaya dengan ragam tafsir, berbeda dengan saat memberi nasihat pada Abdullah bin Abbas. Rasulullah mengarahkan Abdullah bin Umar untuk menghidupkan logika berpikirnya, mengajaknya belajar mencerna untaian kalimat yang telah tersusun. Dengan demikian ini menjadi modal besar bagi kebesarannya.

Jadilah kamu di dunia ini seakan seorang yang asing (pengembara) atau penyeberang jalan.

Kalimat filosofi di atas disampaikan nabi tanpa tafsir, kemudian oleh Abdullah bin Umar ditafsirkan dengan penafsiran yang luar biasa.

Jika kamu berada di sore hari, jangan menunggu hingga pagi hari. Dan jika kamu berada di pagi hari, jangan menunggu hingga sore hari. Manfaatkan sehatmu sebelum datang sakitmu dan hidupmu sebelum matimu.

MasyaAllah, penafsiran Abdullah bin Umar sungguh cemerlang. Dengan kematangan berpikirnya dalam bimbingan nubuwah, Abdullah bin Umar menggambarkan dengan detail perjalanan hidup seorang pengembara yang tidak akan berhenti dalam pengembaraannya sebelum mencapai tempat tujuan. Untuk mencapai tujuan akhir sebenarnya, pengembara akan menyiapkan diri sebaik mungkin dengan perbekalan terbaik yang harus disiapkannya. Berusaha memanfaatkan kesempatan kebaikan, tidak disia-siakan. Karena waktu sangat terbatas dan semua akan berakhir pada titik tujuan utama.

Cara berpikir Abdullah bin Umar tentunya tidak bisa didapatkan jika sedari kecil tidak dikenalkan dengan Islam, majelis Ilmu. Maka dengan bimbingan nubuwah, Abdullah bin Umar memiliki hati yang lembut saat Rasul menguntai nasihat untuknya.

Inilah metode Nabi menguntai nasihat, di mana dua nasihat berbeda Rasulullah yang ditujukan pada usia berbeda pada anak-anak dan remaja sejatinya bisa dicontoh oleh keluarga Muslim saat ini. Karena pada hakikatnya seorang anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, mudah tersentuh hatinya dengan kebenaran. Untuk itu, jika mendambakan anak tetap dalam keadaan fitrahnya, penurut dan terlingkupi kebaikan maka ajarkanlah mereka mengenal Tuhannya semenjak dini, tanamkan kepada anak bagaimana hatinya selalu menyambung dengan Allah. Jika mereka mengenal Rabb-Nya, maka hatinya akan selalu terpaut dengan Rabb-Nya. Di manapun berada, ini menancap kuat pada diri anak dan pemuda. Kita tidak lagi perlu kamera CCTV yang harus mengawasi tiap detiknya.

Selain itu, perlu disadari bahwa seorang anak akan berbakti kepada orangtua manakala orangtua memberi keteladanan dengan baik sesuai syariat dan menghantarkan pada tertancapnya keimanan dengan kuat. Sebab tanpa keteladanan maka saat orangtua memberikan nasihat bagai suara burung berkicau saja.

Point terpenting yang juga harus dilakukan adalah menyadari bahwa saat ini kita hidup dalam sistem yang batil yaitu sekulerisme, sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Inilah sebenarnya sumber yang merusak otak anak-anak kita terjejal oleh pemikiran fasad yang saat ini deras dihembuskan ke tubuh keluarga Muslim, ditambah kecanggihan teknologi yang menjadikan dunia ini tak terbatas, kebaikan dan keburukan disuguhkan semuanya tanpa batas. Siapa saja bisa memilih sesuai selera, walhasil benteng keimanan harus ditancapkan dengan kuat dan juga perlu adanya perjuangan menyingkirkan sistem batil ini. Karena bagaimanapun sistem ini sangat berkontribusi menggiring putra-putri kita menjauh dari Allah Swt, sehingga wajar saja jika dijumpai banyak generasi susah menerima pemahaman ataupun arahan kebaikan dari orangtua. Jika kondisi lingkungan ini dibiarkan maka jangan heran perlahan tapi pasti kehilangan generasi rabbani akan terjadi.

Untuk itu, perjuangan mewujudkan sebuah sistem kondusif yang menciptakan anak Saleh-salehah harus segera diwujudkan karena dengan sistem yang kondusif yakni Islam maka akan mudah bagi keluarga Muslim mewujudkan perilaku saleh-salehah pada anak-anak yang dicintainya.

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Pengesahan Perpres Ekstremisme di Tengah Bencana, Adakah Nurani?

"Bahwa dalam upaya pencegahan dan penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme, diperlukan suatu strategi komprehensif, untuk memastikan langkah yang sistematis, terencana, dan terpadu dengan melibatkan peran aktif seluruh pemangku kepentingan"


Oleh. Ita Harmi
Pengamat Sosial dan Politik

NarasiPost.Com-Tak putus dirundung malang, pandemi masih berlangsung, duka di awal tahun kembali terulang. Kecelakaan pesawat SJ 182 baru-baru ini seolah mengingatkan bangsa Indonesia pada duka beberapa tahun silam saat jatuhnya pesawat Lion Air yang sama persis terjadi pada pembukaan tahun baru. Kemudian disusul dengan musibah bencana alam yang meluluh lantakkan bumi Sulawesi, khususnya di daerah Mamuju, Sulawesi Barat dan di sekitarnya. Gempa, longsor, dan banjir bandang berdatangan secara bergantian. Tanpa ampun, banjir juga melahap tanah Borneo pasca diguyur hujan dalam puncak musim hujan di nusantara.

Duka semakin bertambah karena wafatnya sejumlah ulama panutan umat secara bergiliran dalam hitungan hari. Sungguh duka teramat dalam sedang menghinggapi zamrud khatulistiwa. Sementara manusia yang tersisa, masih dalam keadaan bertanya-tanya, apakah semua ini ujian ataukah azab?

Namun, di tengah duka yang mencekam, pemerintah masih sempat-sempatnya mengesahkan Perpres nomor 7 tahun 2020 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah kepada Terorisme Tahun 2020-2024 (RAN PE).

Seperti yang dikutip dari laman online Detiknews, (17/1/2021), Perpres ini dilatarbelakangi oleh semakin maraknya kasus ekstremisme di Indonesia. Inilah yang tertulis pada hal menimbang dalam Perpres tersebut, yang berbunyi,
"Bahwa dalam upaya pencegahan dan penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme, diperlukan suatu strategi komprehensif, untuk memastikan langkah yang sistematis, terencana, dan terpadu dengan melibatkan peran aktif seluruh pemangku kepentingan."

Dengan latar belakang tersebut, Perpres ini bertujuan untuk melindungi hak atas rasa aman warga negara terhadap perbuatan ektremisme yang mengarah pada terorisme. Dalam programnya, sesuai dengan Perpres tersebut, pemerintah juga berencana untuk melatih para warga untuk memolisikan siapa saja yang terindikasi melakukan ektremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme. Tujuannya adalah untuk memudahkan aparat untuk mendapatkan informasi dan melacak keberadaan pelaku. Tentu saja ini akan menimbulkan kecurigaraan antarsesama warga akhirnya.

Tak tanggung-tanggung, dalam rencananya pemerintah juga akan memasukkan materi Perpres ini ke dalam kurikulum pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, baik sekolah umum maupun sekolah berbasis agama. Hal ini ditengarai sebagai upaya pencegahan tindak kekerasan yang mengarah pada terorisme sejak dini kepada para generasi muda. Untuk mendukung usaha ini, maka pemerintah juga merencanakan untuk meninjau ulang media-media dan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku-buku pelajaran yang dipakai oleh siswa disekolah. Sehingga, bila ada media dan materi yang terindikasi kepada ektremisme, maka akan diganti sesuai dengan Perpres RAN PE tersebut. (Kompas, 19/1/2021)

Bila ditelusuri, sudah menjadi rahasia umum bahwa ekstremisme yang mengarah pada terorisme yang dimaksud adalah perbuatan-perbuatan yang tidak pancasilais atau anti pancasila. Dimana anti pancasila diterjemahkan secara sepihak oleh penguasa sebagai setiap perbuatan atau pemahaman yang berseberangan dengan kehendak dan kepentingan penguasa. Adapun yang menjadi pihak tertuduh selama ini adalah Islam dan kaum Muslim. Karena selama ini hanya Muslim dengan Siyasah (politik) Islam sajalah yang mengkritik setiap kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat. Apalagi dengan bangkitnya geliat perpolitikan Islam di luar parlemen yang tidak mampu disetir oleh negara, menjadikan negara mengintervensi mereka dengan cara perundang-undangan dan sejumlah keputusan serta peraturan yang dibuat oleh negara.

Hal ini juga sejalan dengan agenda Barat tentang "war on terrorism". Sejak konspirasi runtuhnya menara kembar WTC di AS 20 tahun yang lalu, maka sejak itulah alasan untuk memerangi terorisme disematkan kepada Islam. Hal ini terus didengungkan berulang-ulang sehingga menjadi sebuah pembenaran di benak masyarakat. Pada akhirnya, islamophobia menjalar ke dalam diri kaum Muslim. Ini adalah muara dari segalanya.

Hal tersebut menegaskan bahwa Indonesia masih dipengaruhi dan kedaulatan politiknya masih dikangkangi oleh barat. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa peraturan ini adalah peraturan pesanan, sebab bila dihubungkan dengan situasi dan kondisi saat ini, pengesahan RAN PE sungguh sangat janggal dan di luar logika.

Bila memang ekstremisme dipandang negara sebagai kebutuhan yang mendesak, lalu mengapa kelompok Operasi Papua Merdeka (OPM) sampai saat ini tidak dinyatakan sebagai kelompok teroris oleh pemerintah? Mereka justru hanya disebut sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Padahal jelas-jelas merekalah yang melakukan aksi pembunuhan secara brutal dan menebar teror di tanah cendrawasih.

Tak usah jauh-jauh ke Papua, kasus penembakan 6 anggota FPI yang dilakukan aparat baru-baru ini juga bisa disebut sebagai tindakan ekstrem yang mengarah pada terorisme. Betapa tidak, para korban tanpa alasan jelas dianiaya bahkan ditembaki sampai mati. Hingga hari ini kasus tersebut tenggelam begitu saja tanpa proses hukum. Tentu saja ini membuat rasa aman masyarakat menjadi terusik tatkala mereka hidup berdampingan dengan para aparat di lapangan. Kenyataannya kasus penembakan serampangan oleh aparat bukan kali ini saja terjadi. Tidakkah ini termasuk tindakan menyebar teror?

Belum lagi dengan menjadikan warga memiliki hak untuk memolisikan warga lain yang diduga terlibat dalam tindakan ekstremisme. Tak ayal lagi ini akan mengakibatkan kegaduhan di tengah masyarakat. Buruk sangka atau su'udzon tingkat tinggi akan berkembang pesat di antara sesama warga. Pada akhirnya akan melahirkan perselisihan dan pertentangan. Dicurigai sebagai positif terjangkit Covid 19 saja sudah banyak warga yang ribut, apalagi dicurigai sebagai pelaku terorisme!

Padahal Islam melarang umatnya untuk saling mencurigai satu sama lain. Bahkan kaum Muslim juga dilarang untuk bersu'udzon kepada saudara seimannya sendiri. Sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Ta'ala,
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (TQS. Al Hujurat : 12)

Sesuai dengan ayat tersebut Rasulullah sholallahu 'alaihi wassalam juga bersabda, dari Abu Hurairah ra,
"Jauhilah oleh kalian prasangka. Sungguh prasangka itu berita yang paling dusta. Janganlah kalian melakukan tajassus, tajassus, saling hasad, saling membelakangi dan saling membenci. Jadilah kalian bersaudara, wahai para hamba Allah." (HR al-Bukhari)

Para ulama juga memasukkan tajassus (memata-matai) kepada deretan dosa besar sebagaimana dinyatakan oleh Imam adz-Dzahabi dalam kitab Al-Kabaa'ir dan Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitab Az-Zawaajir.

Standar ganda pemerintah dalam memandang dan menilai persoalan ekstremisme dan terorisme ini tak lepas dari paham sekulerisme dan kapitalisme yang diterapkan oleh negara. Hilangnya kendali agama dalam masalah kehidupan nyatanya telah menjauhkan manusia baik yang berpredikat sebagai rakyat maupun penguasa dari aturan yang sesuai dengan fitrahnya. Akibatnya penguasa mengatur rakyatnya sesuai dengan aturan sesuka mereka asalkan sejalan dengan kepentingan para penguasa.

Dan kapitalisme melengkapinya dengan menjadikan negara-negara berkembang berada dalam otoritas negara adidaya. Mereka berhak melakukan apapun terhadap negara-negara yang kecil dan lemah bila memiliki kepentingan di negara tersebut. Bila melawan, negara adidaya akan serta merta memerangi mereka dengan segala upaya. Inilah yang terjadi di sebagian besar negara di Timur Tengah, baik Irak, Afghanistan, Suriah, Yaman, Libanon, dan Palestina contohnya.

Musibah dan bencana yang bertubi-tubi menimpa Indonesia sepertinya masih belum mampu mengetuk nurani pemerintah agar peduli terhadap derita warganya. Alih-alih untuk menetapkan sebagai bencana nasional dan berkonsentrasi penuh menurunkan bala bantuan kepada warga terdampak bencana, justru pemerintah malah sibuk mengurusi hal lain yang tidak memiliki korelasi sama sekali dengan realita yang tengah mengguncang rakyat. Buktinya, dengan terbitnya Perpres ini menandakan bahwa bencana yang sedang berlangsung bukanlah prioritas utama negara saat ini. Seharusnya yang perlu diutamakan oleh negara saat ini adalah bagaimana akomodasi rakyat yang tertimpa bencana bisa cepat ditangani, sehingga rakyat tidak ditelantarkan sendiri menanggung derita.

Demikianlah bila negara tidak bersandar kepada aturan Al Mudabbir, yang Maha Mengatur manusia, dan yang memiliki kehidupan manusia. Sekulerisme dan kapitalisme faktanya hanya merusak kehidupan manusia. Melahirkan kegaduhan, saling curiga, perselisihan, dan pertentangan. Rakyat diadu domba dengan sesama rakyat, sementara penguasa berkuasa dengan semena-mena minus kepedulian pada derita rakyat jelata.

Maka obat dari segala sengkarut penyakit di atas tidak lain adalah Islam. Islam menetapkan bahwa sesama muslim adalah saudara,
"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat." (TQS. Al Hujurat : 10)

Sudah saatnya Islamophobia dihentikan, karena sudah terbukti merupakan bentukan asing Barat untuk menjauhkan Muslim dari Islam. Mengembalikan aturan kehidupan sesuai dengan aturan yang Menciptakan Kehidupan, Allah Azza wa Jalla. Sebab aturanNya adalah petunjuk, aturan yang sesuai dengan fithrah manusia, sehingga berlangsungnya kehidupan manusia terjaga dalam fithrahnya, menghadirkan rasa aman, dan menjauhkan dari perselisihan antarumat.

"Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa" (TQS. Al Baqoroh : 2)

Wallahu a'lam bishowab.[]


Photo: Pinterest

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

RUU PK-S Disahkan, Akankah Menyelesaikan Masalah Kekerasan Seksual Pada Perempuan?

Masalah yang menimpa perempuan diklaim oleh kaum feminis sebagai akibat dari keterbelakangan kaum perempuan, sebagai akibat tatanan kehidupan masyarakat yang bersifat patriarki, terkungkung dengan ide-ide teologis yang memosisikan perempuan menjadi tidak punya peran dalam sektor publik. Ini yang sering menjadi tuduhan sebagai pangkal persoalan perempuan.


Oleh. Ummu Rahmanuha

NarasiPost.Com-Perbincangan tentang perempuan selalu menarik untuk dibahas. Betapa tidak, di tengah-tengah gencarnya upaya pemberdayaan perempuan , ternyata masih banyak problematika perempuan yang belum juga beranjak dari keterpurukannya. Kemiskinan, kekerasan yang senantiasa lekat dengan kehidupan mereka. Tak hanya itu, ada juga kekerasan seksual, diskriminasi, kemiskinan dan persoalan-persoalan perempuan lainnya yang diklaim sebagai masalah perempuan.

Berbagai upaya untuk menyelesaikan persoalan banyak ditawarkan oleh berbagai organisasi perempuan, baik LSM Perempuan, Komnas Perempuan bahkan negara pun ambil peran dalam masalah perempuan ini. Hampir 8 tahun yang lalu masalah kekerasan seksual terhadap perempuan diajukan dan sudah dibuat dalam bentuk RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PK-S), sebagaimana yang disampaikan oleh Komisioner Komnas Perempuan Theresia Iswarini, "Komnas Perempuan mengapresiasi DPR RI yang telah menetapkan RUU PKS dalam Prolegnas Prioritas 2021. RUU PKS diusulkan sejak 2012, artinya, pengesahannya sudah 8 tahun ditunda," (detikNews,15/1/2021).

Selain dari Komnas Perempuan, Wakil Presiden Ma'ruf Amin juga menyatakan menjamin komitmen pemerintah untuk mencegah terjadinya kekerasan dan perlakuan diskriminatif terhadap perempuan. Karenanya, Ma'ruf mengajak kepada semua pihak untuk bekerja sama mewujudkan komitmen tersebut.(Liputan6.comvember 2020)

Masalah yang menimpa perempuan diklaim oleh kaum feminis sebagai akibat dari keterbelakangan kaum perempuan, sebagai akibat tatanan kehidupan masyarakat yang bersifat patriarki, terkungkung dengan ide-ide teologis yang memosisikan perempuan menjadi tidak punya peran dalam sektor publik. Ini yang sering menjadi tuduhan sebagai pangkal persoalan perempuan.

Untuk keluar dari kondisi tersebut kaum feminis senantiasa menyerukan upaya perubahan bagi kaum perempuan. Mereka membawa perempuan masuk ke sektor publik yang awalnya hanya untuk kaum laki-laki dengan ide kesetaraan gendernya.
Jika kita telisik lebih jauh sebenarnya masalah perempuan bukan bermuara pada perempuan yang dianggap sebagai kaum terbelakang karena tidak mampu mengakses urusan publik sebagaimana kaum laki-laki. Akan tetapi sistem kapitalis yang melahirkan kesenjangan sosial, kemiskinan dan keterpurukan masyarakat, bakan hanya kaum perempuan. Dalam hal ini tidak ada pilihan lain sehingga perempuan terpaksa harus keluar membantu mencukupi kebutuhan hidup. Namun karena kemiskinan yang mendera, pendidikan yang sangat minim, akhirnya banyak kaum perempuan harus rela mengadu nasib ke luar negeri, menjadi tenaga-tenaga buruh bahkan menjadi pembantu rumah tangga yang sangat jauh dari jaminan keamanan dari para majikan yang tidak paham cara memperlakukan perempuan.

Banyak juga perempuan yag bekerja pada sektor-sektor yang jauh dari fitrahnya sebagai perempuan. Ketika para tenaga kerja perempuan maupun pembantu rumah tangga mendapat perlakuan tidak adil, pelecehan seksual, kekerasan fisik, bahkan sampai pembunuhan, mereka lemah dan tidak mampu berbuat apa-apa. Masalah ini menjadi masalah mendasar para pegiat gender dan kaum feminis untuk terus menuntut pengesahan regulasi tentang masalah kekerasan seksual yang kian marak menimpa peremuan.

Masalah ini sebenarnya bisa terselesaikan manakala pemerintah hadir dan memberikan solusi yang komprehensif tidak hanya membuat regulasi tentang perlindungan pada perempuan, tapi lebih melihat permasalahan yang sistemik yaitu permasalah manusia yang satu sama lain saling terkait. Misal penafkahan di bebankan pada kaum laki-laki. Sehingga pemerintah harus mampu menyediakan lapangan kerja seluas-luasnya agar tidak membebankan pada perempuan. Adapun ketika perempuan bekerja bukan posisi sebagai pencari nafkah, tapi lebih kearah mengembangkan ilmu dan ketrampilan.

Tingginya kekerasan seksual pada perempuan tidak lebih karena abainya pemerintah dalam mengatur urusan rakyatnya. Hal ini terjadi karena sistem sekuler kapitalis yang besifat materialistik memisahkan aturan agama dari kehidupan. Masalah perempuan tidak akan muncul manakala kewajiban nafkah dibebankan pada kaum laki-laki dengan kemudahan memperoleh pekerjaan, baik industri, petanian maupun pekerjaan-pekerjaan lain yang dapat dicukupi oleh kaum laki-laki sehingga perempuan tidak harus ditarik ke publik sebagai pelaku pencari nafkah.

Jika hal itu terjadi, maka perempuan mampu menjalankan fitrahnya sebagai ibu yang dapat maksimal mengurus anak-anak dan rumah tangga. Jauh dari ancaman, kekerasan, pelecehan seksual bahkan pembunuhan. Semua itu hanya ada ketika pemerintah menerapkan aturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Dengan aturan yang komprehensif dan menyeluruh pasti dapat menyelesaikan berbagai problematika yang ada dalam kehidupan ini, tidak hanya masalah perempuan.

Wallahu a’lam.[]


Photo : Pinterest

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Islam Kaffah Solusi Atasi Bencana

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
(QS. Ar-Ruum : 41).


Oleh. Nur Saleha, S.Pd
(Praktisi Pendidikan)

NarasiPost.Com-Indonesia mengawali tahun 2021 dengan rentetan berita duka musibah dan bencana. Bencana dan musibah melanda saat persoalan wabah Covid-19 belum terselesaikan. Diawali dengan jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu Jakarta pada hari Sabtu (9/1/2021), hingga rentetan bencana alam di beberapa wilayah di Indonesia.

Dimulai dari bencana longsor di Sumedang, Jawa Barat pada Sabtu (9/1/2021). Menyusul banjir bandang di Kalimantan Selatan. Guncangan gempa di Sulawesi Barat. Terjangan banjir dan longsor di Manado, Sulawesi Selatan. Hingga erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur. Semua itu mencatatkan berita duka di awal tahun baru.

Bencana alam yang datang bertubi-tubi jelas memakan korban yang tidak sedikit. Tercatat ada 1.020 orang mengungsi dan 46 orang tewas akibat bencana longsor di Desa Cihanjuang, Sumedang. Sedangkan di Kalimantan Selatan, BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kalsel melaporkan ada 39.549 orang yang terdampak banjir adapun korban tewas 15 orang. Adapun bencana banjir dan longsor di Manado Sulawesi Selatan menyebabkan 500 jiwa mengungsi,dan lima orang meninggal dunia. (Kompas.com,18/1/2021).

Rentetan berita duka bencana alam jelas menyedikan. Apatah lagi melihat bencana menyapa sepanjang tahun, seolah tak ingin pergi dari bumi Indonesia. Semestinya dengan banyaknya bencana yang terjadi, dapat menjadi pelajaran bagi semuanya tanpa terkecuali.

Sejatinya, bencana alam seperti banjir dan longsor salah satu faktor penyebabnya datang dari manusia. Dampaknya pun dapat ditangani oleh manusia. Sebab faktor dan dampak ini tidak terlepas dari kebijakan penguasa. Hal ini bisa dilihat dari banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan. Banjir tersebut terjadi karena berkurangnya hutan primer dan sekunder yang terjadi dalam rentang waktu 10 tahun terakhir.

Kisworo Dwi Cahyono, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Selatan, mencatat 50% dari lahan di Kalimantan Selatan telah beralih fungsi menjadi tambang batu bara dan perkebunan sawit. Tambang 33% , sawit 17%" ujar Kiworo. (bbc.com,18/1/2021). Beralihnya fungsi lahan tersebut tidak terlepas dari kebijakan dan perizinan dari pemerintah.

Abainya pemerintah dalam menjaga ekosistem alam hingga mendatangkan musibah adalah buah dari penerapan sistem kapitalisme-demokrasi. Sistem ini melahirkan penguasa yang berorientasi untung-rugi. Mengelola negara demi meraup keuntungan. Hutan pun sebagai paru-paru dunia tak luput dialihfungsikan agar mendapat keuntungan.

Sistem kapitalisme-demokrasi membuka peluang kerjasama antara penguasa dan pengusaha dalam menetapkan kebijakan. Tidak heran jika kebijakan yang dihasilkan berpihak kepada pemilik modal atas nama investasi. Demi pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, tanpa sadar kebijakan yang diambil dapat merusak lingkungan dan berdampak kepada rakyat.

Merusak lingkungan dengan dalih apapun merupakan hal yang bertentangan dengan Islam. Apatah lagi jika alam dieksploitasi demi kepentingan oligarki. Sebab menjaga dan mengelola alam adalah tugas manusia sebagaimana tujuan penciptaannya dan setiap tugas akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat nanti. Sebab perbuatan tersebut mendatangkan murka Allah Swt.

Sebagaimana Allah Swt berfirman,
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
(QS. Ar-Ruum : 41).

Allah Swt. juga berfirman,

"Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan." (QS: Al- A'raaf :56)

Sudah saatnya kita semua membuka hati, mata, dan pikiran bahwa Islam mempunyai solusi yang dapat mengatasi persoalan atau bencana yang terjadi. Sebab Islam adalah rahmat bagi seluruh alam.

Tidak lain, solusi atas semua permasalahan tersebut yaini dengan penerapan Islam secara kaffah dalam naungan negara, yaitu khilafah. Aturan tersebut datang dari sang pencipta yaitu Allah Swt. dan aturan tersebut melekat, baik pada diri individu sebagai masyarakat bahkan dalam negara.

Pemimpin dalam sistem Islam (khalifah) berfungsi sebagai pengatur dan pelindung sekaligus berperan menegakan aturan Islam yang sejatinya diturunkan untuk menjaga keseimbangan alam hingga terwujudnya kerahmatan.

Pemimpin dalam sistem Islam selain bertanggung jawab pada rakyat, juga bertanggung jawab kepada Allah Swt pemilik alam semesta. Pemerintah menetapkan kebijakan berdasarkan aturan Allah Swt, yakni berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Dalam sistem Islam, negara tidak akan membiarkan orang-orang merusak lahan-lahan milik umum demi keuntungan. Karena Islam memiliki sistem ekonomi yang jelas. Membagi mana saja yang boleh dikelola individu, mana saja yang harus dikelola oleh negara. Sebagaimana sabda Nabi Saw,

" Imam (Khalifah) adalah raa'in ( pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya" (HR Al- Bukhari )

Alhasil, hanya dengan penerapan Islam secara kaffah lah yang mampu menangani segala bencana yang terjadi. Wallahu a'alam bi ash-Shawwab.[]


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Musibah Melanda Akibat Ulah Manusia

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan- kesalahanmu"
(QS. As Syura: 30)


Oleh. Sandhi Indrati,
(Perawat/Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok)

NarasiPost.Com-Awal 2021 Indonesia mengalami beragam musibah, baik berupa kecelakaan transportasi udara maupun bencana alam yang terjadi di berbagai wilayah negeri ini. Hampir di tiap pulau besar di Indonesia terjadi bencana berupa banjir, erupsi gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor serta angin kencang.

Untuk wilayah Pulau Sumatera, BPBD Sumatera Barat melaporkan, tiga daerah di Sumatera Barat dilanda banjir saat hujan deras yang disertai angin kencang dan petir sejak Senin 11 Januari 2021. Seperti yang diberitakan Liputan 6 (3/01/2021), Setidaknya 487 kepala keluarga serta sekitar 7.970 warga dievakuasi hingga mengungsi akibat meluapnya sungai Batang Pangian di Kabupaten Solok yang telah merendam tempat tinggal masyarakat.
Adapun pada pekan kedua Januari 2021, banjir terjadi di kota Martapura, ibukota Banjar, Kalimantan Selatan. Berdasarkan keterangan pemerintah daerah setempat, sebanyak 9 kecamatan di Kabupaten Banjar terdampak banjir serta telah memutus beberapa akses transportasi di wilayah tersebut. (Kompastv, 16 Januari 2021).

Musibah juga melanda sebagian wilayah di pulau Sulawesi. Gempa dengan magnitudo 6,2 SR mengguncang Kabupaten Majene, Sulawesi Barat pada Jumat 15 Januari 2021, yang getarannya turut dirasakan hingga Ibukota Provinsi Sulawesi Barat, yaitu Kabupaten Mamuju. Sebagaimana laporan Liputan 6, hingga Sabtu, 16 Januari 2021, pukul 12.00 WITA jumlah korban dunia akibat gempa Sulawesi Barat sebanyak 46 orang serta yang lainnya luka luka dikarenakan reruntuhan bangunan.

Para ahli berpendapat, banyaknya musibah yang saat ini terjadi karena Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas, dikelilingi samudera dan lautan serta banyaknya rangkaian gunung berapi (ring of fire), yang mengakibatkan mudahnya terjadi bencana alam.

Namun, bila kita cermati keadaan lingkungan Indonesia beberapa waktu terakhir ini, telah terjadi banyak perubahan. Seperti yang dikatakan oleh Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, dalam kurun waktu 25 tahun terakhir, hutan Sumatera hilang sekitar 9 juta hektar. Sebagian besar dialihfungsikan untuk lahan perkebunan serta infrastruktur, baik kepemilikan negara ataupun swasta.

Lain lagi di Pulau Kalimantan, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono menyatakan, faktor lain penyebab banjir yang terjadi di Kalimantan saat ini adalah karut-marutnya tata kelola lingkungan dan sumber daya alam di Pulau Kalimantan. Sejak beberapa tahun terakhir, Walhi mencatat terdapat 814 lubang milik 157 perusahaan tambang batu bara di Provinsi Kalimantan Selatan. (CNN Indonesia, 16-01-2021).

Sebagian besar perusahaan tambang tersebut dimiliki oleh perseorangan serta perusahaan swasta. Mereka hanya mencari keuntungan dan mengabaikan dampak setelahnya.

Berdasar hal di atas, bencana alam yang terjadi di Indonesia saat ini bukanlah murni faktor iklim atau alamiah semata, tapi manusia berperan serta dalam menghadirkan bencana alam. Betul sekali, musibah melanda, akibat ulah manusia.

Dialihfungsikannya hutan menjadi lahan perkebunan serta banyaknya perusahaan tambang yang mengabaikan reklamasi, menjadi sebagian penyebab kerusakan ekosistem alami. Daerah hulu yang berfungsi sebagai tangkapan air telah dirusak, sehingga daerah hilir kelebihan air dan menyebabkan banjir.

Semua itu terjadi karena di sistem kapitalis sekuler ini, tata kelola lingkungan tidak diperhatikan sama sekali, yang ada hanyalah bagaimana sumber daya alam bisa dikeruk demi menghasilkan pundi-pundi uang yang masuk ke kantong-kantong para pemilik modal yang notabene asing dan aseng.

Sangat jauh keadaannya di era khilafah. Di era khilafah, tata kelola lingkungan sangat diperhatikan sekali. Di antaranya pengelolaan sungai di era khilafah. Syekh Atha' Bin Khalil Abu Al- Rashtah (alumnus Teknik Sipil Universitas Cairo Mesir) menjelaskan, berdasar hadits Rasulullah, “Kaum Muslim berserikat dalam tiga hal: padang gembala, air dan api” (HR Abu Dawud).

Sungai adalah salah satu dalam tiga hal tersebut, yaitu air yang termasuk dalam kepemilikan umum (mulkiyah 'aammah). Dalam kepemilikan umum, individu tidak dapat menguasainya atau mengambil manfaat sendirian. Negara mempersilakan rakyat banyak untuk mengambil manfaat dari sungai, seperti untuk minum, keperluan rumah tangga, pakan ternak (yang dikenal dengan ash-shaffah), irigasi pertanian (yang dikenal dengan asy-syirb) serta untuk keperluan transportasi. Negara Khilafah biasa menata tepian sungai dan membersihkan sungai (yang dikenal dengan bakriy al-anhaar) sehingga masyarakat mengambil manfaat dari sungai- sungai.
Bila ternyata dalam pengelolaan sungai menggunakan kemajuan teknologi, seperti dalam pengaturan irigasi dan penghantaran air hingga ke rumah-rumah, serta sawah-sawah, maka negara khilafah dapat menarik biaya untuk penggunaan dan pemanfaatan kegiatan tersebut. Apabila terdapat keuntungan yang dihasilkan, maka akan dimasukkan ke baitul Maal (suatu lembaga atau pihak yang mempunyai tugas khusus menangani harta umat, baik berupa pendapatan maupun pengeluaran negara) dalam pos pemasukan kepemilikan umum, bukan dimiliki oleh perseorangan ataupun swasta.

Maka, sudah saatnya kita merujuk pada tuntunan Islam yang telah dicontohkan oleh khilafah dalam urusan tata lingkungan dan sumber daya alam, baik dalam hal pengaturan kepemilikan serta pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam, sehingga akan diperoleh keberkahan dan semoga bisa menghindarkan negeri ini dari kemungkinan bencana alam. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur’an Surah Asy-Syura ayat 30 yang artinya,
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan- kesalahanmu).”[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kidung Nestapa

Bak anak tiri
Memanggil, tak ada yang peduli
Kemana mencari sesuap nasi
Pengganjal lapar diri
Di tengah kubangan air yang tak kunjung menepi



Oleh Atik Setyawati

NarasiPost.Com-Tiada terencana
Pesawat jatuh di tengah samudera
Gempa di Sulawesi mengejutkan sukma
Banjir di Kalimantan kembali menimpa
Gempa di Pesisir Barat Sumatera
Semeru berisik jua
Merapi pun turut serta

Rona negeri semakin ngeri
Ulama banyak yang dipanggil untuk kembali
Bencana di sana sini
Namun, sepi
Berita tetap saja artis silih berganti
Aroma apa ini?

Bak anak tiri
Memanggil, tak ada yang peduli
Kemana mencari sesuap nasi
Pengganjal lapar diri
Di tengah kubangan air yang tak kunjung menepi

Kenyataan terjadi
Paru-paru dunia kini
Hilang berganti perkebunan
Tak mampu menyerap air lagi

Hutan hilang
Berganti keserakahan
Hingga bumi tak sanggup menampung lagi
Penyerap air tiada lagi

Air mengalir tiada henti
Mencari celah karena tiada resapan lagi
Banjir telah merajai
Kalimantan berderai sendiri

Keserakahan anak manusia
Jadikan sengsara alam dan sesama
Mengapa tidak ada yang mencegahnya?

Siapa yang menanggung, kini?
Nestapa negeri
Seolah dongeng pengantar mimpi
Mimpi yang berlalu pergi
Banjir di sana
Tajir di mana?

Telah nyata semua
Terjadi karena tangan durjana
Insyaflah segera
Sebelum hadir lebih banyak bencana
Cukup sudah penanda dosa
Kembali pada syariat-Nya
Tunaikan amanah

Ayomi seluruh anak negeri
Segera atasi
Sebelum menyesal nanti
Hilangkan nestapa negeri

Ubahlah dengan sedikit tersenyum untuk pertiwi
Kelak kau dapati
Semua menjadi saksi
Kau tepati semua janji

Metro, 18 Januari 2021[]


Photo : Google Source

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Maafkan, Izinkan Aku untuk Memuliakanmu!

"Keridan istri ada pada suami, keridaan suami ada pada ibunya. Aku ingin engkau menjadi wasilah, agar aku mendapat keridaan ibuku"


Oleh: Farihah

NarasiPost.Com-Sedari tadi Wida memeriksa ponsel, tak ada satu pun chat berasal dari suaminya. Waktu semakin larut. Jam menunjukkan pukul 21.30. Namun, Henri belum juga menghubungi. Kecemasan menghampirinya, menerawang, membuka aib yang selama ini tertutupi.

Wida mengakui, selama ini kurang perhatian, bahkan terkesan menghindari ibu mertuanya, Bu Mira. Ia merasa tak kuat mendengar kata-kata yang dia anggap sebagai omelan.

Padahal, jika dicermati dengan kepala dingin, kata-kata Bu Mira merupakan nasihat, wejangan, dan masukan. Bu Mira memang mertua yang perfect. Segala sesuatu harus dipersiapkan dengan baik dan sempurna, terlebih untuk anak tercintanya yang semata wayang, Henri.

_"Nak Wida, lain kali biarkan suami pulang dulu, jangan dibiasakan minta tolong sebelum suami pulang ke rumah!" Terngiang kata-kata Bu Mira, ketika Wida meminta tolong pada Henri untuk dibelikan keperluan rumah yang habis.

"Mumpung Kang Henri di luar, Bu. Lagi pula, barangnya habis."

Wida berpikir, sepertinya Bu Mira tidak mau anaknya direpotkan, padahal Henri sendiri tak pernah menolak permintaan sang istri.

Belum lagi soal masakan, selalu saja dianggap kurang. Kurang ini, kurang itu, apalagi soal kesukaan Henri. Bu Mira merasa tahu betul apa kesukaan lelaki itu. Wida merasa, apalah dirinya, seorang ibu muda yang masih harus belajar. Sampai akhirnya, Henri mendatangkan seorang pembantu, Bi Inah. Ditambah, Wida pada waktu itu dalam kondisi hamil.

Wajar sih, pikir Wida, seorang ibu mencintai anaknya, yang dia rawat dari kecil hingga dewasa, dia sayangi dari mulai mengandung sampai dewasa. Pengorbanan itu tak lekang oleh waktu, apalagi Bu Mira sebagai single parent. Sejak Henri duduk di kelas tujuh SMP, ayahnya meninggal. Bu Mira berjuang sendiri demi Henri. Sedangkan Wida dipertemukan dengan Henri dalam pernikahan baru enam tahun yang lalu. Kesukaan, hobi, kebiasaan, baru meraba-raba. Kadang jika kurang komunikasi, ia salah menerka.

Satu hal yang tak bisa dipungkiri, Henri adalah suami yang baik dan penyayang. Walaupun kata cinta tak pernah terucap dari bibir lelaki itu, namun, sudah cukup dengan apa yang telah dia lakukan untuk Wida dan Alif, terlebih pada ibunya. Lantas apa yang salah, nikmat mana yang harus didustakan?

Bukankah, di balik pemimpin rumah tangga seperti Henri, ada sosok di belakangnya, yaitu sosok yang tangguh dalam mendidik dan membimbingnya?

Bu Mira adalah ibu yang luar biasa. Lantas, dengan alasan apa Wida harus berlaku tidak adil pada sang mertua? Air mata Wida tak dapat dibendung. Perasaan bersalah menyesakkan dada. Wida tersungkur pada sajadah, memohon ampunan penuh ikhlas dan memohon kesembuhan ibu mertuanya.

*

[Assalaamu'alaikum, Mi, maafin Abi baru menghubungi! Ponsel tertinggal di mobil, sedangkan Abi sibuk mengurus administrasi dan lain-lain yang dibutuhkan ibu.]

[Bagaimana keadaan umi dan Alif?]

[Mi, mohon do'anya untuk kesehatan ibu! Ternyata ibu mag kronis. Ibu masih dalam kondisi kritis. Maafkan ibu jika ada salah!]

Chat yang ditunggu-tunggu Wida, akhirnya muncul, memberi sedikit perasaan lega pada wanita itu. Namun, semakin menambah duka. Wida berpikir, begitu parah penyakit sang mertua, akibat kelalaiannya. Wida pun menangis untuk kesekian kali. Ingin rasanya segera bertemu dengan Bu Mira, untuk meminta maaf.

[Tidak usah ke sini dulu, jaga Alif! Biar Abi yang menunggu dan merawat ibu di sini!]

Jawaban chat terakhir Henri, setelah Wida menjawab chat-chat dari lelaki itu.

*
Perasaan bersalah terus menghantui. Terbayang, Wida sibuk mengantar sekolah Alif, sibuk ikut acara di sekolah, melakukan pendekatan pada ibu-ibu, kegiatan pengajian, belum pengajian rutin Sabtu-Ahad. Sedangkan Bu Mira di rumah makan sendiri, entah apakah makan atau tidak. Terngiang juga kata-kata Henri, di awal menikah dulu.

"Aku menikahimu, karena kecintaanku pada Allah, dan kecintaanku pada ibu adalah karena kecintaanku pada-Nya. Keridan istri ada pada suami, keridaan suami ada pada ibunya. Aku ingin engkau menjadi wasilah, agar aku mendapat keridaan ibuku. Agar kelak, kita menuju surga karena rida ibu. Aku tidak meminta engkau menganggap ibuku adalah ibumu. Namun, perlakukan ibu seperti ibumu! Sayangilah, hormatilah dan perhatikanlah beliau agar aku rida padamu!"

"Mi, ibu meninggal…"

"Innalillahi…ibu…" Wida terbangun, ternyata hanya mimpi.

*

"Maafkan Wida, Bu!" kata Wida sambil mencium tangan Bu Mira yang masih lemah, karena baru tersadar dari kritis.

Bu Mira memberi isyarat dengan senyuman. Henri mendekat, menyimpan tangannya di bahu Wida. Wida pun mencium tangan Henri, berucap sama dengan yang dia sampaikan kepada ibu mertuanya.

"Maafkan Umi, Bi…" Kata-kata itu terus dia ucapkan.

Wida hanya berharap keridaan suaminya, berazam untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Allah untuk memuliakan ibu mertua, ibu dari suaminya. Keridaan ibu suaminya adalah kesuksesan keluarga mereka meraih Rida Allah.[]


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Pretend Love

"Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS.Muhammad : 7


By. Alya Sabila

NarasiPost.Com-Sahabat jangan salah fokus dulu sama judulnya, ya! Yang akan kita bahas kali ini tidak berkaitan dengan calon pasangan kok, jadi yang jomlo santai aja, gak usah tegang!

Sahabat pasti pernah merasakan cinta, bukan? Cinta adalah salah satu bentuk dari gharizah (naluri), yaitu gharizah nau' (naluri berkasih sayang). Kita mencintai sesuatu itu sudah lazim, sebab hal itu merupakan salah satu naluri yang pastinya dimiliki oleh setiap manusia. Faktor sayang yang ada pada naluri menimbulkan sifat-sifat yang selaras dengannya, seperti melindungi, membantu ketika kesulitan, berlemah lembut, dan sebagainya.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kasih sayang seperti ini. Namun, sayangnya di zaman sekarang banyak orang yang menganggap hubungan cinta sebagai hubungan romansa antar pasangan belaka. Padahal, cinta ini tidak hanya bisa diberikan kepada lawan jenis saja. Cinta bisa kita berikan pada orang tua, saudara kandung, barang, agama, dan sebagainya.

Kesalahpahaman dalam memahami makna cinta ini dapat membuat kita terjerumus ke dalam cinta mendalam yang berlebihan kepada makhluk. Pun dalam lagu, gombalan, atau pantun, tak jarang  cinta diungkapkan berdasar kedalaman cinta mereka pada lawan jenis.

Pernahkah sahabat mendengar bahwa cinta itu buta? Mengapa orang sangat mencintai orang tuanya, rela mendengarkan dan menjalankan asupan omelan sehari-hari dari orang tua?

Tentu saja itu karena cinta. Kalau sahabat tidak mencintai mereka, pasti kalian akan balik mengomel ketika diomeli dan berlanjut membenci sampai masa yang akan datang. Kalaupun marah, pasti Sahabat hanya marah beberapa hari atau menit saja, bukan? Karena cinta, kita rela berkorban banyak. Karena itulah, muncul pernyataan bahwa cinta itu buta.

Mirisnya, sekarang banyak muda-mudi yang salah mengaplikasikan rasa cinta tersebut. Mereka memberikan seluruh rasa cintanya kepada lawan jenis, padahal mereka bukan pasangan yang sah, terlebih belum cukup umur untuk bisa berpasangan.

Mengapa mereka mudah memberi cinta kepada makhluk, namun enggan memberikan cintanya kepada sang Pencipta. Membela agamanya sendiri pun enggan. Apakah kita benar-benar mencintai Islam sebagaimana yang kita nyatakan? Setiap muslim pasti menjawab "iya".

Namun, ketika Islam dihina, dicaci, diinjak-injak, banyak yang hanya diam mematung dan tak beranjak membela. Ternyata, ucapan dan perbuatan tidak sama. Ketika mencintai agama Allah, mestinya kita tidak enggan mengulurkan tangan untuk membelanya.

Pasti beda jika yang dihina adalah orang tua kita. Pasti sahabat akan menentang dan menolak dengan keras. Cinta kepada orang tua sering kali mengalahkan cinta kepada Allah dan rasul-Nya. Padahal, Allah telah menegur hambanya dalam surat At-Taubah [9] : 24 berikut,

قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُڪُمۡ وَإِخۡوَٲنُكُمۡ وَأَزۡوَٲجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٲلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَـٰرَةٌ۬ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَـٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡڪُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ۬ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِىَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦ‌ۗ وَٱللَّهُ لَا يَہۡدِى ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَـٰسِقِينَ – ٢٤

Artinya : "Katakanlah: “Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik."

Karena itulah sahabat, kita harus mencintai agama dan pencipta kita terlebih dahulu. Sungguh tidak pantas, jika kita langsung mencintai makhluk-Nya tetapi tidak dengan penciptanya. Kita harus mencintai agama kita, karena Islam adalah satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah. Dengan mencintai Islam, kita akan mendapatkan rida Allah juga.

Cinta yang asli pastinya akan membuat kita rela mengorbankan apa pun untuk yang kita cinta itu. Orang-orang yang mengaku cinta kepada agamanya, namun tidak memberikan bukti kecintaannya, bisa disebut P-H-P alias pemberi harapan palsu. Sudah kaya si do'i aja nih, hehe.

Maka dari itu sahabat, dahulukan cintamu kepada agamamu! Jangan alih profesi jadi tukang PHP,  ya, sahabat! Pasti sahabat tahu rasanya di-PHP-in. Kalau agama Allah yang kalian PHP-in, Allah marah gak, tuh?

Karena itu, yuk, charge kecintaan kita pada Allah! Perbaikilah kembali rasa cinta kita kepada agama Allah, jangan sampai jadi tukang PHP, ya, Sahabat! Ada sedikit sentilan motivasi,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَنصُرُوا۟ ٱللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS.Muhammad : 7)[]


photo ; pinterest

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Nikmat yang Luar Biasa

"Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang."
(HR.Bukhari)


Oleh : Kurnia Ayu Septianingrum

NarasiPost.Com-Ada banyak nikmat yang diberikan oleh Allah pada kita sebagai wujud kasih sayang-Nya. Seringkali kita tidak menyadari bahwa kejadian biasa atau segala hal yang sepertinya lumrah, sesungguhnya merupakan nikmat yang luar biasa. Di antaranya berupa kesehatan, kesempatan dan nikmat Islam.

Kesehatan adalah nikmat yang luar biasa. Kita bisa melihat, di luar sana, banyak yang sedang berjuang melawan sakit. Karena itu, kita harus banyak bersyukur masih diberi kesehatan karena kesehatan memang mahal harganya.

Mari kita berpikir, berapa kali dalam sehari kita bernapas? Puluhan ribu, bahkan bisa jadi jutaan kali kita bernapas. Apakah bernapas harus membayar dengan uang? Napas kita dalam sehari-hari tidak membayar, walau hanya sepeser. Makanya, selagi masih diberi kesempatan oleh Allah Swt. gunakan semaksimal mungkin kesehatan itu untuk beribadah! Sertakan Allah di setiap detak jantung kita!

Nikmat yang kita dapatkan tidak hanya berwujud materi, tetapi kesehatan pun merupakan nikmat yang luarbiasa. Seperti dalam hadis riwayat Bukhari, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya:

"Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang."

Masyaallah, ternyata waktu senggang pun merupakan nikmat yang luar biasa. Di kala waktu senggang, kita bisa mengobrol, bercerita dengan keluarga dan sebagainya. Sungguh luar biasa nikmat yang Allah berikan pada kita.

Bagaimana dengan kesempatan? Sempat pun juga merupakan salah satu kenikmatan yang luar biasa. Bersyukurlah karena kita masih bisa berjumpa dengan saudara, orang tua, dan handai tolan.

Kalau sudah habis jatah umur kita di dunia, maka sudah selesai pula tugas-tugas yang harus kita tunaikan. Hanya ada tiga perkara yang akan menemani kita kelak, yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakan. Maka dari itu, selagi masih diberi kesempatan oleh Allah Swt. gunakan semaksimal mungkin untuk beribadah, berdakwah, dan bertholibul ilmi! untuk menggapai rida Allah dan memperbanyak bekal di akhirat.

Tidak ada yang tahu, umur kita sampai kapan. Entah lima menit kemudian kita mati, entah satu jam lagi, hanya Allah yang tahu. Semua sudah diatur oleh Allah, tinggal kita mau mengikuti aturan-Nya atau tidak.

Mestinya di dunia ini tidak hanya bersantai dan bersenda-gurau. Masih banyak aktivitas lain yang belum dilakukan oleh kebanyakan orang, misalnya berjuang untuk menegakkan kalimat Allah atau berdakwah, yaitu mengajak orang lain untuk menuju jalan yang lurus dengan amar makruf nahi mungkar.

Yang terakhir adalah nikmat Islam.
Wah, ini pun juga merupakan nikmat yang luar biasa penting. Kita bersyukur karena dipertemukan dengan agama yang rahmatan lil'alamin.

AllahuAkbar! Islam adalah satu-satunya agama yang lurus. Namun, mengapa banyak yang menganggap Islam itu hanya biasa biasa saja? Tentu karena dia belum paham Islam secara Kaffah.

Nikmat yang selama ini tidak kita rasakan adalah nikmat Islam. Kita paham, bahwa Islam adalah agama yang dibawa oleh Rasulullah saw. Beliau pun juga bertholibul ilmi tentang Islam. Beliau menerapkan Islam secara kaffah. Beliau juga berdakwah untuk umat.

Kalau umat tidak diberi tsaqofah atau pengetahuan tentang Islam, pasti tidak mengetahui bahwa untuk apa kita hidup di dunia, dari mana kita hidup, dan akan ke mana setelah kita mati. Tentu saja, kita hidup di dunia Ini semata-mata untuk beribadah kepada Allah. Kita berasal dari Allah, dan akan kembali pada Allah lagi.

Jadi kita harus betul-betul menyadari bahwa ada tiga kenikmatan yang luar biasa yaitu nikmat sehat, nikmat sempat dan nikmat Islam & Iman

Semoga kita senantiasa diistikamahkan dalam menjalankan aturan  Islam. Aamiin[]


Photo : Pinterest

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Salatmu Cerminan Hidupmu

"Setinggi apa pun aku terbang tidak akan mencapai surga bila tidak sholat lima waktu."


Oleh : Syifa ul latifah

NarasiPost.Com-Di awal tahun ini, pasti banyak dari sahabat yang membangun keinginan baru untuk jadi lebih baik. Namun, terkadang ekspetasi tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi, dan akhirnya mengeluh dengan keadaan. Maunya doa dan harapan terwujud, tetapi salat saja molor, ikhtiar pun tidak ada.

Bagaimana rezeki bisa lancar, urusan dimudahkan, harapan diwujudkan, kalau mendekatkan diri kepada Allah saja bermalas-malasan? Kita sering beralasan bahwa waktu subuh kesiangan, zuhur kerepotan, asar dalam perjalanan, magrib kecapean, isya ketiduran. Sudahkah kita siap tertunda dalam segala urusan mulai dari mimpi atau keinginan, kesehatan, petunjuk, kemudahan, kemapanan dan sebagainya? Jika belum, yuk perbaikilah salat kita!

Salat adalah kegiatan dimana kita berinterksi dengan Allah. Di dunia ini, Allah Swt. yang mengatur kita. Untuk itu, kita harus selalu berinteraksi dan mendekatkan diri pada-Nya, yaitu dengan melakukan semua kewajiban, seperti salat lima waktu tepat pada waktunya dan juga kegiatan-kegiatan sunnah.

Allah berfirman pada QS. Al-Ankabut ayat 45:

اُتۡلُ مَاۤ اُوۡحِىَ اِلَيۡكَ مِنَ الۡكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ ‌ؕ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنۡهٰى عَنِ الۡفَحۡشَآءِ وَالۡمُنۡكَرِ‌ؕ وَلَذِكۡرُ اللّٰهِ اَكۡبَرُ ‌ؕ وَاللّٰهُ يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُوۡنَ

"Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Dari ayat di atas, kita mengambil kesimpulan bahwa salat itu mencegah kita untuk berbuat keji dan mungkar karena salat akan membuat keimanan semakin kuat, dan ingin selalu berbuat baik untuk menggapai rida Allah. Salat lebih utama daripada ibadah-ibadah yang lain.

Karena itu, wajib bagi muslim untuk selalu mengerjakan salat dengan tepat waktu dan mencegah bolongnya salat. Salat adalah pembeda antara muslim dengan nonmuslim. Sesungguhnya di dunia ini, kita hanya diperintah untuk beribadah kepada Allah saja. Seperti firman Allah pada QS. Az-Zariat ayat 56:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْن

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku." 

Nah, dari ayat di atas, kita harus memahami, bahwa hidup di dunia ini hanya sementara dan di sini manusia hanya diperintah untuk beribadah kepada Allah. Makna dari ibadah di sini adalah penghambaan secara totalitas hanya kepada Allah semata.

Islam telah mengatur kita di seluruh aspek kehidupan, mulai dari masalah ibadah, muamalah (hubungan kita dengan manusia lain), dsb.

"Setinggi apa pun aku terbang tidak akan mencapai surga bila tidak sholat lima waktu."

Perkataan Kapten Afwan ini dapat kita ambil sebagai pelajaran, bahwa kita tidak akan mencapai surga Allah bila tidak mengerjakan salat lima waktu.

Kehidupan di dunia ini pasti akan berakhir. Tempat kembali kita hanya dua, yaitu surga atau neraka. Pasti sahabat akan memilih kembali ke surga, kan? Nah, karena itu, mumpung kita masih ada waktu, perbaikilah salat kita! Yang tadinya bolong-bolong, segera tambal dengan salat lima waktu. Yang tadinya diundur-undur, segeralah perbaiki, dengan salat tepat waktu!

Sahabat, sudahkah salat lima waktu kita tegakkan? Jika belum, yuk perbaiki salat kita! Lakukan dengan tepat waktu, agar tidak gelisah dengan aktivitas yang kita lakukan! Jika hubungan kita dengan Allah baik, selalu berserah diri kepada-Nya, maka seluruh kehidupan kita akan baik pula. Salat tepat waktu adalah cerminan hidup. Ingin doa terkabulkan, maka perbaikilah salat![]


Photo : Google Source

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tragedi Capitol Hill, Kala Hukum Rimba Menguasai Manusia

Demokrasi akan mati manakala orang yang berkuasa berusaha membungkam para oposisi. Mereka berusaha menguasai media dan menindak tegas orang-orang yang mengkritiknya. Berbagai kebijakan yang lahir seakan memaksa, serta memanfaatkan kelompok tertentu untuk menyerang, menghakimi dan memfitnah kelompok oposisi/lawannya.


Oleh: Henyk Widaryanti

NarasiPost.com - Guncangan dahsyat menghantam kuil sakral demokrasi. Capitol Hill, sebuah tempat penghambaan bagi para pengusung demokrasi. Di hari itu, Kamis 6 Januari 2021 merupakan peristiwa besar dalam catatan sejarah. Massa pendukung Trump datang, menyerbu dan memaksa masuk gedung keramat itu. Mereka kelihatan marah atas keputusan kemenangan Biden atas Trump. Pasalnya, pihak Trump sendiri tak menerima kekalahannya. Para pendukungnya auto terpengaruh dengan ucapan Trump. Walhasil kerusuhan pun tak dapat dielakkan, rapat penetapan kemenangan Biden pun ditunda beberapa jam. Dari kisruh itu dinyatakan 4 orang tewas (inet.detik.com, 7/1/21).

Protes kekalahan itu tak berakhir sampai di sini. Peringatan besar dilakukan oleh FBI pada 11 Januari 2021. Setelah peristiwa Capitol Hill pada 6 Januari 2021, para pendukung Trump disinyalir akan melakukan pemberontakan bersenjata. Oleh karena itu, Walikota Washington DC melakukan pengamanan ketat hingga 24 Januari 2021 mendatang (cnbcindonesia.com, 12/1/21).

//Menyadarkan Mata Dunia//

Kerusuhan di AS harusnya membuka mata dunia bahwa demokrasi ideal tak lagi ada. Meski demikian banyak pihak yang kecewa dengan kerusuhan ini. Mike Pompeo sendiri, sebagai Menteri Luar Negeri AS mengungkapkan kerusuhan di Capitol Hill itu tidak benar. Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson pun menilai kejadian itu sungguh memalukan. Menlu Irlandia, Simon Coveney, menganggap kerusuhan Capitol Hill menyerang demokrasi. Bahkan Presiden Perancis Emmanuel Macron pun mengatakan bahwa kerusuhan itu tak mencerminkan Amerika (beritasatu, 7/1/21).

Selama ini AS dinilai sebagai tolak ukur penerapan demokrasi. Setiap negara harus mencontoh demokrasi AS jika mereka ingin menerapkan demokrasi ideal. Tapi kenyataannya demokrasi justru menyebabkan kerusuhan yang luar biasa. Tanpa disadari demokrasi telah melanggengkan kekuasaan korporasi. Memang demokrasi berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, tapi itu secara filosofi saja. Nyatanya rakyat sesungguhnya hanya jadi sumber suara. Sedang pelakunya adalah orang-orang pilihan para kapital. Mereka sengaja ditanam untuk meraih keuntungan besar. Begitu pun kebijakan, hanya sebagai sarana memperlancar aksi para korporat. Hal itu pun terjadi di AS.

Saat para petahana ingin selamanya berkuasa, mereka akan menghalalkan segala cara. Bisa jadi cara seperti ini juga terjadi di negeri lainnya. Jalan terakhir dengan memanfaatkan para pendukung untuk melakukan aksi mosi tak percaya. Jika kekacauan terjadi, kondisi semakin ricuh, peluang menjadi pemimpin akan terbuka. Karena presiden terpilih ternyata melahirkan huru-hara. Hal demikian bisa saja terjadi. Seperti serial-serial film laga yang memperebutkan kekuasaan. Aturan dibuat dan dilanggar sendiri. Siapa yang kuat, dia yang menang. Apa ini yang disebut hukum rimba? Ujung-ujungnya justru melahirkan negara tiran. Apa benar seperti ini adanya? Jika benar, dunia harus membuka mata. Bahwa demokrasi tak layak lagi dipercaya.

Demokrasi Rusak Sejak Kelahirannya

Mau atau tidak nyatanya demokrasi memang telah cacat sejak lahirnya. Karena dari awal sudah cacat, jika dipakai tak dapat jalan dengan sempurna. Ibarat kursi, kursi yang cacat jika dipakai di awal, masih terasa enak. Tapi lama-kelamaan akan rusak. Apalagi jika yang memakai ikut merusak juga, kursinya akan cepat bobrok.

Kerusakan demokrasi terletak pada landasannya. Sistem ini menyerahkan kedaulatan di tangan manusia. Manusia mengandalkan akal untuk memutuskan kebijakan. Alhasil aturan yang lahir sesuai siapa yang memimpin. Sebagaimana di awal telah disebutkan, sistem ini kebanyakan dikuasai oleh para kapital. Jadi kebijakan yang lahir pun sesuai kepentingan. Bukan kepentingan rakyat, tapi kepentingan para konglomerat. Jadi wajar saja jika terjadi perseteruan dalam pemilihan. Karena standar kebenaran masing-masing calon berbeda.

Sebuah buku yang sempat viral karena dibaca Pak Anies mengisyaratkan sebuah pertanda. Ternyata demokrasi dapat hancur dari dalam. Buku itu berjudul "How Democracies Die" karya Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt. Mereka menulis buku ini karena peduli dengan AS. Mereka menilai AS hampir mengikuti kondisi negara-negara yang memasung demokrasi.

Demokrasi akan mati manakala orang yang berkuasa berusaha membungkam para oposisi. Mereka berusaha menguasai media dan menindak tegas orang-orang yang mengkritiknya. Berbagai kebijakan yang lahir seakan memaksa, serta memanfaatkan kelompok tertentu untuk menyerang, menghakimi dan memfitnah kelompok oposisi/lawannya. Bagaimana di AS? Peristiwa Capitol Hill telah menunjukkan tanda-tandanya.

Khilafah Pemutus Hukum Rimba

Khilafah sebagai sistem pemerintahan Islam memiliki keunikan. Dengan berlandaskan hukum syara', khilafah menjadikan segala aturan bersandar pada Kalamullah. Sehingga khilafah akan menutup kemungkinan terjadinya perebutan kekuasaan. Karena setiap Muslim dijaga keimanannya. Jikalau dulu pernah ada pertikaian atau perebutan kekuasaan, tak lain itu karena jauh dari Allah Swt. Adanya kesalahan dalam penerapan, bukan berarti aturannya yang salah. Tapi karena manusianya yang salah mengambil kebijakan dan keputusan. Jika kita mengembalikan semua masalah kepada Al- Qur'an dan Sunnah, niscaya tak akan ada pertikaian atau hukum rimba.

"Aku wasiatkan kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat, walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak dari negeri habasyah (Ethiopia). Dan barang siapa yang hidup lebih lama diantara kalian, ia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka hendaknya kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Al-Khalifah Ar-Rasyid yang diberi petunjuk oleh Allah. Gigitlah Sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian. Berhati-hatilah kalian dari perkara yang baru (dalam agama). Karena setiap perkara baru dalam agama sesat.” [HR. An-Nasai dan At-Tirmidzi].

Wallahua'lam bishowab.

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

RAN-PE Picu Maraknya Persekusi

"Urgensi apa Perpres RAN-PE ini diterbitkan? Karena permasalahan yang dihadapi masyarakat saat ini berkaitan dengan pandemi, bencana, naiknya harga pangan dan krisis multidimensi lainnya. Bukan ancaman ekstremisme apalagi terorisme."


Oleh. Nurjamilah, S.Pd.I

NarasiPost.Com-Bumi Pertiwi sedang bersedih dan terluka. Di tengah pandemi yang belum jua berakhir, rentetan bencana dan musibah terjadi secara bertubi-tubi, seperti banjir, longsor, gempa, pergerakan tanah, dan gunung meletus terjadi di berbagai wilayah. Namun sungguh mengejutkan di tengah penderitaan ini, presiden mengeluarkan Perpres Nomor 7 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme (RAN-PE).

Program ini memberikan pelatihan bagi warga untuk memolisikan pihak yang diduga melakukan tindakan ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme ini.

Terbesit pertanyaan, atas urgensi apa Perpres ini diterbitkan? Karena permasalahan yang dihadapi masyarakat saat ini berkaitan dengan pandemi, bencana, naiknya harga pangan dan krisis multidimensi lainnya. Bukan ancaman ekstremisme apalagi terorisme.

Baiknya pemerintah bersikap bijak dan berempati. Jangan sampai salah bertindak. Mencermati betul apa yang menjadi kebutuhan masyarakat dan berupaya seoptimal mungkin memenuhinya. Jangan sampai narasi kebencian, aroma politik apalagi kepentingan pihak tertentu mendominasi.

Terlebih Perpres ini berpotensi menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat. Karena rawan politik adu domba dan saling mencurigai antaranggota masyarakat. Sehingga keberadaannya bukan saja tidak urgen tapi berbahaya, karena berpotensi menimbulkan perpecahan.

Ada kekhawatiran Perpres ini akan menyudutkan pihak tertentu. Sebagaimana UU Terorisme selama ini hanya mengadili pelaku terorisme yang berbaju Islam. Sementara tindak kekerasan teroris bahkan pemberontakan yang dilakukan selain oleh orang Muslim, seperti di Papua tidak pernah ditangani layaknya kasus terorisme. Namun, hanya ditangani sebagai kelompok kriminal bersenjata biasa.

Jangan sampai Perpres ini kembali membuktikan narasi bahwa pemerintah anti Islam. Bukan hanya itu, Perpres ini bahkan bisa menyasar pihak-pihak yang selama ini bersebrangan dengan pendapat pemerintah. Karena ekstremis itu bisa diterapkan pada ide, pendapat, opini dll. Bukan semata tindakan fisik semata.

Islam melarang keras aktivitas memata-matai (tajassus) yang ditujukan kepada seorang Muslim. Berdasarkan firman Allah Swt:

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain (tajassus)…" (QS al-Hujurat [49]:12).

Rasulullah Saw juga pernah bersabda:
"… Janganlah kalian saling memata-matai, janganlah kalian saling menyelidik, janganlah kalian saling berlebih-lebihan, janganlah kalian saling berbuat kerusakan…" (HR. Ibnu Majah).

Perpres RAN-PE ini bukan hanya mendukung aktivitas tajassus bahkan sudah mengarah pada pelegalan tindak persekusi antarwarga. Dengan melatih warga polisikan pihak yang diduga melakukan tindak ekstremisme yang mengarah pada terorisme, maka dapat dipastikan keamanan negara akan terguncang oleh regulasi yang dibuatnya sendiri. Senjata makan tuan. Sanggupkah negara menanggung kericuhan ini?

Di saat-saat sulit seperti ini seharusnya kita semua bersatu melawan pandemi dan padu melakukan mitigasi bencana. Merenung atas dosa apa negeri ini terus diterjang cobaan bertubi-tubi. Bertobatlah dan berbenah diri dengan membumikan wahyu Ilahi. Islam merupakan wahyu dari Sang Khalik yang diperuntukkan menjadi pedoman dan solusi atas berbagai masalah kehidupan. Tak perlu ada rasa curiga kepada masyarakat, apalagi yang senantiasa mengoreksi kebijakan pemerintah. Toh, kritik dan saran itu bukti sayang, semata-mata untuk memperbaiki dan menyelamatkan negeri ini dari kehancuran. Rangkul dan ajaklah berdiskusi seluruh elemen masyarakat ini. Agar ketahanan dan keamanan negara terjaga. Wallahu a'lam bi ash-showwab.[]


Photo : Pinterest

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com